Hidup ini tidak lain adalah sebuah perjalanan panjang dalam melaksanakan amanah dari Allah swt. Karenanya, seorang mukmin wajib menjaga dan melaksanakan amanah yang dilimpahkan kepadanya. Allah swt berfirman;
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa’: 58)
Bahkan Allah swt menjadikannya sebagai salah satu ukuran terpenting bagi kuatnya iman dan sebagai ciri khas utama orang yang beriman. Allah swt berfirman;
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”. (QS. Al-Mukminun: 8)
Sesungguhnya amanah memiliki nilai yang sangat penting dan besar dalam agama ini. Karenanya setiap amanah itu pasti akan dimintai pertanggungjawabanya di hadapan Allah. Maka barang siapa yang menunaikan amanah sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barang siapa yang melalaikan amanah sekecil apapun niscaya akan dilihat juga oleh Allah. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggung jawab itu karena tempat yang ditinggali adalah bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah, potensi yang ada adalah anugerah Allah dan nilai Islam adalah tolok ukur dari pelaksanaan amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang menghadap Allah.
Oleh karena itu, sekecil apapun amanah yang dilaksanakan, maka memiliki dampak positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga mengenai umat manusia secara umum.
Amanah terbagi menjadi tiga:
Pertama, amanah yang berkaitan dengan hak Allah swt seperti, mentauhidkan Allah dengan ibadah. Melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan- Nya. Hal ini dilakukan semata-mata mengharap ridha Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, dan ini merupakan amanah kubra (agung/besar). Bentuk amanah inilah yang wajib ditunaikan pertama kali oleh setiap hamba Allah. Sebab, dari amanah ini muncul amanh-amanah yang lain.
Kedua, amanah terhadap nikmat dan anugerah Allah swt, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, harta, kendaraan, anak, keluarga, jabatan, kekuasaan, dan lain- lain. Maka wajib atas hamba Allah untuk mempergunakan semua nikmat untuk merealisasikan tujuan Allah menciptakannya di dunia, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Allah swt berfirman;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyebah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Apabila anggota badan, kesehatan, dan seluruh nikmat yang kita terima digumakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt, maka berarti kita telah merealisasikan amanah serta menunaikan sesuai dengan tuntutanya. Dan sebagai balasanya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut.
Seorang salaf berkata, “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka dia telah menjaga dirinya sendiri, dan barang siapa yang menyia-nyiakan ketaqwaanya kepada-Nya maka berarti dia menyia-nyiakan dirinya sendiri, sedang Allah tidak pernah membutuhkanya.”
Oleh karenanya siapa saja yang menunaikan amanah dalam menjaga batasan-batasan Allah serta memelihara hak-hak-Nya, baik yang berkaitan dengan dirinya atau apa yang diberikan Allah berupa nikmat, harta dan sebagainya maka Allah akan menjaganya untuk kebaikan agama dan dunianya.
Ketiga, amanah dalam menunaikan atau menyampaikan hak-hak manusia, seperti titipan barang, harta, rahasia, kehormatan, amanah anak, keluarga, dan lain-lain. Hal ini sebagaimana disinggung Allah swt dalam firmannya-Nya.
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 283)
Terdapat banyak hadits yang menjelaskan pentingnya amanah. Nabi saw bersabda;
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Serahkan amanah kepada orang yang telah mengamanahi kamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianati kamu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Ketahuilah bahwa kita semua memikul amanah di muka bumi ini. Setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dan kita semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt atas amanah tersebut. Apakah kita menjaganya dengan baik? Ataukah menyia-nyiakannya? Karenanya Rasulullah saw bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ikutilah jejak generasi salaf yang telah membuat contoh-contoh mengagumkan dalam menjaga amanah. Rasulullah dikenal oleh kaumnya dengan Ash-Shadiq Al-Amin (orang yang jujur lagi terpercaya). Nabi Musa diberi predikat Al-Qawiy Al-Amin (orang yang kuat lagi terpercaya). Nabi Yusuf Al-Makin Al-Amin (orang yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya).
Marilah kita menjaga amanah dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan oleh Allah untuk melaksanakan amanah dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin