Daftar Isi
Oleh : Umni Nabilla
(Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil al-Mudarrisat Darusy Syahadah)
Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan tempat atau lingkungan pertama bagi anak untuk melatih hubungan kemanusiaanya. Hubungan yang baik antar anggota keluarga akan membantu tumbuh kembang anak dalam belajar banyak hal. Oleh karena itu, orang tua harus membentuk hubungan yang baik di dalam lingkungan keluarga agar hubungan tersebut menjadi pondasi dasar bagi anak untuk memasuki dunia sosial..[1]
Hubungan persaudaraan yang baik dan penuh kasih sayang karena Allah ﷻ semata, memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Salah satunya yaitu ia akan mendapatkan naungan dari Allah ﷻ ketika hari kiamat.[2] Rasullullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Sesungguhnya Allah ﷻ pada hari kiamat berfirman: Di manakah orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dengan naungan-Ku, di hari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku.” [3]
Allah ﷻ juga telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada saudara seiman, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu, seharusnya saudara kandung yang memiliki hubungan darah jauh lebih berhak mendapatkan perlakuan baik dari saudaranya. [4] Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ وَإِيتَائِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَاءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ٩٠
“Sesungguhnya Allah ﷻ menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah ﷻ melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil Pelajaran.” [5]
Berkaca dari fakta, hubungan persaudaraan tidak selalunya baik-baik saja. Kehadiran sibling menuntut anak berbagi dalam berbagai hal, namun yang paling berat adalah ketika anak harus berbagi perhatian dan kasih sayang orang tua mereka dengan saudaranya. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya pertengkaran saudara kandung atau disebut juga dengan sibling rivalry yaitu persaingan yang bersifat kompetitif, baik dalam wujud perasaan maupun tindakan yang terjadi di antara sibling.[6]
Sebagaimana kasus pertengkaran maut antara dua saudara kandung yang telah terjadi di kota Medan pada tanggal 30 November 2023, bahwa sang kakak yang tewas dibunuh dengan kapak oleh adik kandungnya. Kasus ini terjadi karena adik tidak terima jika selalu diperintah oleh kakaknya yang sakit.[7] Sibling rivalry sudah terjadi sejak zaman Nabi Adam ‘alaihis salam. Sebagaimana yang telah dikisahkan dalam Al-Qur’an Surah al-Maidah ayat (27-31), yaitu tentang Qabil yang membunuh saudara kandungnya yang bernama Habil disebabkan rasa iri, dengki dan cemburu atas apa yang diperoleh saudaranya.[8] Hal ini menunjukkan bahwa sibling rivalry dapat memberikan dampak yang sangat buruk yaitu terjadinya pembunuhan. Selain kisah Habil dan Qabil, sibling rivalry juga terdapat pada kisah Nabi Yusuf yang menghadapi kesulitan akibat rasa tidak suka saudara-saudaranya di dalam Al-Qur’an Surah Yusuf ayat (7-10).[9]
Persaudaraan identik dengan persaingan, tetapi jika persaingan tersebut berlangsung secara sehat dan positif, tentu akan menjadi sesuatu yang dinamis di dalam keluarga. Hal ini dapat membangkitkan energi, motivasi, serta semangat antarsaudara.[10] Sebagaimana dampak negatif sibling rivalry dapat dihindari dan dirubah menjadi dampak positif, ketika orang tua bisa mengatasi dengan sikap dan pengetahuan.[11]
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui apa saja dampak dari sibling rivalry agar lebih tepat dalam menangani anak. Maka berhubungan dengan hal tersebut, penulis akan mengangkat tema ini untuk menyusun karya tulis dengan judul Dampak Sibling Rivalry Terhadap Diri Anak
Definisi
1. Dampak
Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), atau benturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum sistem yang mengalami benturan itu.[12] Menurut Gorys Kerap dampak adalah sebuah pengaruh yang kuat dari seseorang atau sebuah kelompok orang dalam melakukan tugas dalam kedudukannya. Pengaruh yang besar dan kuat ini nantinya akan membawa perubahan, baik itu perubahan ke arah yang positif ataupun ke arah yang negatif. [13]
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat atau perubahan ke arah yang positif atau negatif dari dua hal yang berbenturan.
2. Sibling Rivalry
Menurut Kamus Bahasa Inggris, sibling berarti saudara kandung sedangkan rivalry memiliki arti persaingan.[14] Menurut kamus besar psikologi, sibling rivalry adalah suatu kompetisi antarsaudara kandung, adik dan kakak laki-laki, adik dan kakak perempuan, atau adik perempuan dan laki-laki.
Menurut Kartono dan Gulo, sibling rivalry adalah suatu persaingan di antara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, terutama untuk memperoleh afeksi atau cinta kasih orang tua.[15] Menurut Nursalam, menyatakan bahwa persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu atau benci yang pada umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung.[16]
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian sibling rivalry adalah persaingan antarsaudara kandung, yang meliputi kebencian dan cemburu dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
3. Anak
Pengertian anak di dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti generasi kedua, keturunan pertama atau manusia yang masih kecil.[17] Kata anak dalam bahasa Arab adalah (الولد), yang berarti anak.[18] Sedangkan menurut perspektif WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), definisi dari anak adalah sebagai individu yang berusia di bawah 18 tahun. Definisi ini mencakup masa kanak-kanak awal (0-5 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6-11 tahun), dan masa remaja (12-17 tahun). [19]
Penulis menyimpulkan bahwasannya anak adalah seorang individu yang berusia di bawah 18 tahun.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sibling Rivalry
Setiap anak memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, orang tua perlu mengetahui penyebab terjadinya sibling rivalry agar mudah dalam menghadapi permasalahan antaranak. Sibling rivalry secara umum dapat terjadi karena dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal penyebab terjadinya sibling rivalry yaitu faktor yang tumbuh dan berkembang dalam anak itu sendiri, seperti temperamen, sikap masing-masing anak, perbedaan usia dan jenis kelamin, dan ambisi anak untuk mengalahkan orang lain.[20] Menurut Dr. Ali Qaimi, faktor internal sibling rivalry juga berkaitan dengan faktor kejiwaan dan perasaan, seperti anak merasa kehilangan haknya, rasa iri dengki, sikap kasar dan emosional, sikap ingin menunjukkan kemampuan, dan juga merasa dihina dan dibeda-bedakan.[21]
2. Faktor Eksternal
Sementara itu, Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya sibling rivalry yaitu, faktor yang disebabkan karena pola asuh orang tua yang salah dalam mendidik anak.[22] Contohnya adalah orang tua selalu membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain.[23] Selain itu, ada pula orang tua yang hanya mengkhususkan kasih sayangnya kepada satu anak saja, atau biasa disebut dengan anak emas.[24] Kondisi kehidupan keluarga yang serba kurang juga dapat menjadikan anak merebut hak saudaranya. Hal ini terjadi disebabkan anak tidak diajarkan untuk berbagi oleh orang tuanya, sehingga anak merasa tidak puas atau belum terpenuhi kebutuhannya.[25]
Selain dari orang tua, faktor lingkungan atau sosial juga mempengaruhi terjadinya sibling rivalry. Misalnya anak yang memiliki cacat fisik dan penyakit kemudian menjadi cemooh orang lain atau anak melihat orang lain yang suka melakukan kekerasan atau suka bertengkar.[26]
Dampak Sibling Rivalry
Sibling rivalry merupakan sepercik masalah yang dilewati anak dalam masa perkembangan usianya. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik, maka akan memberikan dampak negatif. Begitu pula sebaliknya akan berdampak positif jika orang tua mampu menanganinya dengan baik.[27] Adapun dampak dari sibling rivalry, yaitu:
1. Dampak Negatif
a. Mengalami Tingkah Laku Regresi
Adapun yang dimaksud dengan regresi merupakan suatu tingkah laku yang mengalami kemunduran atau berperilaku seperti bayi kembali. Tingkah laku ini terjadi ketika kakak memiliki adik, misalnya anak sudah tidak minum susu dari dot, tetapi anak menginginkan untuk minum susu melalui dot atau meminum asi, karena ia melihat adeknya yang masih meminum susu melalui dot atau meminum asi.[28]
b. Mengalami Self-Efficacy Rendah
Adanya sibling Rivalry dapat mempengaruhi Self-efficacy pada diri anak. Self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasikan tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. [29] Self-efficacy rendah dapat terjadi pada anak, karena anak merasa saudaranya lebih berprestasi dan selalu dipuji-puji. Sehingga anak menganggap apapun yang dilakukannya, tidak dapat mengalahkan kecermelangan saudara dan membanggakan orang tuanya. Keadaan anak seperti ini dapat dirubah dengan seiring waktu dan kedewasaan anak, namun bisa berkelanjutan hingga dewasa jika tidak ditangani sejak dini.[30]
