Daftar Isi
Mengubah Diri Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik
Penulis: David Syarifuddin (Mahasantri Semester 2 MATM)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَوْصَلَ الْمُقْبِلِيْنَ إلَيْهِ بِفَضْلِهِ إِلَى الْمَرَاتِبِ الْعَلِيَّةِ. وَبَلَّغَهُمْ بِبَرَكَةِ نَبِيِّهِ كُلَّ أُمْنِيَّةٍ
وَصَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَى حَبِيْبِناَ مُحَمَّدٍ الْعَبْدِ الصَّالِحِ الْقَائِمِ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ حَقِّ الرُّبُوْبِيَّةِ. وَآلِهِ وَصَحْبِهِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً ﷺ صَاحِبُ الْأَخْلَاقِ السَّنِيَّةِ. اَلَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهْ. أَمَّا بَعْدَه
فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ. أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Download PDF di sini.
Khutbah Pertama
Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah melimpahkan dan menganugerahkan kepada kita kenikmatan-kenikmatan yang begitu banyak yang mana di setiap hirupan nafas dan denyutan nadi kita, selalu ada di dalamnya tetesan dan limpahan nikmat-nikmat dari Allah subhaanahu wa ta’ala.
Semoga shalawat serta salam selalu Allah ﷻ curah limpahkan kepada Rasulullah ﷺ yang telah mengubah zalimnya kegelapan kepada cahaya Islam yang terang benderang.
Kemudian tak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah subhaanahu wa ta’ala. Karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (Al-Baqarah:197)
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini khatib akan membawakan khutbah tentang pentingnya melakukan perubahan dalam hidup ke arah yang baik. Kita sering mendengar kisah-kisah para sahabat, ulama dan salafus shalih. Ketika mendengar kisah kehidupan mereka yang luar biasa, kita sangat terkagum-kagum atas kisah tersebut.
Namun sebagian dari kita hanya sebatas mengagumi kisah tersebut tanpa ada dorongan untuk mencontoh kehidupan mereka yang mulia. Atau setidaknya minimal, kita bisa melakukan satu atau dua amalan yang mereka lazimi.
Terkadang, terlintas dalam benak bagaimana caranya agar kita bisa menjadi seperti para sahabat, para ulama, dan salaf shalih. Tetapi jarang dari kita yang mulai mencoba melakukan apa yang mereka lakukan. Padahal yang mereka lakukan adalah sesuatu yang menjadikan mereka mulia di sisi Allah ﷻ.
Bisa jadi, kurang mampunya kita dalam mencontoh mereka adalah karena munculnya rasa pesimis atau bahkan malas dan merasa tidak yakin dengan amalan yang kita contoh dari mereka. Justru rasa malas itulah kita sulit untuk melakukan perubahan hidup dan mencontoh mereka.
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Berbicara tentang rasa malas, ada sebuah prinsip yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dan menghilangkan rasa malas, yaitu prinsip 1 menit. Dalam prinsip ini kita diajarkan untuk melatih diri melakukan sesuatu setidaknya 1 menit pada setiap harinya di waktu yang sama.
Misalnya kita ingin mengubah diri kita yang sulit untuk membaca buku agar menjadi orang yang senang untuk membaca buku, maka kita harus memulai membaca buku itu setidaknya 1 menit setiap harinya dan kita melakukannya di waktu yang sama.
Misal, kita lakukan pembiasaan rutinitas tilawatul qur’an bakda maghrib, maka kita lakukan kegiatan tersebut secara berulang setiap harinya pada waktu yang sama.
Sebab, prinsip ini adalah prinsip yang sangat sederhana maka kita bisa melakukannya pada kegiatan apapun yang ingin kita jadikan kegiatan itu sebagai rutinitas. Singkatnya, kita menjadi bisa karena terbiasa.
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Hal yang menarik dari prinsip ini adalah melatih diri kita untuk bertanggung jawab, karena ketika kita berhasil untuk melakukan kegiatan 1 menit tadi, maka ini akan membuat perasaan kita menjadi lebih baik.
Ketika kita sudah merasa berhasil melakukan satu hal dengan tuntas, maka perasaan tersebut akan membuat kita senang, karena sudah bertanggung jawab dengan tugas yang kita punya.
