BerandaKabar PondokIkatan Alumni Darusy Syahadah (IKADS) Selenggarakan Acara; Tirakatan Bersama Kyai

Ikatan Alumni Darusy Syahadah (IKADS) Selenggarakan Acara; Tirakatan Bersama Kyai

- Advertisement -spot_img

Merdeka, merdeka, merdeka. Sekiranya itulah kata yang pantas menjadi yel-yel di moment “Tirakatan Bersama Kyai” yang diselenggarakan pada hari Kamis Sore 8 Agustus oleh Ikatan Alumni Darusy Syahadah (IKADS) dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus tahun 2024 ini dengan mengusung tema ‘Ulama, Santri dan Alumni Merayakan Kemerdekaan”.

Berbicara soal kemerdekaan, menjadi topik tahunan yang mengenang tiap tahunnya. Apalagi bila melihat histori sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, tentunya tidak luput dari kiprah para ulama nusantara dan santri sekaligus peran pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan dan merebutnya dari bangsa kolonial penjajah. Maka sebagai seorang yang dulu pernah nyantri di Darusy Syahadah, tentunya ini menjadi momen spesial bagi para alumni untuk menghadiri dan mengkaji bersama Kyai dan para asatidz dalam acara tersebut sekaligus bisa menjadi wadah sillaturrahmi antar alumni setelah sekian lama jarang berjumpa, hingga dipertemukan lagi di pondok tercinta.

Sambutan ketua IKADS oleh ustadz Anwar

Acara “Tirakatan Bersama Kyai” yang berlangsung di masjid Baitul kampus putra Gunungmadu merupakan salah satu agenda IKADS yang tujuannya untuk mempererat ukhuwah, menyamakan persepsi, dan menambah wawasan keilmuan, sebagaimana yang disampaikan oleh ketua IKADS ustadz Anwar. Maka agar tujuan tersebut tercapai, acara tersebut diisi dengan ceramah nasehat dari pimpinan pesantren Darusy Syahadah oleh KH. Mustaqim Safar, dilanjutkan dengan materi kajian oleh ustadz Khoirudda’i dan ustadz Mukhtar Sholahuddin.

Dari kiri ustadz Elvitra selaku moderator dan pemateri ustadz Khoirudda’i dan ustadz Mukhtar Sholahuddin

Pada acara sambutan sekaligus tausiyah oleh KH. Mustaqim Safar, beliau menyampaikan beberapa pesan dan nasehat penting bagi para alumni yang di antaranya adalah, “Dengan berbagai macam profesi dan skill para alumni di bidangnya, harapannya bisa paling memberi dan mengendalikan langkah aktivitasnya dengan ilmu.”

Penyampaian sambutan dan tausiyah kepada para alumni oleh ustadz KH. Mustaqim Safar

Setelah penyampaian tausiyah dari KH. Mustaqim Safar, dilanjutkan dengan pemateri kajian syar’i terhadap acara dan simbol-simbol negara yang diperingati oleh masyarakat Indonesia yang disampaikan oleh ustadz Khoirudda’i selaku pematerinya. Dalam penyampainnya bisa disimpulkan bahwa simbul-simbul negara seperti bendera dan lambang panca sila merupakan hasil dari kontribusi pendapat para ulama nusantara dan memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan sebuah nikmat bagi bangsa ini yang diekpresikan dengan adat yang berlaku dan berdasarkan literatur Islam tidak ada yang menyelisihi syari’at sedikit pun.

Dalam salah satu penyampaiannya beliau menukil sebuh pendapat bahwa upacara bendera merupakan sebuah tradisi atau adat yang hukum aslinya adalah diperbolehkan ataupun mubah, pun upacara bendera tidak ada satu pun yang menganggap sebagai ritual ibadah seperti halnya shalat, puasa dan lain sebagainya. Karena dalam literatur syar’i ; asal mula hukum tradisi adalah boleh kecuali ada dalil yang melarangnya atau menyelisihi syari’at.

Beliau juga menegaskan bahwa, upacara bendera adalah upaya untuk mengenang jasa para ulama dan pejuang Islam yang berkaca dari mengenang salah satu potongan sejarah bangsa ini bahwa bangsa ini pernah dijajah dan ada kontribusi umat Islam dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaannya.

Pada selanjutnya, adalah materi kebangsaan yang membahasa seputar memaknai kemerdekaan dengan ustadz Mukhtar Sholahuddin bertindak selaku pematerinya. Salah satu point pentinga yang beliau sampaikan adalah bahwa, “Seringkali ketika kita bertemu dengan momentum kemerdekaan dengan gagap gempita mudah sekali untuk menyuarakan kata ‘merdeka’, tapi kita lupa sebenarnya merdeka itu diambil dari kata apa? Dan ternyata beliau memaparkan bahwa ‘merdeka’ diambil dari bahasa jawa sanskerta ‘Mahardika’ dan bila kita memahami dengan betul insya Allah tidak akan menjadi beban terutama kalangan santri.

Dalam hal memaknai kemerdekaan ini, beliau menjelaskan bahwa kata ‘merdeka’ bisa dimaknai dengan ‘kaum terpelajar dan bijaksana’ maka kemerdekaan itu adalah keterpelajaran dan kebijaksanaan yang sebenarnya. Pun juga ada makna lain yaitu, ‘bebasnya kita dari penjajahan, diskriminasi dan eksploitasi.’ Dan setiap pergantian periode dan kuasa kaum muslimin pasti memberikan kontribusinya untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Suasana makan malam para peserta acara ‘Tirakatan Bersama Kyai’

Dan pada akhirnya acara ‘Tirakatan Bersama Kyai’ yang diikuti oleh sekitar 300 lebih para alumni Pondok Pesantren Islam Darusy Syahadah di daerah Solo dan yang bisa terjangkau hadir, alhamdulillah berjalan dengan lancar dan khidmat berkat doa dan dukungan kaum muslimin.

Bagian panitia sedang menghitung infaq para donatur

Selain itu, bagian panitia penyelenggara juga mengumumkan informasi dana dari para donatur online yang terkumpul Rp 5.500.000,- dan kotak infaq sebesar Rp 900.000,-. Sehinga totolnya Rp 6.400.000,-. Semoga apa yang disumbangkan oleh para muhsinin dan donatur menjadi amal sholih yang Allah lipat gandakan kebaikannya. Aamiiin.

 

 

Berikut ini link video dokumentasi acara “Tirakatan Bersama Kyai” di postingan Instagram Darusy Syahadah:

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami