Daftar Isi
Oleh: Hanum Aulia Salsabilla Zain
(Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil al-Mudarrisat Darusy Syahadah)
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk memunculkan potensi hebat yang telah dimiliki dalam diri masing-masing individu namun belum tergali. Selanjutnya, potensi diri yang sudah terlihat dapat direalisasikan secara maksimal dan opimal agar dapat memberikan kebermanfaatan yang besar bagi umat.[1] Pendidikan juga memiliki pengertian yaitu sebuah aktivitas yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidupnya.[2] Oleh sebab itu, pendidikan yang berkualitas sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter pada anak.[3]
Pendidikan karakter merupakan salah satu model pendidikan yang sangat penting dan harus segera dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembentukan karakter.[4] Karakter bukan hanya sekadar diajarkan, melainkan juga membutuhkan bimbingan serta latihan. Karakter yang kelak akan terintegrasi pada diri seseorang juga membutuhkan waktu yang panjang untuk melewatinya dan tidak dapat terjadi secara instan. Prosesnya pun membutuhkan rancangan yang direncanakan agar dapat terbentuk menjadi karakter seseorang.[5] Oleh sebab itu, salah satu pendidikan karakter yang penting untuk diajarkan adalah kedisiplinan.
Disiplin merupakan sebuah sikap yang seharusnya mulai diajarkan kedua orangtua semenjak anaknya lahir di dunia ini.[6] Disiplin juga merupakan suatu hal yang penting dan harus ditanamkan kepada siswa sejak dini. Sekolah dapat menjadi tempat yang strategis untuk melatih dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan baik yang sudah dibiasakan dan selalu diulang sejak dini, maka akan memberi dampak yang baik bagi masa depannya serta akan membentuk pribadi dengan karakter yang baik.[7]
Siswa yang disiplin adalah mereka yang mengikuti semua aturan dengan tepat dan cepat, serta memungkinkan mereka untuk mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi. Oleh karena itu, disiplin menjadi sangat penting. Sikap disiplin tidak hanya ditujukan bagi siswa saja, akan tetapi guru maupun pendidik sangat wajib untuk menjadi teladan yang baik bagi siswanya.[8]
Disiplin adalah sebuah sikap yang seharusnya dilakukan sekarang. Jika seseorang hanya sibuk menunda untuk berperilaku disiplin, maka ia tak akan pernah bisa menjamin takdir apa yang kelak akan ia temui di hari esok. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya perilaku disiplin segera direalisasikan dalam kehidupan saat ini. [9]
Hal ini sesuai dengan hadits yang telah disampaikan oleh Nabi ﷺ,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Berbagai metode dapat diterapkan untuk menciptakan karakter disiplin yang baik. Salah satu metodenya yaitu habit forming (pembiasaan), karena metode ini termasuk metode yang tepat bagi penanaman kedisiplinan. Dengan adanya pembiasaan, siswa diharapkan terbiasa untuk melakukan perbuatan yang baik. Jika suatu perbuatan sudah terbiasa dilakukan tanpa adanya suatu paksaan, maka siswa akan mengerjakannya dengan ringan.[11]
Pembiasaan ialah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar dapat menjadi sebuah kebiasaan. Pembiasaan sejatinya bermula dari sebuah pengalaman, dan sesuatu yang dibiasakan itu akan menjadi sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia pada sesuatu yang istimewa, karena pembiasaan akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan. Pembiasaan dalam dunia pendidikan seharusnya dimulai sejak dini. Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada para orangtua untuk menyuruh anak mereka mendirikan shalat sejak umur 7 tahun, diharapkan agar anak-anak mereka sudah terbiasa menjalankan ibadah shalat sejak dini: [12]
Perintah Rasulullah ﷺ tersebut berada pada penggalan hadits yang berbunyi,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Definisi
- Implementasi
Implementasi adalah sebuah bentuk penerapan yang akan dilaksanakan oleh seseorang maupun kelompok yang bertujuan untuk meraih sesuatu yang diinginkannya.
- Karakter
Sedangkan karakter adalah nilai-nilai diri seseorang yang ditentukan berdasarkan dengan watak atau sifatnya, akhlak atau budi pekertinya, serta bagaimana pola berpikir dan berperilakunya. Dengan adanya nilai-nilai tersebut, maka di kemudian hari akan menjadi ciri khas setiap individu.
- Disiplin
Adapun disiplin adalah kemampuan seseorang mengendalikan dirinya untuk menaati dan mematuhi segala bentuk peraturan dan norma yang diberlakukan sebagai bentuk tanggung jawabnya.
- Habit Forming
Mengutip dari Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, habit-forming berasal dari kata habit yang memiliki arti kebiasaan, serta kata form yang memiliki arti bentuk. Kemudian mendapat imbuhan -ing sehingga menjadi kata forming yang artinya membentuk. Jadi habit-forming secara bahasa memiliki arti yaitu membentuk kebiasaan.[14]
Habit forming atau pembiasaan ini adalah suatu model pembelajaran yang konsisten dan terprogram. Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi sebuah kebiasaan. Pembiasaan dapat diartikan juga sebagai sebuah metode dalam pendidikan yang berbentuk proses penanaman kebiasaan. [15] Penulis menyimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa habit forming adalah salah satu metode pembelajaran yang konsisten dan terprogram dan dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk menjadi sebuah kebiasaan, singkatnya habit forming adalah pembiasaan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Disiplin
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang hadir dalam diri seseorang dan akan membentuk kedisiplinan pada pribadinya. Beberapa faktor internal tersebut adalah: [16]
- Pembawaan
Pembawaan merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang sejak ia lahir atau biasa disebut dengan sifat keturunan. Baik maupun buruknya perkembangan anak ditentukan oleh pembawaannya.
- Kesadaran
Kesadaran adalah hal yang dirasakan oleh seseorang ketika hati dan pikirannya telah terbuka untuk melakukan suatu aktivitas. Perilaku ini akan mempermudah seseorang untuk menegakkan kedisiplinan atas kesadaran yang dimilikinya tanpa adanya paksaan dari luar.
- Minat dan Motivasi
Minat adalah rasa suka yang muncul dari dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar orang tersebut. Jika lingkungan yang dimilikinya baik, maka minat yang muncul akan baik. Tapi jika lingkungan yang dimilikinya buruk, maka minat yang muncul juga akan buruk.
Motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak yang berasal dari orang lain yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu. Motivasi memiliki pengaruh yang sangat besar apabila datang dari orang yang dianggap spesial dalam kehidupan seseorang. Minat dan motivasi sangat berdampak dalam meningkatkan kedisiplinan bagi seseorang. Apabila minat dan motivasi seseorang untuk disiplin sangat kuat, maka ia akan mudah untuk berperilaku disiplin.
- Pola Pikir
Pola pikir atau biasa disebut dengan mindset adalah cara seseorang menilai terhadap suatu hal berdasarkan sudut pandang tertentu. Pola pikir yang telah terbentuk akan pentingnya kedisiplinan, maka ia akan menjadi pribadi yang disiplin.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi pembentukan karakter disiplin hadir dari luar diri individu.[17] Adapun beberapa faktor tersebut adalah:
- Orangtua
Lingkungan pertama yang dapat mempengaruhi karakter anak terletak pada orangtuanya.[18] Sebagaimana yang telah berbunyi sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits berikut,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
- Menjadi orangtua yang disiplin dalam setiap waktu dan segala aktivitas. Cara ini sangat penting karena keteladanan merupakan pendidikan yang terbaik bagi anak. Jika orangtua dengan masa lalunya terdidik dari keluarga yang tidak disiplin, maka kini saatnya untuk move on dalam menyalahkan pengasuhan orangtuanya dan siap untuk bangkit dan menemani anak dalam aktivitas kedisiplinannya.
- Kekompakan orangtua sangat penting dalam menegakkan kedisiplinan di rumah. Tata tertib, sopan santun, serta segala bentuk jadwal aktivitas perlu untuk didiskusikan terlebih dahulu antara ayah dan bunda.
- Membangun kesepakatan dengan anak dan anggota keluarga lainnya. Diharapkan ketika ada aturan dalam sebuah keluarga, maka seluruh anggota keluarga telah bersepakat untuk menjalankan aturan tersebut dan bukan berdasarkan paksaan semata dari orangtuanya.
- Membangun kesan yang menyenangkan bagi anak, karena sejatinya kedisiplinan bukan berlandaskan pada kekerasan maupun bentakan. Akan tetapi, berlandaskan pada kasih sayang. Jika ingin menegur anak maka pilihan kata yang tepat dan cara yang baik pun wajib diperhatikan.
- Membangun konsistensi ketika menegakkan kedisiplinan di rumah. Kedisiplinan akan efektif dan berjalan jika adanya sikap konsisten antar anggota keluarga. Hal ini menuntut adanya komitmen dan ketegasan dalam sebuah keluarga.