Dengan rasa senang itu maka kegiatan 1 menit yang telah kita rutinkan biasanya akan bertambah terus-menerus. Mungkin yang pada awalnya cukup hanya dengan 1 menit membaca buku atau kegiatan lainnya, bisa jadi dengan rasa senang itu setiap harinya akan bertambah waktu yang kita luangkan.
Tapi kunci utama dalam prinsip ini adalah konsisten dengan melakukannya setiap hari, biar kegiatan itu menjadi sebuah kebiasaan.
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Amalan yang Dicintai oleh Allah
Prinsip ini juga sejalan dengan hadits
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ أَحَبَّ الأَعْمَالُ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.”
Hadits ini mengajarkan kita untuk merutinkan amal-amal shalih walaupun itu adalah amalan yang kecil. Sebagaimana pada prinsip 1 menit tadi, ketika kita merutinkan amalan yang kecil itu, kita akan menjadi ringan untuk melakukannya sehingga di kemudian hari amalan itu akan semakin bertambah.
Seperti, kita ingin terbiasa bersedekah maka kita mulai untuk bersedekah setidaknya 500 atau 1000 rupiah setiap harinya. Dengan melakukan sedekah itu secara konsisten, maka di hari-hari berikutnya nominal sedekah itu akan terus bertambah. Yang tadinya 500 atau 1000 rupiah jadi 5000 atau 10.000 rupiah, sampai kita mudah untuk mengeluarkan sedekah dengan nominal lebih besar lagi.
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Dengan jujur, konsisten dan meniatkan ikhlas karena Allah, serta berdoa memohon pertolongannya. InsyaAllah, Allah akan membantu kita untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik dan juga Allah akan membantu kita untuk selalu istiqomah dalam ketaatan.
Allah Mengubah Nasib Suatu Kaum
Dalam usaha untuk mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bertakwa kepada Allah subhaanahu wa ta’ala serta menjadi pribadi yang mengikuti dan meneladani para sahabat, ulama dan salafus shalih, tujuannya adalah demi mengapai ridha dan rahmat Allah.
Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini menjelaskan bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya sendiri.
Imam Qurthubi berpendapat, faktor berkurangnya atau hilangnya kenikmatan yang diterima hamba itu tidak tunggal. Ia berpendapat bahwa faktor itu bisa murni dari kesalahan hamba itu sendiri atau bisa juga kesalahan dari anggota keluarga atau masyarakat sekitarnya.
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Banyak dari kita menjadikan ayat tadi sebagai motivasi untuk melakukan yang terbaik dan berjuang dalam mengubah hidup. Ini sudah menjadi langkah yang sangat positif, akan tetapi yang perlu menjadi catatan adalah, tujuan dari usaha itu bukan untuk mengubah dari hal yang buruk menjadi hal yang baik.
Akan tetapi, merawat agar anugerah yang kenikmatan dan kebaikan yang Allah berikan kepada kita tetap terjaga dan Allah tidak mengubahnya menjadi hal yang buruk karena perilaku yang kita lakukan. Wallahu a’lam bishshawab.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kesimpulan khutbah Jum’at pada kali ini, yang pertama, marilah kita berusaha untuk mencontoh para sahabat, para ulama, dan salafus shalih.
Kedua, membiasakan diri untuk melakukan amalan dan kegiatan yang ringan.
Ketiga, hendaknya kita menjadikan tujuan kita mengubah pribadi diri kita hanya karena mengharap ridho dan rahmat dari Allah subhaanahu wa ta’ala.
Keempat, kenikmatan-kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada manusia akan berkurang dan hilang disebabkan oleh perilaku buruk manusia itu.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَبِهِ كَانُوْا يَعْدِلُوْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَليٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا رَخَاءً وَسَائْرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ مُوْجِباتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزائِمَ مَغْفِرَتِكَ، والسَّلامَةَ مِنْ كُلِّ إثمٍ، والغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، والفَوْزَ بالجَنَّةِ، والنَّجاةَ مِنَ النَّارِ
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ خِتَامَنَا، نَسْأَلُكَ أَنْ تُخَفِّفَ عَنَّا سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. أَقِمِ الصَّلَاة