BerandaMateri KhutbahKhutbah JumatKHUTBAH JUM’AT : JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN HIDUP

KHUTBAH JUM’AT : JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN HIDUP

- Advertisement -spot_img

Oleh : Ustadz Amri Yasir Mustaqim, M.Pd.I

( Dosen Ma’had Aly Darusy Syahadah )

KHUTBAH PERTAMA

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الكريم، وعلى آله وصحبه أجمعين، اللهّم صلّ على محمّد وعلى أل محمّد كما صلّيت على إبراهيم و على أل إبراهيم إنك حميد مجيد.

 

فيا عباد الله أوصيكم وإياي نفسي بتقوى الله، حيث قال جلّ و على في كتابه التنزيل (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ) و (  َيا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ) وقال في أية الأخرى  ( يا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ) أمّا بعد.

 

Jamaah sholat jumat yang dirahmati Allah…

Marilah kita bersyukur kepada Allah Ta’ala. Karena Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan yang membuat kita bisa selalu beribadah kepada Allah. Baik itu yang berupa kondisi tubuh kita yang sehat terhindar dari virus. Begitu juga waktu yang diberikan oleh Allah sehingga kita masih bisa menjalankan sholat jum’at secara berjamaah.

Mari kita lantunkan selalu Sholawat dan salam untuk Nabi kita, Rasul kita, Nabiyullah Muhammad – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – yang mana dengan kehadiran beliau di dunia ini, akhirnya kita bisa mengenal Allah dan bagaimana kita juga bisa kembali kelak menuju surganya Allah.

Tidak lupa khatib selalu mengingatkan kepada jama’ah sekalian untuk selalu bertakwa. Bertakwa adalah sebuah sikap untuk selalu menjalankan apa yang diperintah oleh Allah dan meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah semampu kita. Semoga dengan ketaqwaan ini kita mendapatkan ridha. Setelah ridha Allah telah kita dapat, tentu tidak ada balasan selain surga di akhirat kelak.

Jamaah yang dirahmati Allah…

Kebahagian adalah suasana hati yang tenang, kesanggupan hati untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kita, dan perasaan yang mengkombinasikan antara optimisme dan menerima apun yang terjadi pada hidup. Semua manusia di dunia ini menginginkan kebahagiaan. Akan tetapi di mana kita bisa mendapat kebahagiaan itu? Apakah bisa didapatkan di istana-istana yang megah? Atau di rumah-rumah yang mewah? Atau taman taman yang indah? Atau dengan harta yang melimpah? Atau dengan ketenaran dan menjadi terkenal?

Tentu itu semua bukanlah tempat kebahagiaan. Karena bahagia adalah ketenangan fikiran. Kesenangan dari dalam hati yang lapang. Dan kebaikan yang selalu memenuhi hati seorang mukmin.

Kebahagiaan menurut salafush shalih (generasi awal umat Islam) –semoga Allah meridhoi mereka- bisa didapat dengan sedikitnya materi yang ada digenggaman. Bisa didapat juga dengan sedikitnya penghasilan dan seklimit harta. Sehingga Sa’id bin Musayyib bisa bahagia dengan ilmu yang dimiliki. Imam Bukhari bisa bahagia dengan karya kitab shahihnya. Hasan al-Bashri dengan kejujurannya. Imam Syafi’i dengan kemantapan istinbathnya. Imam Malik dengan keluasan pengetahuan fiqihnya. Imam Ahmad dengan ketinggian sikap wara’nya. Semua ini kemudian dibenarkan oleh firman Allah,

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan Memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami Beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. al-Nahl: 96-97)

Banyak manusia yang mengira hanya dengan rumah luas dan penuh dengan perabotan yang akan menjadi penyebab utama kebahagiaan. Padahal justru sebaliknya, semua itu penyebab utama kesedihan dan kesempitan hati. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami Berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami Uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhan-mu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Thaha: 131)

Dan tentang dunia ini Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. bersabda,

اَلدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ، مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلَّا ذِكْرَاللهِ، وَمَا وَلَاهُ، أَوْعَالِمًا ، أَوْمُتَعَلِّمًا

“Dunia itu terlaknat dan terlaknat juga apa yang ada di dalamnya kecuali dzirkir mengingat Allah dan orang yang mengikuti dzikir itu, serta orang yang mengajarkan dan mempelajari ilmu” (Hr. Ibnu Majah)

Hadits ini menjelaskan tentang hakikat dunia dan isinya, yang berupa rumah, istana-istana, kenikmatannya, perbendaharaannya dan semua yang ada di dalam dunia ini. Dunia ini kemudian menjadi tempat yang luas bagi orang-orang kafir dan menjadi sempit bagi orang yang mukmin. Hal ini karena dunia adalah ujian dari Allah rabb semesta alam.

Kodisi kehidupan Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. sangat faqir dan terbiasa dengan lilitan rasa lapar. Beliau bahkan tidak bisa mendapatkan sebuah kurma satu butirpun, meski itu kurma yang paling jelek untuk menutupi rasa lapar. Meski kondisi kehidupannya beliau seperti itu, beliau selalu nyaman, gembira, luas hatinya dan tenang.

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى -٣- وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى -٤- وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى

“Tuhan-mu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan. Dan sungguh, kelak Tuhan-mu pasti Memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” (Qs. al-Dhuha: 3-5)

Keislaman seorang muslim pada hakikatnya lebih mulia dari pada kerajaan dan istana kisra. Karena dengan agamanya itu kelak ia akan menempati surga yang penuh dengan kenikmatan. Sedangkan nasab dan ketenaran itu hanyalah penyebab seseorang menjadi tergelincir. Sebagaimana yang Allah firmankan,

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang Mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan.” (Qs. Maryam: 40)

Seorang sahabat bernama Utbah bin Ghazwan –radhiyallahu ‘anhu-. pernah berkhutbah dengan sangat menakjubkan tentang bagaimana kondisi ketika beliau hidup bersama Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. Dia memakan dedaunan bersama Rasulullah saat berjihad di Jalan Allah. Kejadian ini adalah kenangan manis dia bersama Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. yang selalu beliau kenang setelah Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. meninggal. Akhirnya Utbah bin Ghazwan ini menjadi seorang pemimpin dan hakim.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah…

Ketika Umar bin Khattab – radhiyallahu ‘anhu – bertemu al-Habib Nabi Muhammad al-Mushtafa – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –. dan masuk ke dalam rumahnya. Beliau kemudian masuk ke dalam ruang makan-makan minum Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –.. Tatkala itu beliau melihat ada bekas tikar pelepah kurma yang membekas pada punggung Rasulullah. Kemudian ia juga tidak meliahta makanan apapun yang ada di dalam rumah Rasulullah selain beberapa untai gandum yang tergelantung. Akhirnya Umar menangis karena prihatin. Sembari berkata kepada Rasulullah – Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam –.

“Do’akan umat anda ya Rasul agar bisa hidup dengan keluasan, karena mereka telah meluaskan wilayahnya dengan penaklukan Persi dan Romawi yang mereka tidak menyembah Allah.”

Nabi kemudian menjawab, “Apakah engkau ragu-ragu wahai Ibnu Khattab? Mereka (Pesia dan Romawi) adalah orang-orang yang dipercepat kesenangan mereka di dunia” (Hr. Muslim)

Kemudian dalam riwayat Bukhari, Umar pernah juga berkata tentang sifat-sifat Rasulullah. Rasulullah ketika tidur beralaskan pelepah kurma tanpa alas lain. Sedang di kepalanya ada bantal yang terbuat dari kulit binatang yang diisi dengan sabut kurma. Di bawah kaki beliau terdapat dedainan yang biasa dipakai menyamak kulit. Sedang di kepala beliau tergantung kulit yang sudah disamak. Sehingga Umar kemudian menangis. Rasulullah pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”

Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, Kisra Persia dan Kaisar Romawi dengan kemewahannya, sedangkan engkau seorang Rasul dalam keadaan seperti ini?”

Rasulullah kemudian menjawab, “Tidakkah kamu rela mereka mendapatkan apa yang ada di dunia sedangkan bagian kita ada di akhirat?”

Ini adalah gambaran yang paling jelas tentang kebahagiaan. Kebahagiaan bukan tentang rumah mewah, bukan istana yang megah. Akan tetapi kebahagiaan adalah hati yang lapang yang penuh dengan sifat zuhud terhadap dunia. Perhatikan Qarun, dimakah kebahagiaan yang dia punya? Begitu juga dengan Haman? Mereka ini hartanya ditenggelamkan di dunia, kemudian dilaknat di akhirat.

Kebahagiaan terletak pada keimanan, kesabaran,  berbuat kebaikan dan pengorbanan. Sebagaimana kondisi Bilal bin Rabbah, Salman al-Farisi dan Ammar bin Yasir. Mereka ini orang-orang yang dikatakan oleh Allah,

أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لاَّ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

“Mereka itulah yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Qs. al-An’am: 90)

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَن سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

“Mereka itulah orang-orang yang Kami Terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan, dan (orang-orang) yang Kami Maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (Qs. al-Ahqaf: 16)

KHUTBAH KEDUA

            Jama’atal mushallin rahimakumullah..

Semoga dengan khutbah ini kita menjadi ingat, bahwa kebahagiaan seorang muslim bukan dengan materi yang dia miliki atau yang tidak dia miliki. Tapi kebahagiaan seorang muslim adalah dengan keimanan yang selalu diusahakan untuk dimiliki.

Mari kita tutup khutbah pada siang hari ini dengan do’a.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

 

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.

 

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

 

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.

 

اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

Disarikan dari karya Dr. Muhammad bin Ahmad al-Dausiri

 

Link download teks khutbah jum’at di atas, silahkan klik : di sini

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami