BerandaKajianTazkiyahKebiasaan Baik Yang Berpahala

Kebiasaan Baik Yang Berpahala

- Advertisement -spot_img

Kebiasaan Baik Yang Berpahala
Penulis: Mujahid Ammar (Mahasantri Ma’had Aly Ta’hil lil Mudarrisin)

Setiap waktu shalat, kita selalu mengucapkan bahwa Allah adalah Ar-Rahman dana r-Rahim. Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah.

Di antara bentuk kasih sayang dan kemurahan Allah kepada orang-orang yang beriman ditunjukkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam sebuah hadits. Beliau bersabda,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika salah seorang hamba sakit atau bersafar, maka dicatatlah untuknya pahala ketaatan sebagaimana ia mengerjakannya ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau sehat.” (HR. Bukhari no. 2996)

MasyaAllah, sungguh sangat luas sekali rahmat Allah kepada kita.

Dalam hadits di atas Rasulullah ﷺ memberi kabar gembira bahwa apabila kita terhalang dari melakukan amalan yang biasanya kita lakukan karena udzur syar’i, maka kita tetap mendapatkan pahalanya, secara sempurna.

Syaikh Utsaimin memberi contoh, apabila seseorang sudah terbiasa shalat berjamaah di masjid, tapi qadarullah suatu ketika ia sakit dan tidak bisa hadir untuk shalat di masjid, maka baginya pahala shalat berjamaah sebagaimana yg biasa ia lakukan.

Contoh lain, apabila seseorang sudah biasa membaca Al-Qur’an setelah Maghrib sampai Isya’, lalu suatu hari ia melakukan safar yang melelahkan sehingga tidak sempat membaca Al-qur’an di waktu itu, maka baginya pahala membaca Al-Qur’an sebagaimana yang ia lakukan di hari-hari biasanya.

Manfaat Kebiasaan Baik

Dari uraian di atas, bisa kita ambil satu kata kunci yang sangat penting. Yaitu: kebiasaan. Banyak hadits yang mendorong kita untuk memiliki kebiasaan baik. Juga memotivasi untuk membiasakan diri dengan amalan-amalan kebaikan.

Selain itu, umat Islam juga mendapatkan kesempatan yang sangat besar untuk bisa membiasakan diri berbuat baik dengan adanya bulan tarbiyah an-nafs, bulan pendidikan jiwa, yaitu bulan Ramadhan.

Bulan yang tepat untuk membangun sebuah kebiasaan baru. Selama satu bulan manusia dianjurkan dan dimotivasi untuk memperbanyak amalan kebaikan.

Supaya saat keluar dari bulan yang mulia tersebut, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik karena sudah memilki kebiasaan baru, yaitu kebiasaan yang baik. Seperti membaca Al-Qur’an, shalat malam, berpuasa, berinfak, dan lain sebagainnya.

Bahkan, para pakar yang meneliti tentang perilaku manusia juga mengatakan bahwa rata-rata manusia membutuhkan waktu sekitar 21 sampai 30 hari untuk membentuk kebiasaan baru.

Jika suatu perbuatan diulang setiap hari selama jangka waktu tersebut, perbuatan itu akan menjadi kebiasaan untuk hari-hari setelahnya.

Jika suatu perbuatan sudah menjadi kebiasaan, maka akan lebih mudah dan ringan untuk dilakukan. Seakan-akan tubuh kita sudah otomatis melakukannya sendiri.

Maka bulan Ramadhan adalah momen yang tepat untuk membentuk kebiasaan yang baru dan kesempatan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada pada diri.

Bagaimana Membangun Kebiasaan?

Lalu bagaimana cara membangun kebiasaan yang baik? Hadits yang diriwayatkan Ibunda Aisyah ini semoga bisa menjawabnya,

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا، وَإِنْ قَلَّ

Rasulullah ﷺ bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.” (Muttafaqun ‘alaih)

Ya, langkah pertama adalah dengan memulai dari amalan-amalan kecil namun konsisten.

Amalan yang langsung dikerjakan secara banyak, biasanya akan terasa berat untuk mengulanginya. Nah, apabila yang kecil-kecil sudah bisa konsisten baru ditambah sedikit demi sedikit.

Kkedua dan tidak kalah penting, adalah mencari teman atau lingkungan yang mendukung dengan visi yang sama untuk membentuk kebiasaan baik. Karena ketika nanti ada yang malas atau futur misalnya, yang lain akan saling menyemangati, mengajak, dan menasihati.

Kebiasaan dan Husnul Khatimah

Saat menafsirkan ayat,

وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim.”(QS. Ali ‘Imran: 102)

Ibnu Katsir mengatakan, “Barang siapa yang hidup di atas kebiasaan tertentu, maka ia akan mati dalam keadaan tersebut. Barang siapa yang mati dalam suatu kondisi tertentu, ia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut.”

Maka marilah kita tanya dan introspeksi pada diri sendiri, apakah selama ini kita lebih banyak terbiasa melakukan amal-amal kebaikan atau bahkan malah amal-amal kemaksiatan?

Semoga Allah ﷻ beri kita keistiqamahan dalam ketaatan dan Allah ﷻ matikan kita dalam keadaan husnul khatimah. Amin

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami