Daftar Isi
Khutbah Jum’at: Empat Hikmah Peristiwa Pasukan Bergajah
Oleh Mujahid Ammar (Mahasantri Ma’had Aly li Ta’hil Al-Mudarrisin)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengajak diri khatib pribadi dan jamaah sekalian untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ﷻ atas segala limpahan karunia dan rahmat dari-Nya.
Shalawat beriring salam, tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Agung, Rasulullah Muhammad ﷺ beserta keluarga, sahabat, dan juga mereka yang senantiasa berjuang, berpegang teguh menjalankan sunah beliau.
Kemudian, khatib wasiatkan kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ. Sebab sebaik-baik bekal manusia untuk menghadapi kematian adalah takwa kepada Allah ﷻ.
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Hari ini, kita berada di bulan Rabiul Awal, bulan ketika Nabi kita yang tercinta dilahirkan. Inilah bulan maulid atau bulan kelahiran Rasulullah ﷺ, dan ketika berbicara tentang kelahiran beliau, maka kita tidak dapat mengabaikan sebuah peristiwa besar yang terjadi pada tahun itu.
Sebuah peristiwa ketika seorang raja zalim bernama Abrahah memimpin pasukan yang membawa puluhan ekor gajah. Pasukan bergajah itu, datang jauh-jauh dari Yaman ke Mekkah hanya untuk satu tujuan keji, yaitu menghancurkan Ka’bah.
Bukan tanpa alasan Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah. Awalnya, dia ingin memalingkan perhatian bangsa Arab dari Mekkah ke Yaman. Untuk itu, ia membangun sebuah gereja yang sangat tinggi dan megah dengan harapan bisa menyaingi Ka’bah yang berada di Mekkah.
Ia merasa terhina karena Ka’bah di Mekkah, yang dihormati oleh bangsa Arab sebagai tempat suci, memiliki status yang lebih tinggi daripada gereja yang ia bangun di Yaman. Akan tetapi, hal itu sia-sia belaka, sebab bangsa Arab tetap memilih Ka’bah.
Abrahah pun murka. Niat awalnya yang hanya ingin menyaingi Ka’bah berubah menjadi ingin untuk menghancurkannya. Maka ia segera menyiapkan puluhan ribu pasukan yang dilengkapi dengan beberapa ekor gajah untuk berangkat ke Mekkah
Di sepanjang jalan sebelum memasuki Mekkah, Abrahah merampas harta orang-orang Arab yang ia temui, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muththalib, kakek sang Nabi sekaligus pemimpin Kota Mekkah waktu itu.
Abdul Muththalib pun datang untuk meminta kembali untanya. Setelah Abdul Muththalib menyampaikan maksudnya, Abrahah berkata dengan nada merendahkan, “Ketika kau datang, aku merasa kagum kepadamu.”
“Tetapi setelah kau berbicara, aku sudah tak lagi menghargaimu. Karena kukira kau datang untuk membicarakan perihal Ka’bah yang akan aku hancurkan, padahal itu adalah agamamu dan agama leluhurmu. tapi ternyata kedatanganmu hanya untuk meminta kembali unta-untamu.”
Abdul Muththalib pun menjawab, “Saya adalah pemilik unta-unta itu, maka wajarlah jika aku memintanya kembali. Adapun Ka’bah, maka Pemiliknya lah yang akan menjaganya.”
Dengan congkak, Abrahah membalas, “Tidak ada yang bisa mencegahku.” Abdul Muththalib pun kembali memperingatinya, “Itu urusanmu dan Pemilik Ka’bah itu.” Kemudian ia menuju Ka’bah dan memerintahkan semua penduduknya untuk mengungsi ke perbukitan.
Dengan sombong dan percaya akan kekuatannya, Abrahah dan pasukannya pun sampai di perbatasan Mekkah. Tapi akhirnya, dengan kekuasaan Allah ﷻ, pasukan itu hancur lebur oleh burung-burung yang Allah kirimkan.
Peristiwa ini Allah ﷻ abadikan dalam Al-Qur’an dalam surat khusus, yaitu surat Al-Fiil.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
“(1) Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? (2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (3) dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, (4) yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, (5) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Kita sebagai orang yang beriman, dituntut untuk selalu mengambil ibrah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Baik itu peristiwa yang terjadi di sekitar kita maupun yang kita dengar dari orang lain. Tidaklah Allah mencantumkan kisah pasukan bergajah ini dalam kitab-Nya kecuali pasti terdapat banyak hikmah yang bisa dipetik.
Beberapa di antaranya adalah:
Allah Menghinakan Orang yang Sombong
Kesombongan Abrahah bisa kita lihat dari percakapannya dengan Abdul Muththalib. Saat itu ia menyatakan dengan angkuh bahwa tak akan ada yang bisa menghentikannya. Namun, perhatikan kesudahan yang terjadi pada Abrahah dan pasukannya.
Allah ﷻ menghancurkan dan menghinakannya bersama pasukan bergajah. Allah ﷻ pun tidak perlu mengirimkan malaikat untuk menghentikannya; Allah ﷻ hanya mengirim burung-burung Ababil yang membawa bebatuan kecil, dan itu sudah cukup untuk menghancurkan Abrahah beserta pasukannya.
Allah ﷻ berfirman
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Tawakal Hanya Kepada Allah
Perkataan Abdul Muththalib bahwa Ka’bah memiliki pemilik yang akan menjaganya bukanlah ungkapan yang keluar karena keputusasaan atau tindakan berlepas diri dari tanggung jawab. Sebaliknya, itu didasarkan pada keyakinan penuh bahwa Allah ﷻ pasti akan memberikan pertolongan-Nya.
Ketika Abdul Muththalib meminta penduduk Mekkah untuk mengungsi, seakan-akan ia mengatakan, “Serahkan semua urusan ini kepada Allah, karena ini bukan lagi ranah kalian. Semua urusan ini berada di luar kendali kalian, maka serahkanlah semuanya kepada Dzat Yang Maha Mampu.”
Sungguh, tawakal adalah hal yang sering diabaikan oleh manusia pada zaman ini. Di mana setiap orang merasa dirinya cukup dan mampu dengan kemampuannya, merasa kuat dengan harta yang dimilikinya, dan merasa bisa melakukan apapun dengan kekuasaannya.
Mereka menggantungkan semua urusannya pada hal-hal semu yang bahkan bisa lenyap kapan saja. Mereka mengabaikan kekuasaan dan keagungan Allah ﷻ, padahal kekuatan sebesar pasukan bergajah pun tidak mampu memasuki Mekkah tanpa kehendak Allah ﷻ.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Binatang Saja Enggan Diajak Bermaksiat
Ketika pasukan Abrahah tiba di perbatasan Kota Mekkah, gajah-gajah mereka sontak berhenti dan menolak untuk bergerak. Namun, saat gajah-gajah itu dipalingkan ke arah lain, mereka berjalan dengan cepat, seolah-olah ingin segera menjauh dari Kota Mekkah. Hal ini menunjukkan bahwa para binatang pun tunduk dan patuh pada Allah ﷻ.
Mereka tidak mau digunakan sebagai alat untuk berbuat maksiat kepada Allah. Oleh sebab itu, jika ada manusia yang diberi akal dan kemampuan untuk memahami perintah Allah ﷻ, namun dengan sukarela dan sadar justru melanggar syariat-Nya, maka itu menunjukkan bahwa manusia tersebut lebih rendah dan hina daripada binatang.
Setiap Makar untuk Memusuhi Allah ﷻ Pasti Binasa
Inilah yang harus tertanam dalam hati setiap muslim. Meskipun di zaman ini kita menyaksikan banyak dari kaum muslimin menghadapi penindasan dan ketidakadilan dari musuh-musuh Allah, kita harus tetap yakin bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Secanggih dan sehebat apapun teknologi yang dimiliki orang-orang kafir, itu tidak akan pernah bisa mengalahkan ketentuan Allah.
Sebagaimana kita lihat di lembar-lembar sejarah, bagaimana Fir’aun dibinasakan, Jalut dikalahkan, Namrud dihancurkan, dan bagaimana kaum Tsamud diratakan. Padahal mereka adalah kaum yang memiliki kekuatan besar. Pada akhirnya, yang benar (haq) akan selalu menang, sementara yang salah (bathil) akan selalu kalah.
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Jika kita mentadabburi lebih dalam lagi, maka masih banyak hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa besar ini. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap situasi, di mana pun dan kapan pun. Dengan memperoleh pelajaran tersebut, semoga ketakwaan dan keimanan kita semakin bertambah. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ الِلّٰهِ وَسَلاَمُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ. أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيمْ
Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah.
Dengan mengingat dan menyadari bahwa kita saat ini berada di bulan kelahiran Nabi yang mulia, semoga semangat kita untuk meneladani beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnahnya semakin berkobar. Dengan demikian, semoga di akhirat kelak kita dapat dianggap sebagai umatnya oleh beliau dan mendapatkan bagian dari syafaat beliau. Allahumma amin.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَبِهِ كَانُوْا يَعْدِلُوْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَليٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجالِ
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ خِتَامَنَا، نَسْأَلُكَ أَنْ تُخَفِّفَ عَنَّا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَ وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