Daftar Isi
( Oleh : Santri Darsya )
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْكَرِيْمِ، بَعْدَ أَنْ أَعُوْذَ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، وَقَالَ أَيْضًا :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا، وَقَالَ أَيْضًا :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Ma’asyirol muslimin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan kita untuk menikmati segala kenikmatan-Nya yang tak terhingga hingga kita dapat melangkahkan kaki menjalankan perintah ibadah jum’at secara berjama’ah dalam keadaan sehat wal ‘afiyat.
Kemudian sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, suriteladan terbaik sepanjang zaman, yaitu nabiyullah Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’at beliau di akhirat kelak. Semoga sholawat dan salam tercurah pula kepada keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, serta orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran beliau sampai hari kiamat nanti.
Ma’asyirol muslimin, tamu undangan Allah yang berbahagia
Untuk mengawali khutbah kali ini, dan pada kesempatan yang mulia ini, khotib berpesan kepada diri pribadi dan para jama’ah sekalian, untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena dengan bekal seperti itu, kita bisa meraih keberkahan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman :
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS. Al-Baqarah: 197)
Jama’ah jum’at yang dirohmati Allah SWT
Dalam keseharian kita, sudah sangat mungkin kita selalu mendapatkan berita, informasi di lingkungan sekitar, atau melalui sarana media yang kita punya. Karena berita memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sumber informasi yang membantu kita memahami peristiwa di sekitar dan membuat keputusan yang tepat. Namun, di tengah derasnya arus informasi, kita perlu berhati-hati dalam menyerap berita, terutama yang belum jelas kebenarannya.
Dalam era digital saat ini, di mana berita dapat dengan mudah disebarkan melalui media sosial, risiko terjebak dalam informasi yang salah atau menyesatkan semakin tinggi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu melakukan verifikasi sebelum mempercayai atau membagikan berita tersebut. Dengan bersikap kritis dan selektif, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri dari dampak negatif informasi yang tidak akurat, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya lingkungan informasi yang lebih sehat dan bertanggung jawab. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurāt: 6)
Ayat ini juga sama menerangkan adab yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang berakal, yaitu apabila ada orang fasik yang memberitahukan kepada mereka suatu berita, maka hendaknya mereka menelitinya dan tidak langsung menerima beritanya, karena jika demikian terdapat bahaya yang besar dan terjatuh ke dalam dosa. Hal itu karena jika berita orang fasik menempati posisi berita orang yang yang benar lagi adil sehingga dibenarkan dan dilanjutkan konsekwensinya tentu akan menimbulkan bahaya, seperti binasanya jiwa dan harta tanpa alasan yang benar sehingga membuat seseorang menyesal.
Oleh karena itu, yang wajib dalam menerima berita orang fasik adalah tatsabbut (meneliti), jika ada dalil dan qarinah (tanda) yang menunjukkan kebenarannya, maka diberlakukan dan dibenarkan. Tetapi jika dalil dan qarinah menunjukkan kedustaannya, maka didustakan dan tidak diberlakukan. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa berita orang yang jujur adalah diterima dan bahwa berita orang yang berdusta adalah ditolak, sedangkan berita orang fasik, maka tergantung dalil dan qarinah. Oleh karena itulah, kaum salaf sampai menerima banyak riwayat dari orang-orang Khawarij yang terkenal kejujurannya meskipun fasik. (Abdurrahman As-Sa’di, Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 799)
Kaum muslimin rahimakumullah
Di era informasi dan media sosial yang serba cepat ini, tantangan yang dihadapi semakin kompleks, terutama dengan maraknya penyebaran informasi yang tidak akurat atau palsu. Banyaknya platform yang memungkinkan siapa saja untuk berbagi berita membuat masyarakat kesulitan membedakan antara fakta dan hoaks, yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap media dan informasi yang valid. Selain itu, media sosial sering menciptakan polarisasi opini, di mana pengguna terjebak dalam “echo chamber” yang menghambat dialog konstruktif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan literasi media yang baik, agar dapat menyaring informasi dengan bijak dan berkontribusi pada diskusi yang sehat, sehingga kita dapat melindungi diri dari informasi menyesatkan dan menciptakan lingkungan informasi yang lebih positif dan inklusif.
Nabi kita Muhammad SAW melarang kita dari bermudah-mudahan menyebarkan informasi yang baru saja kita dengar tanpa kroscek terlebih dahulu. Beliau bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang itu sebagai pendusta (pembohong), ketika dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam Muqaddimah Shahih Muslim no. 5)
Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan dengan lafaz,
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang (dikatakan) berdosa jika dia menyampaikan seluruh yang dia dengar.” (HR. Abu Dawud no. 4992)
Imam Malik rahimahullah juga mengatakan :
“Ketahuilah bahwa tidak ada orang yang aman dan selamat jika menceritakan semua yang dia dengar. Dan tidak akan mungkin seseorang menjadi pemimpin jika ia terus menceritakan apa yang dia dengar.” (Syarh Shahih Muslim)
Etika Islam menawarkan panduan yang jelas dan mendalam dalam menyikapi berita yang belum terverifikasi, menekankan pentingnya kebenaran dan keadilan. Dalam ajaran Islam, setiap individu diharapkan untuk mencari dan menyebarkan informasi yang akurat, serta menghindari penyebaran berita yang dapat menimbulkan fitnah atau kebohongan.
Prinsip ini tercermin dalam ajaran Al-Qur’an dan Hadis, yang mendorong umat Muslim untuk tidak hanya menerima informasi secara mentah, tetapi juga melakukan verifikasi sebelum membagikannya. Dengan demikian, etika Islam mengajak kita untuk menjadi konsumen informasi yang kritis, memastikan bahwa apa yang kita sampaikan kepada orang lain adalah sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Jama’ah jum’at rahimakumullah
Dalam kitab Zubdatu At-Tafsir karya Syekh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, terdapat penekanan penting mengenai kebenaran: “Pastikanlah kebenarannya. Termasuk dalam memastikan adalah bersikap tenang tanpa tergesa-gesa, serta memperhatikan urusan yang terjadi dan berita yang ada, sehingga kebenarannya dapat terungkap dengan jelas.”
Perlu kita sadari bahwa tergesa-gesa dalam menyebarkan rumor dan informasi yang belum jelas dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat kita. Berita dan rumor yang tidak jelas sering kali berujung pada kekacauan dan perpecahan di antara kaum Muslimin. Banyak hubungan persaudaraan yang terputus akibat rumor tak berdasar, dan banyak pula pertemanan yang renggang karena berita simpang siur yang tidak diklarifikasi terlebih dahulu. Sungguh, rumor dan hoaks adalah sumber malapetaka yang harus kita hindari demi menjaga keharmonisan di antara kita.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Lebih dari sekadar kewajiban moral, etika Islam juga mengajarkan tentang tanggung jawab sosial dalam berkomunikasi. Dalam konteks berita yang belum terverifikasi, kita diajarkan untuk bersikap sabar dan tidak terburu-buru dalam menyebarkan informasi. Hal ini penting untuk mencegah potensi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berita yang salah. Allah SWT mengingatkan kita akan tanggungjawab mengikuti sesuatu yang tidak didasari kebenarannya dalam firman-Nya :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isrā`: 36)
Dengan mengedepankan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab, etika Islam tidak hanya melindungi individu dari dampak negatif informasi yang salah, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghormati. Dalam dunia yang dipenuhi dengan informasi yang cepat dan sering kali menyesatkan, panduan etika ini menjadi semakin relevan dan penting untuk dipegang teguh.