c. Memiliki Sifat Agresif
Kecemburuan anak terhadap saudara kandungnya akibat selalu dibanding-bandingkan oleh orang tuanya, akan menunjukkan semacam keagresifan terhadap saudaranya. Seperti memukul, mencakar, melukai dan berusaha mengalahkan lawannya, melempar barang, dan menyerang orang tua. [31] Sebagaimana menurut kamus istilah psikologi keagresifan adalah kecenderungan menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat.[32]
d. Memiliki Sifat Pendendam
Ketika anak merasa orang tuanya lebih memilih saudaranya dari pada dirinya, maka hatinya akan dipenuhi rasa benci dan keinginan untuk balas dendam terhadap saudaranya. Karena anak tidak tau bagaimana cara untuk mengeluarkan rasa kesalnya terhadap orang tuanya, sehingga semua kegetiran dalam hatinya akan tertuju kepada saudaranya. [33]Anak pendendam dadanya sesak dengan rasa sakit hati dan tidak tenang; merasa hak-haknya dirampas oleh orang lain, mengira dirinya direndahkan dan dilecehkan.[34] Dendam merupakan bentuk keegoisan yang berlebihan dan buah dari kemarahan. Oleh karena itu, ia membela dirinya dengan membalas orang lain yaitu dengan perbuatan atau perkataan yang buruk. Setelah anak dapat membalaskan dendamnya, ia cenderung akan merasa senang dan tenang. [35]
e. Memengaruhi Hubungan Personal
Hurlock mengklasifikasikan dampak negatif dari sibling rivalry dari sisi hubungan personal. Tidak hanya berdampak pada diri anak, tetapi juga terhadap saudaranya dan orang lain,
- Pada diri sendiri: adanya tingkah laku regresi dan self-efficacy
- Pada saudara: munculnya perilaku agresi, tidak mau berbagi dengan saudara, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara.
- Pada orang lain: terjadi pola hubungan yang tidak baik akan dibawa anak pada pola hubungan sosial di luar rumah.[36]
2. Dampak Positif
Selain dampak negatif, sibling rivalry juga dapat memberikan dampak positif, sebagai berikut:
- Anak Belajar Mengontrol Emosinya
Sibling rivalry memaksa anak-anak untuk menghadapi dan mengelola berbagai emosi, seperti kemarahan, cemburu, dan frustrasi. Pada prosesnya, mereka belajar untuk mengenali dan mengendalikan emosi mereka, mengatasi kekesalan dan belajar menyelesaikan masalah dengan tenang. Hal ini dapat diajarkan dengan orang tua memberikan contoh bagaimana bersikap bijak dan baik dalam menghadapi permasalahan, karena anak adalah peniru ulung yang akan menyerap apa yang di lingkungannya. [37]
2. Anak Belajar Hidup Sosial
Terjadinya sibling rivalry dapat mengajarkan anak untuk mengembangkan kemampuan hidup sosialnya. Anak akan belajar bahwa mereka tidak hidup sendirian dan berusaha memahami tindakan orang lain dan pikiran orang lain. Sibling rivalry mengajarkan anak-anak bagaimana bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan berkompromi. Pada saat persaingan, mereka belajar cara berkomunikasi yang efektif dan menangani situasi yang penuh tekanan. Oleh karena itu, hal ini akan membantu anak dalam berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga.[38]
3. Anak Belajar Memaknai Berbagai Macam Rasa dalam Kehidupan
Adanya konflik akan membangkitkan perasaaan tertentu dalam diri anak, sehingga anak dapat lebih mengenal perasaan seperti marah, kecewa, terluka, sedih dan lain sebagainya. Tidak hanya pada perasaanya sendiri tetapi juga perasaan orang lain yang terlibat dalam konflik.[39] Selain itu, kedekatan yang dibangun melalui momen positif di antara anak, seperti bercanda dan bermain bersama akan memunculkan perasaan bahagia, senang, gembira. Sebab anak mendapatkan rasa cinta atau kasih sayang dari saudaranya. Oleh karena itu, orang tua perlu menjelaskan bahwa hidup tidak selalunya berisi peristiwa-peristiwa yang menyenangkan saja tetapi juga berisi peristiwa yang menyedihkan.[40]
4. Anak Belajar untuk Bertanggung Jawab
Dampak yang timbul karena Sibling salah satunya adalah anak akan lebih mandiri dan meningkat kemampuan bertanggung jawabnya. Contohnya adalah ketika orang tua masih sibuk mengurus adik, maka seorang kakak akan belajar untuk mandiri seperti bisa makan sendiri dan pergi ke toilet sendiri.[41] Anak juga akan belajar untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, seperti meminta maaf ketika ia salah. Maka orang tua harus selalu mengajarkan kepada anak untuk saling memaafkan agar hubungan antaranak tetap baik.
Sikap Orang Tua dalam Menangani Sibling Rivalry
Orang tua mempunyai peran aktif yang penting agar anak mampu melewati sibling rivalry dengan positif, sehingga hubungan antar anggota keluarga dapat terbina dengan baik. Adapun hubungan baik atau buruknya anak dengan saudaranya disesuaikan berdasarkan sikap orang tua. Oleh karena itu, sikap yang perlu orang tua lakukan dalam menangani sibling rivalry adalah, sebagai berikut:
1.Menghadapi Anak dengan Tenang
Wajar jika terkadang orang tua tidak sabar ketika melihat anaknya melakukan kesalahan atau keributan. Akan tetapi, perlu bagi orang tua untuk bersabar dan bersikap dengan tenang, agar tidak memperburuk keadaan. [42] Anak-anak biasanya cenderung meniru perilaku orang tuanya, dengan orang tua bersikap tenang anak akan melakukan hal yang sama apabila ia berada dalam konflik.[43]
2.Memberi Anak Kesempatan untuk Menunjukkan Perasaannya
Ketika anak sedang bertengkar, sebagian anak mengalami frustasi dan emosinal. Pada saat tersebut, bukan hal yang tepat bagi orang tua untuk memberikan nasihat tapi orang tua harus mendengarkan keluh kesah atau perasaan anak.[44] Meskipun sibling rivalry dapat menimbulkan perasaan negatif pada anak seperti menangis, marah, dan berteriak, akan tetapi orang tua perlu untuk menunggu sejenak agar anak dapat melampiaskan perasaannya, karena anak akan merasa lega setelah dibiarkan. [45]
Orang tua juga dapat melakukan hal yang membuat ia merasa aman seperti memeluknya ketika menangis atau menepuk-nepuk anak yang berusia remaja.[46] Kemudian baru anak dapat diarahkan untuk bersikap lemah lembut dan pemaaf. Apabila anak melapiaskan perasaannya dengan perbuatan kasar maka perlu adanya tindakan untuk melerai mereka, sebab anak terkadang sulit untuk mengungkapkan perasaanya.[47]
3.Mendiskusikan Masalah dengan Anak untuk Mencari Solusi
Menjalin komunikasi dua arah yang baik antara orang tua dan anak, agar penyebab dari permasalahan anak dapat diketahui. Mengajak anak untuk menyelesaikan masalah bersama yaitu dengan berdiskusi, menanyakan dan meminta penjelasan dari anak mengapa ia melakukan hal yang salah. Perlu adanya penjelasan apa saja hal positif dan negatif agar ia mengerti apakah perbuatannya salah atau benar. Kemudian membantu anak untuk mencari solusi dari permasalahannya.[48]
4. Memperlakukan Setiap Anak dengan Adil
Orang tua dianjurkan untuk bersikap adil dalam lingkungan keluarga agar tidak menimbulkan rasa dengki satu sama lain.[49] Misalnya dalam pemberian hukuman atau hadiah harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.[50] Bersikap adil bukanlah berlaku sama, namun adil adalah tentang meletakkan segala sesuatu pada porsinya. Pemahaman seperti ini perlu untuk ditekankan pada anak agar mereka tidak salah dalam memahami konsep keadilan.[51] Misalnya apabila ada anak sakit yang membutuhkan perhatian lebih, maka orang tua perlu untuk menjelaskan kepada anak yang lain tentang hal ini. Orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk bersimpati terhadap saudaranya yang sedang sakit.[52]
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas penulis menyimpulkan bahwa, sibling rivalry merupakan pertengkaran antarsaudara kandung, yang meliputi kebencian dan cemburu dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang.
Sibling rivalry akan memberikan dampak negatif jika orang tua tidak menangani dengan baik, yaitu anak akan bertingkah laku regresi atau kembali seperti bayi, self-efficacy anak rendah, berperilaku agresif, menjadi pendendam dan mempengaruhi hubungan personalnya. Sementara itu akan berdampak positif jika orang tua menangani pertengkaran dengan baik, yaitu anak belajar mengontrol emosinya, belajar untuk memaknai berbagai macam rasa dalam kehidupan, belajar hidup sosial dan belajar bertanggung jawab.
Sikap yang perlu orang tua lakukan ketika terjadi sibling rivalry adalah bersikap tenang dan menunggu sejenak agar anak dapat melampiaskan perasaannya, kemudian mengajak anak berdiskusi bersama untuk menyelesaikan masalah, dan bersikap adil, misalnya dalam memberikan hukuman atau hadiah.
Footnote :
[1] Fuhaim Musthafa, Kurikulum Pendidikan Anak Muslim, Cet. II, (Surabaya: Pustaka Elba, 2021), hal. 40.
[2] Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, Cet. VII, (Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2017), hal. 484.
[3] HR. Muslim, Kitâb al-Birru wa al-Ṣilah wa al-âdâb, Bab Fî Faḍli al Ḥubbi Fîllah, No. 2566.
[4] Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, Cet. VII, (Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2017), hal. 504.
[5] QS. Al-Nahl: 90.
[6] Mariah Kibtiah, “Sibling Rivalry dalam Perspektif Islam”, Jurnal Psikologi Islam, Vol. 5, No. 1, 2018, hal. 45.
[7] Tim DetikSumut, “Pertengkaran Maut Saudara Kandung di Belawan Berujung Abang Tewas Dikapak” dalam www.Detik.com, diakses pada 3 Juni 2024, 08: 23 WIB.
[8] Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, Terj. M. Abdul Ghoffar, Cet II, (Bogor: Imam asy-Syafi’I, 2003), hal. 67.
[9] Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Terj. M. Abdul Ghoffar, Cet II, (Bogor: Imam asy-Syafi’I, 2003), hal. 403-404.
[10] Rimalia, Riawani Elyta dan Risa Mutia, How to Deal with Sibling Rivalry, Cet. I, (Yogyakarta: Laksana, 2022), hal. 9-10.
[11] Annisa Ayu Marhamah dan Fidesrinur, “Gambaran Strategi Orang Tua dalam Penanganan Fenomena Sibling Rivalry pada Anak Usia Pra Sekolah”, Jurnal AUDHI, Vol. 2, No. 1, Juli 2019, hal. 32.
[12] Badan Pengembangan dan Pembinanaan Bahasa Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Adi Perkasa, 2018), hal. 345.
[13] Daniel, “Pengertian Dampak Menurut Para Ahli dan Jenis dari (dampak)”, dalam www.BejanaKehidupan.com, diakses pada Kamis 6 Juni 2024, 09:17 WIB.
[14] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. XVII, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2022), hal. 611-657.
[15] Rimalia, How…., hal. 16-17.
[16] Tarwiyatul Choiriyah, Skripsi: Strategi Pengasuhan Orang Tua Mengatasi Perilaku Sibling Rivalry Anak Usia 4-6 Tahun, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2015), hal. 32.
[17] Badan, Kamus…., hal. 345.
[18] A. Thoha Huseindan Al-Mujahid dan A. Atho’illah Fathoni Al-Khalil, Kamus Al-Wȃfi Arab-Indonesia, Cet. I, (Depok: Gema Insani, 2016), hal. 1424.
