Hati ibarat sebuah kaca yang bening, jika kaca tersebut terus-menerus dibersihkan maka kaca akan bening dan mengkilap. Sebaliknya jika kaca tersebut tidak dibersihkan dari noda-noda yang menempel, maka kaca itu menjadi kusam dan buram.
Demikian dengan hati kita jika tidak dibersihkan, maka lama-kelamaan hati akan keras membeku seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Sebab ketika kita berbuat maksiat, berarti kita menorehkan noda hitam pada hati yang bening itu. Maka cahaya Allahtidak dapat ditangkap oleh nurani yang terhalangoleh noda-noda yang membeku.
Rasulullah saw bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺫْﻧَﺐَ ﺫَﻧْﺒًﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻧُﻜْﺘَﺔٌ ﺳَﻮْﺩَﺍﺀُ ﻓِﻰ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﺎﺏَ ﻭَﻧَﺰَﻉَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﺻُﻘِﻞَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻗَﻠْﺒُﻪُ ﻓَﺈِﻥْ ﻋَﺎﺩَ ﺭَﺍﻧَﺖْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻐْﻠَﻖَ ﺑِﻬَﺎ ﻗَﻠْﺒُﻪُ ﻓَﺬَﺍﻙَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻓِﻰ ﻛِﺘَﺎﺑِﻪِ (ﻛَﻼَّ ﺑَﻞْ ﺭَﺍﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮﻥَ )
“Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan sebuah dosa, maka akan ada noktah hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut , dan beristighfar memohon ampun kepada Allah swt, maka hatinya akan menjadi bersih dan cemerlang. Tetapi jika ia kembali melakukan dosa sebelum bertaubat, maka bertambah noktah hitam tersebut sampai menutupi hatinya, maka itulah Roin yang disebutkan dalam firman Allah swt “Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14) (HR. Bukhari dan Muslim)
Noda-noda hitam itulah yang kemudian menyebabkan berbagai penyakit batin bersemayam di hati. Semakin kotor hati kita, semakin subur penyakit batin yang tumbuh dan berkembang di setiap ruang di hati kita.
Penyakit-penyakit batin inilah yang menyebabkan kita jauh dari Allah, membentuk dinding tebal yang menghalangi kita mendapat cahaya Allah. Penyakit batin ini sangat berbahaya karena tidak kelihatan, tidak disadari dan sulit menghilangkannya. Lebih berbahaya lagi, karena penyakit batin inilah yang menjadi penggerak maksiat zhahir. Selama maksiat batin ini belum dihilangkan atau dibersihkan, maka maksiat zhahir sulit dihindarkan dari manusia. Atau ia selalu berulang-ulang kembali, maju-mundur dan menimbulkan kejahatan-kejahatan baru yang dilakukan oleh anggota badan manusia. Oleh karenanya penyakit hati kita harus dibersihkan sampai ke akar-akarnya.
Sucikan Hati dengan Istighfar
Ibarat deterjen yang mampu mengilangkan noda pada pakaian, maka istighfar adalah deterjen untuk menghilangkan noda yang menempel pada hati. Karenanya, Allah swt memerintahkan kepada hambanya untuk memperbanyak istighfar sebagaimana firman-Nya:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud: 3)
Memohon ampun dan beristighfar adalah kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt, karena secara fitrah manusia tidak akan bisa mengelak dari perbuatan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugrah dan rahmat yang besar dari Allah swt bagi hamb-hamba-Nya yang beriman. Karenanya Rasulullah saw tidak pernah sekalipun dalam hari-harinya melewatkan istihgfar.
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw selalu beristighfar setiap hari lebih dari tujuh puluh sampai seratus kali, beliau bersabda:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Dari Abu Hurairah ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadan-Nya setiap hari lebih dari tujuh puluh kali. (HR. Bukhari)
Sabda beliau yang lain;
ﻭَﻋَﻦِ ﺍﻷَﻏَﺮِّ ﺑْﻦِ ﻳَﺴَﺎﺭِ ﺍﻟْﻤُﺰَﻧِﻲِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺗُﻮْﺑُﻮْﺍ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻩُ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺃَﺗُﻮْﺏُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻴَﻮْﻡِ ﻣِﺄَﺕَ ﻣَﺮَّﺓٍ
“Dari Al-Aghar bin Yasar Al-Muzani ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim)
Itulah yang Rasulullah saw lakukan setiap hari, padahal beliau adalah manusia yang ma’shum, terjaga dari kesalahan. Beliau juga sudah dijamin oleh Allah tempat yang mulia (maqaman mahmuda) nanti di syurga. Lalu bagaimana dengan kita? Para manusia akhir zaman dengan segunung dosa dan salah yang menyamudera?
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Inilah kekhususan Nabi saw yang seorang pun tidak ada yang menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shahih pun yang menceritakan tentang balasan amalan kepada selain beliau saw yang menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni. Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau saw dalam segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang yang belakangan. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah pemimpin seluruh manusia di dunia dan akhirat.”
Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullah saw terlihat paling banyak beristigfar.
Untuk itu marilah kita senantiasa memperbanyak istighfar, dengan sepenuh penyesalan atas dosa yang kita lakukan, dan seutuh pengharapan kepada maghfirah Alloh Ta’ala. Semoga kita termasuk dalam golongan manusia yang berbahagia kelak di yaumul hisab, lantaran banyak beristighfar. Aamiin
Oleh : Ust. Ahsanul Huda