Prinsip-prinsip etika dalam Islam merupakan landasan moral yang mengatur perilaku individu dan interaksi sosial dalam masyarakat. Salah satu prinsip utama adalah kejujuran, di mana umat Muslim diajarkan untuk selalu berkata benar dan menghindari kebohongan, karena kebenaran adalah salah satu nilai tertinggi dalam ajaran Islam.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (HR. Al-Bukhâri, no. 6094 dan Muslim no. 2607)
Kaum muslimin, tamu undangan Allah SWT yang berbahagia
Di era digital saat ini, informasi dapat dengan mudah tersebar luas dalam hitungan detik. Namun, tidak semua informasi yang beredar adalah benar. Berita hoax atau informasi palsu sering kali menyesatkan dan dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat. Dalam konteks ini, Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi berita hoax. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil untuk menyikapi berita hoax dengan bijaksana, berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan hadits adalah sebagai berikut :
- Melakukan Tabayyun (Klarifikasi)
Langkah pertama yang sangat penting adalah melakukan tabayyun, yang berarti mencari kejelasan dan kebenaran dari berita yang diterima. Dalam Islam, sebelum kita menyebarkan informasi, kita diharuskan untuk memverifikasi kebenarannya. Misalnya, jika kita mendengar berita yang meragukan, kita sebaiknya bertanya kepada sumber yang lebih terpercaya atau melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa informasi yang kita terima adalah akurat dan tidak menyesatkan.
- Berpikir Positif
Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berpikir positif. Ketika kita menerima berita yang belum jelas kebenarannya, penting untuk tidak langsung percaya dan menghindari prasangka buruk. Berpikir positif tidak hanya membantu kita menjaga ketenangan pikiran, tetapi juga mencegah terjadinya konflik yang tidak perlu di masyarakat. Dengan sikap ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan saling menghormati.
- Memilih Sumber Informasi yang Kredibel
Salah satu cara untuk menghindari berita hoax adalah dengan memilih sumber informasi yang kredibel. Pastikan informasi yang kita terima berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Sumber yang kredibel dapat mengurangi risiko terjerumus ke dalam berita hoax. Dalam dunia yang penuh dengan informasi, kemampuan untuk memilah dan memilih sumber yang tepat sangatlah penting.
- Mengedukasi Diri dan Orang Lain
Pendidikan adalah kunci untuk mengenali berita hoax. Tingkatkan pemahaman kita tentang cara mengenali berita yang tidak benar dan dampaknya. Selain itu, kita juga dapat mengajak orang lain untuk lebih kritis dalam menerima informasi. Dengan berbagi pengetahuan, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya verifikasi informasi.
- Menahan Diri untuk Tidak Menyebarkan Berita yang Tidak Pasti
Jika ada keraguan tentang kebenaran suatu berita, lebih baik menahan diri untuk tidak menyebarkannya. Tindakan ini sangat penting untuk mencegah penyebaran informasi yang salah dan mengurangi kebingungan di masyarakat. Dalam Islam, kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan dan setiap informasi yang kita bagikan.
- Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial adalah alat yang sangat powerful, tetapi juga bisa menjadi sarana penyebaran berita hoax. Oleh karena itu, kita harus menggunakan platform media sosial dengan bijak. Sebagai pengguna, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang kita bagikan adalah akurat dan bermanfaat. Dengan cara ini, kita dapat berkontribusi pada penyebaran informasi yang positif dan benar.
- Mengikuti Ajaran Al-Qur’an dan Hadis
Akhirnya, selalu merujuk pada ajaran Al-Qur’an dan hadis dalam menyikapi berita. Al-Qur’an mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan tidak berbohong, serta untuk selalu mencari kebenaran. Dengan mengikuti ajaran ini, kita dapat membangun karakter yang kuat dan menjadi individu yang bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بَمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدٰىنَا لِهٰذَاۗ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ ۚ ، أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ هَذِهِ الْأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, umat Islam dapat lebih bijaksana dalam menyikapi berita hoax. Dalam dunia yang dipenuhi dengan informasi, penting bagi kita untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan kritis. Dengan cara ini, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri, tetapi juga berkontribusi pada masyarakat yang lebih sehat dan terinformasi dengan baik. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang bebas dari berita hoax dan penuh dengan kebenaran.
Selanjutnya, marilah kita berdo’an kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kita, agar senantiasa melindungi kita dari berita-berita bohong, fitnah dan yang bisa memberikan dampak buruk dan celaka bagi kita.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Jika anda menginginkan naskah khutbah di atas dalam format PDF atau Word, silahkan klik link di santridarsya.blogspot.com