- Teman Sebaya
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain agar dapat membagikan kebahagiaan maupun kesedihannya. Kebahagiaan seseorang akan terasa tidak lengkap jika tidak memiliki teman. Teman sebaya bagi seorang anak sangat memiliki pengaruh yang besar untuk kehidupannya.[22]
Memilih teman akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter sang anak, maka dari itu sangat dibutuhkan kecermatan dalam memilih teman. Sejatinya teman itu ada yang mengajak kepada kebaikan, membawa keberkahan, serta kebahagiaan. Sebaliknya ada juga teman yang mengajak kepada keburukan, contohnya dalam narkoba.[23]
Kehadiran orangtua sangat diperlukan untuk memantau sifat teman sebaya sang anak dikarenakan banyak yang rusak dan sengsara akibat salah memilih teman. Jika teman yang dimilikinya memiliki sifat disiplin, maka kemungkinan besar anak akan memiliki sifat disiplin juga. Jadi, penting untuk memilih teman yang memiliki pengaruh baik.[24]
- Keteladanan Guru
Keteladanan adalah sebuah karakter yang harus melekat pada kepribadian seorang guru dan lebih memudahkan guru untuk memberikan ilmu kepada siswanya. Jika seorang guru memberikan teladan dan contoh yang baik untuk siswanya, maka peraturan yang telah ditetapkan akan mudah diterapkan. Namun, jika tiada keteladanan dari seorang guru, peraturan apapun yang diterapkan tidak akan mampu berjalan dengan baik.[25]
Filosofi Jawa mengatakan, guru adalah sebuah kata yang memiliki makna ‘digugu lan ditiru’. Makna dari kata tersebut adalah guru merupakan seseorang yang perkataannya mampu dijadikan panutan dan dapat dipertanggungjawabkan serta sosok yang mampu ditiru dalam segala halnya.[26] Sejatinya, tiada kesuksesan yang dapat tercapai melainkan dengan adanya kedisiplinan dan tiada kedisiplinan yang dapat tercapai melainkan dengan adanya sebuah keteladanan.[27]
Seorang guru yang disiplin dan ia menyuruh siswanya untuk disiplin maka ia dapat disebut sebagai sosok guru teladan, jika sebaliknya ia adalah seorang guru yang tidak disiplin dan menyuruh siswanya untuk disiplin maka ia adalah sosok guru yang kejam. Seorang guru yang tidak disiplin serta tidak dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya, maka kelak guru tersebut bukan tidak lagi dihormati oleh siswanya, melainkan guru tersebut sudah tidak lagi menjadi sosok yang terhormat.[28]
Metode Habit Forming
Metode habit forming adalah suatu bentuk metode pembelajaran yang disandarkan pada teori perubahan perilaku yang dicetuskan oleh tokoh aliran behaviorisme yaitu Ivan Pavlov. Prinsip dari teori ini menerapkan adaya sebuah reflek yang membentuk kedatangan stimulus sebelum terjadinya reflek tersebut. Jika diberikan latihan yang konsisten, maka hubungan reflek tersebut akan semakin kuat.[29]
Metode habit forming adalah metode pembelajaran yang konsisten dan terprogram. Konsisten yang dimaksud disini yaitu pembinaan akhlak serta kemampuan berbahasa dan beribadah.[30] Habit forming (pembiasaan) merupakan sebuah usaha yang efisien dalam membina serta membentuk karakter anak. Hasil dari pembiasaan yaitu terciptanya sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah sebuah perilaku yang memiliki sifat otomatis atau berlalu begitu saja tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Jadi, pembiasaan merupakan suatu proses pelatihan untuk anak secara terus-menerus dalam meraih tujuan, sehingga apa yang dilatihkan kepada anak akan tertanam pada dirinya.[31]
Pembiasaan memberikan tempat bagi manusia sebagai suatu hal yang istimewa, karena dengan adanya pembiasaan maka dapat menghemat kekuatan dan kebiasaan akan menjadi suatu hal yang melekat dan spontan.[32] Tujuan diterapkannya model habit forming ini, yaitu untuk melatih dan membiasakan diri pada anak dengan harapan dapat menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri mereka.[33] Seseorang yang telah memiliki kebiasaan tertentu, maka ia akan dapat melakukan kegiatan apapun dengan mudah dan bahagia. Bahkan, untuk segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan saat usia seseorang masih muda akan sulit dirubah dan berlanjut hingga hari tua.[34]
Implementasi Karakter Disiplin melalui Metode Habit Forming di Lingkungan Sekolah
Disiplin Waktu
Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga, maka hendaknya bagi setiap orang untuk menjaga setiap waktu yang dimilikinya dengan sebaik mungkin. Diantara keutamaan menjaga waktu adalah dengan menjaga ketertiban dan menaati peraturan yang telah ditetapkan di suatu lingkungan. Dengan adanya sebuah kedisiplinan, maka seseorang akan lebih memperhatikan waktu yang dimilikinya sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien.[35] Allah ﷻ telah berfirman, yaitu:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” [36]
Implementasi metode habit forming dalam disiplin waktu di lingkungan sekolah meliputi: datang dan pulang sekolah tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, menghormati waktu orang lain, dan mampu mengelola waktu dengan baik. Segala bentuk penerapan tersebut membutuhkan adanya pembiasaan yang baik dari guru. Pentingnya peran guru disini sebagai pemberi keteladanan bagi siswa untuk menerapkan disiplin waktu di lingkungan sekolah.[37]
Disiplin Belajar
Disiplin belajar adalah sebuah penerapan kedisiplinan ketika pembelajaran. Disini guru berperan aktif sebagai pemberi contoh keteladanan bagi siswa. Guru juga membiasakan siswa untuk selalu tertib dalam mengikuti kegiatan belajar setiap hari, memiliki kesepakatan dalam proses pembelajaran, memberi teguran jika waktu belajar tidak sesuai, memberi hukuman jika siswa tidak mengikuti pembelajaran atau membolos di hari tersebut, serta memberi pujian bagi siswa yang rajin dalam pembelajaran.[38]
Disiplin Peraturan
Disiplin terhadap peraturan artinya menaati dan melaksanakan seluruh aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama. Jika aturan tersebut tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya. Jadi, peraturan dibuat berdasarkan dengan kesepakatan bersama.[39]
Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tidak akan pernah lepas dari adanya peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Seluruh siswa pun juga dituntut untuk mampu melaksanakan segala aturan dan tata tertib tersebut.[40] Tata tertib sekolah merupakan suatu hal yang diharapkan dapat tercipta sebuah keteraturan hidup seseorang di lingkungan sekolah.[41]
Umar bin Abi Salamah merupakan salah satu anak yang tumbuh dalam bimbingan Rasulullah ﷺ, karena bundanya dinikahi oleh Rasulullah ﷺ sepeninggal suami beliau. Semasa Umar kecil, ia mendapatkan pengalaman yang berharga yang ia terapkan sepanjang hidupnya. Saat itu, Umar kecil sedang makan dengan berantakan. [42] Rasulullah ﷺ memberikan arahan dan aturan makan bagi Umar,
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah “Bismillah”), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.”[43]
Hingga semenjak saat itu, Umar pun menerapkan disiplin makan yang berakhir menjadi pola makan beliau dalam kehidupannya.[44] Implementasi peraturan yang dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah bisa dengan bersifat demokratis. Dimana guru harus memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya mengapa ia harus berperilaku disiplin. Pemberian hukuman untuk siswa yang tidak disiplin harus disesuaikan dengan pelanggaraannya dan diniatkan untuk membentuk hati nurani pada siswa serta tidak bermaksud untuk menghinanya. Penghargaan juga diberikan kepada siswa yang disiplin dan menaati peraturan dengan maksud untuk memotivasi siswa untuk menjadi lebih baik.[45]
Disiplin Sikap dan Perilaku
Disiplin sikap adalah suatu bentuk kedisiplinan yang wajib dilaksanakan oleh semua orang. Dengan hadirnya disiplin sikap, maka setiap orang akan bersikap maupun berbicara dengan sopan santun yang baik pada orangtua, guru, maupun teman sebayanya. Sama halnya dengan disiplin perilaku, jika ia mampu menerapkan disiplin perilaku yang tepat, maka setiap orang akan berperilaku benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku.[46]
Implementasi dari disiplin sikap disini yaitu siswa terbiasa untuk mengucapkan salam jika bertemu guru, karyawan, maupun teman, bersikap sopan santun kepada siapapun, berpakaian rapi dan sopan, memberi teguran jika ada yang berteriak dan mengganggu pihak lain, memberi teguran jika ada yang tidak sopan dan memberi teguran jika ada yang berpakaian tidak sesuai aturan. Keteladanan guru disini juga harus diterapkan dengan sebaik-baiknya. Tanpa adanya contoh yang baik dari guru, maka siswa tidak akan mau untuk menerapkan disiplin sikap.[47]
Disiplin Ibadah
Ibadah merupakan sebuah sikap tunduk dan patuh kepada Allah ﷻ dikarenakan adanya kesadaran bahwa Allah ﷻ yang telah menciptakan semesta dan segala isinya. Ialah tuhan yang menumbuhkan, mengembangkan, serta menjaga dan memelihara yang ada di dunia ini.[48] Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah ﷻ dan tujuan ibadah semata-mata hanya untuk mengharap rida Allah ﷻ dan sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah ﷻ.[49]
Ibadah shalat adalah salah satu cara terindah dari Allah untuk mendidik hambanya agar selalu berperilaku disiplin dalam melakukan segala aktivitas. Shalat merupakan tolak ukur utama baik maupun buruknya seorang muslim. Kualitas shalat setiap hambalah yang akan menjadi penentu bagaimana ibadah lainnya terjadi. Syarat sah shalat salah satunya adalah dengan dikerjakan tepat pada waktunya. Ibadah shalat tidak boleh dilakukan sebelum maupun sesudah waktunya.[50]
Sebagaimana Allah ﷻ dalam firman-Nya:
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (103)
“Sesungguhnya shalat bagi orang-orang mukmin adalah kewajiban yang waktunya ditentukan (terjadwal).”[51]
Menurut Umar bin Khattab kinerja seseorang akan diukur dari bagaimana ia menjalankan shalatnya. Sahabat Umar pun juga berkata: “Barang siapa yang berani untuk meremehkan shalat, maka dia akan lebih berani untuk meremehkan hal-hal yang lainnya.”[52] Tak hanya ibadah shalat yang mengajarkan kedisiplinan bagi seorang hamba, melainkan terdapat ibadah puasa yang mengajarkan kedisiplinan dalam urusan makan, ibadah zakat yang mengajarkan kedisiplinan dalam urusan harta, serta ibadah haji yang mengajarkan kedisiplinan dari banyak aspek.[53]
Shalat dhuha dan shalat dhuhur adalah salah satu bentuk implementasi dari disiplin ibadah yang dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah. Dimana kegiatan ini dapat dilaksanakan setiap hari dengan bimbingan langsung dari guru. Dengan diadakannya kegiatan seperti ini, peran guru tidak lagi sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator dan pemberi arahan bagi siswanya.[54]
Kesimpulan
Begitu pentingnya karakter disiplin di era kehidupan saat ini. Sebagaimana yang dapat diamati bersama, perilaku disiplin adalah perilaku yang sangat penting untuk direalisasikan di kehidupan ini. Perilaku disiplin juga mampu memberikan banyak manfaat kepada seseorang. Namun, sangat disayangkan banyak dari anak muda khususnya siswa yang masih sering melalaikan kedisiplinan tersebut di lingkungan sekolah. Karakter disiplin dapat dibangun melalui metode habit forming atau pembiasaan. Pentingnya pembiasaan yang diterapkan kepada anak-anak, khususnya siswa di lingkungan sekolah akan memiliki pengaruh baik kepada siswa untuk masa depannya kelak.
Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter disiplin yang menjadi pembahasan pada penulisan ini yaitu, faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang hadir dari diri seseorang seperti pembawaan, kesadaran, minat dan motivasi serta pola pikir, sedangkan faktor eksternal disini hadir dari pengaruh orangtua, teman sebaya dan keteladanan guru. Adapun implementasi karakter disiplin melalui metode habit forming yang dapat dilaksanakan di ligkungan sekolah meliputi disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin peraturan, disiplin sikap dan perilaku serta disiplin ibadah.
[1] Defrizal Siregar dan Yessy Yanita Sari, Membidik Karakter Hebat, Cet. I, (Depok: Gema Insani, 2017), hal. 3.
[2] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Cet.III, (Bandung: CV Pustaka Setia, Maret 2017), hal. 53.
[3] Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, Cet. I, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, Februari 2016), hal. 5.
[4] Elya Umi Hanik dkk, “Implementasi Pendidikan Karakter Kedisiplinan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Of Empirical Studies On Social Science, Vol.1, 2021, hal. 17.
[5] Defrizal, Membidik…., hal. 14.
[6] Sarah Ockwell Smith, Gentle Discipline, Terj. Ade Kumalasari, Cet. I, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2017), hal. 30.