[19] Geograf, “Pengertian Anak Menurut WHO: Definisi dan Penjelasan Lengkap Menurut Ahli” di dalam www.Geograf.com, diakses pada Kamis 6 Juni 2024, 09:17 WIB.
[20] Redatul Jannah dan Sri Putri Rahayu Z, “Dampak Sibling Rivalry terhadap Kepribadian Anak Usia Dini”, Jurnal Ilmiah Psikomuda Connectedness, Vol. 3, No. 1, 2023, hal. 40.
[21] Ali Qaimi, Keluarga dan Anak Bermasalah, Terj. Najib Husain Alydrus, Cet. I, (Bogor: Cahaya, 2002), hal. 105-107.
[22] Redatul, Dampak…., hal. 40.
[23] Dewi Iriani, 101 Kesalahan dalam Mendidik Anak, Cet. II, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016), hal. 148.
[24] Ibid, hal. 152.
[25] Ali, Keluarga…., hal. 106.
[26] Ibid, hal. 105-108.
[27] Rimalia, How…., hal. 32.
[28] Feby Elinda dan Dewi Mulyani, “Analisis Perilaku Siblinhg Rivalry pada Anak Usia 2-3 tahun di Kabupaten Bandung”, Jurnal Riset Pendidikan Guru Paud (JRPGP), Vol. 2, No. 1, Juli, 2022, hal. 3.
[29] Leny Indriyanti, R Nunung Nurwanti dan Meilanny Budiarti Santoso, “Peran Orang Tua dalam Mencegah Sibling Rivalry pada Anak Usia Toddler”, Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (JPPM), Vol. 3, No. 1, April, 2022, hal. 27.
[30] Rimalia, How…., hal. 33.
[31] Abdul Karim Bakkar, 10 Problem Utama Anak dan Solusinya, Cet. I, (Solo: Aqwam Media Profetika, 2021), hal. 64.
[32]Fuad Hassan dkk, Kamus Istilah Psikologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981), hal. 38.
[33] Abdul, 10 Problem…., hal, 62.
[34] Ali, Keluarga…., hal. 248.
[35] Ibid, hal. 252.
[36] Aprilia Dewi Suciati dan Yanuari Srianturi, “Konseling Realitas untuk Mengatasi Sibling Rivalry pada Anak Usia Dini”, Jurnal of education and Counseling, Vol. 2, No. 1, 2021, hal. 171.
[37] Rimalia, How…., hal. 40-41.
[38] M. Fikri Arif Syahputra, M Febrian Tanjung dan Gusman Lesmana, “Hikmah Sibling Dalam Keluarga Sebagai Pembentuk Kematangan Kepribadian Anak”, Jurnal Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Islam (JIPPI), Vol. 2, No. 1, Januari 2024, hal. 28.
[39] Rimalia, How…., hal. 42
[40] Ibid, hal. 216.
[41] M. Fikri, Hikmah…., hal. 29.
[42] Rimalia, How…., hal. 51-52.
[43] Airindya Bella, “Sibling Rivalry, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya”, dalam www.Alodokter.com, diakses pada Ahad 2 Juni 2024, 07:01 WIB.
[44]Nurul Fauziah, “Sibling Rivalry, Moms Harus Tahu Penyebab dan Kiat Menghadapinya”, dalam www.Supermom.com, diakses pada Ahad 2 Juni 2024, 07:05
[45] Rimalia, How…., hal. 48-49.
[46] Rimalia, How…., hal. 49.
[47] Ali, Keluarga…., hal. 110.
[48] Kevin Andrian, “Bunda, Ini Cara Melatih Anak Memecahkan Masalahnya Sendiri”, dalam www.Alodokter.com, diakses Ahad 2 Juni 2024, 21:44 WIB.
[49] Ali, Keluarga…., hal. 110.
[50] Airindya Bella, “Sibling Rivalry, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya”, dalam www.Alodokter.com, diakses pada Ahad 2 Juni 2024, 07:01 WIB.
[51] Abu Faiz Abdurrahman, Raport Merah Ayah Bunda, Cet. II, (Klaten: Pustaka Ausath, 2011), hal. 114.
[52] Rimalia, How…., hal. 204.