[7] Elya, Implementasi…., Vol.1, hal. 17.
[8] Elya, Implementasi…., Vol. 1, hal. 16.
[9] Ibrahim Mandres dan Puguh Santoso, Tujuh Karakter Teladan Pengasuh Pesantren, (Surakarta: DEA Publisher, 2024), hal. 26.
[10] HR. An-Nasa’i, Bab al- Takhdhidh ‘ala ṭa’atillah ‘azza wa jalla, no. 2.
[11] Elya, Implementasi…., Vol. 1, hal. 17.
[12] Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2022), hal. 166.
[13] HR. Abu Daud, Bab Matậ yu’mar al-Ghulam bi al-Sholah, no. 495.
[14] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), hal. 318.
[15] Amin dan Linda Yurike Susan Sumendap, 164 Model Pembelajaran Kontemporer, (Jakarta: Pusat Penerbitan LPPM, Mei 2022), hal. 260.
[16] Andini Putri Septirahmah dan Muhammad Rizkha Hilmawan, “Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Kedisiplinan: Pembawaan, Kesadaran, Minat dan Motivasi, serta Pola Pikir”, Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2, No. 2, Juli 2021, hal. 621.
[17] Andini, Faktor…., hal. 618.
[18] Ridwan, Pendidikan…., hal. 151.
[19] HR. Bukhari, Bab Mậ qila fi Auladi al-Musyrikin, no. 1385.
[20] Sudarisman Ahmad, Basic Islamic Parenting, (Sukoharjo: Zaduna, November 2022), hal. 122.
[21] Ibid, hal. 123.
[22] Ridwan, Pendidikan…., hal. 151.
[23] Ibid, hal 151-152.
[24] Ibid, hal. 152.
[25] Ibrahim, Tujuh…., hal. 8.
[26] Ibid.
[27] Ibrahim, Tujuh…., hal. 7.
[28] Ibid, hal. 8-9.
[29] Amin, 164…., hal. 260.
[30] Ibid.
[31] Fahrrurozi, Yofita Sari dan Siti Rohamah, “Studi Literatur: Model Pembelajaran Habit Forming dalam Penguatan Kedisiplinan Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Selama Pembelajaran Daring”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 4, No. 3, 2022, hal. 3883.
[32] Amin, 164…., hal. 260.
[33] Fahrrurozi, Studi…., hal. 3883.
[34] Amin, 164…., hal. 261.
[35] Yudha, Character…., hal. 279.
[36] QS. Al-Asr’ : 1-3
[37] Indah Suwaidah, “Implementasi Karakter Disiplin melalui Pengembangan Diri di Sekolah Dasar Negeri 12 Kubu Kelawit Kecamatan Samalantan, Bengkayang, Kalimantan Barat”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 2, No. 9, 2020, hal. 139.
[38] Indah, Implementasi…., hal. 139.
[39] Budi Astyandini, Buku Ajar Pendidikan, (Jakarta: Mahakarya Citra Utama Grup, 2024), hal. 86.
[40] Farhan Aulia Maulani, Penerapan Sikap Disiplin, (Surabaya: CV Media Edukasi Creative, 2022), hal. 42.
[41] Wisnu Aditya Kurniawan, Budaya Tertib Siswa di Sekolah, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), hal. 5.
[42] Sudarisman, Basic…., hal. 121.
[43] HR. Bukhari, Bab Tasmiyah ‘Ala at-Tho’ami Wa al-akli bi al-Yamini, no. 5376.
[44] Sudarisman, Basic…., hal. 121.
[45] Said Darnius dkk, “Implementasi Disiplin dalam Proses Pembelajaran sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa SD Negeri 2 Banda Aceh”, Jurnal Serambi Konstruktivis, Vol. 1, No. 2, Juni 2019, hal. 93.
[46] Budi, Buku…., hal. 87.
[47] Indah, Implementasi…., hal. 140.
[48] Irvan, Skripsi: Konsep Ibadah dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah Ayat 1-7, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 7.
[49] Irvan, Konsep…., hal. 8.
[50] Ibrahim, Tujuh…., hal. 3.
[51] QS. An-Nisa’: 103
[52] Ibrahim, Tujuh…., hal. 3.
[53] Sudarisman, Basic…., hal. 122.
[54] Moh Qurtubi, “Implementasi Model Pembelajaran Habit Forming dalam Kegiatan Shalat Dhuha di MTS Akbar”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, Maret 2024, hal. 54.