BerandaKajianRenunganMakanan yang Halal dan Thayyib: Investasi untuk Kehidupan yang Berkah

Makanan yang Halal dan Thayyib: Investasi untuk Kehidupan yang Berkah

- Advertisement -spot_img

Oleh : Ustadz Yazid Nuruddin M.Pd.I

( Staff Pengajar Darusy Syahadah )

Pendahuluan

Sebagai seorang muslim, kita perintahkan oleh Allah untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertakwa kepada Allah SWT.Sebagaimana Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”(Qs. Al-Baqarah:168).

Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:

كُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezekikan kepadamu, bertakwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 88).

Menurut Abdurrahman bin Nashir As Sa’di yang dimaksud makanan yang halal adalah makanan yang halal untuk dimakan, yaitu bukan makanan yang diambil tanpa seizin pemiliknya dandari hasil mencuri. Bukan pula makanan yang dihasilkan dari muamalah yang diharamkan atau makanan yang dzatnya haram.

Sedang maksud makan yang baik menurut beliau adalah makanan yang tidak Khabits (menjijikkan), seperti bangkai, darah, daging babi dan seluruh makan yang menjijikkan lainnya. (Taisirul Karimir Rahman fi Tafsri Kalamil Manan, hal. 62)

Maka bagi seorang muslim, mengkonsumsi makanan yang baik merupakan manifestasi dari ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah. Bukan hanya halal makanannya tapi juga didapat dari rezeki dan cara yang halal. Allah berfirman:

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil.” (Al Baqarah: 188)

Demikian pula Rasulullah juga memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik serta melarang memakan makan yang haram. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah bersabda:

مَنْ أَكَلَ طَيِّبًا وَعَمِلَ فِي سُنَّةٍ وَأَمِنَ النَّاسُ بَوَائِقَهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang memakan makanan yang baik, bekerja dalam setahun, orang lain merasa aman dari tindakan kejahatannya, niscaya dia akan masuk surga.” (HR. At Tirmidzi)

Memakan makanan yang halal dan baik akan berlawanan dengan keinginan setan yang menghendaki agar manusia terjerumus kepada yang haram. Oleh karena itu, menghindari makanan yang haram merupakan sebuah upaya mengalahkan godaan setan. Mengkonsumsi makanan yang baik dan halal dengan dilandasi iman dan takwa karena semata-mata mengikuti perintah Allah swt merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia akhirat. Begitu pula sebaliknya, memakan makanan haram yang menyimpang dengan ketentuan Allah swt, adalah perbuatan maksiat yang mendatangkan dosa dan keburukan.

 

Dampak Negatif Makanan Haram

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Wahai para Rasul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih” (QS Al Mukminun: 51).

Dan juga Dia berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqarah: 172).

Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Rabbku, wahai Rabbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadits di atas diantara dampak negatif dari mengkonsumsi makanan haram adalah amalannya tidak diterima. Karena sesungguhnya Allah itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik pula. Sedang yang menjadikan amalan seorang mukmin baik dan diterima adalah makanan baik dan halal yang dikonsuminya.Maka seseorang yang tidak menjaga dirinya dari makanan yang haram, amalannya tidak akan diterima oleh Allah. Ibnu Abbas berkata:

لَا يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةَ امْرَيءٍ فِيْ جَوْفِهِ حَرَامٌ

“Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang perut (dimasuki) makanan haram.” (Al Wafi Fi Syarh Arba’in An Nawawiyah, 82)

Selain itu, seseorang yang mengkonsumsi makanan haram doanyatidak akan dikabulkan oleh Allah. Sebagaimana yang sebutkan dalam hadits di atas, seseorang yang telah melakukan safar, dalam keadaan kusut, kemudian berdoa kepada Allah. Namun karena makanan yang dikonsumsi haram, pakaiannya dari hasil yang haram maka doanya tidak dikabulkan oleh Allah.

Bahkan pemakan harta haram diancam oleh Rasulullah dengan neraka pada hari kiamat kelak. Diriwayatkan dari Khaulah Al Anshariyyah, Rasulullah bersabda:

إِنَّ رِجَالًا يَتَخَوَّضُونَ فِي مَالِ اللَّهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمْ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya banyak orang yang menceburkan dirinya ke dalam harta Allah dengan cara yang tidak benar, maka bagi mereka adalah neraka pada hari kiamat.” (HR. Al Bukhari)

Dan dari Abu Bakar Ash Shidiq, Rasulullah bersabda:

كُلُ جَسَدٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Setiap tubuh yang tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih layak baginya.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Al Baihaqi)

Demikian pula pemakan harta haram tidak layak masuk surga. Dari Ka’ab bin Ajrah, Rasulullah bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِالْحَرَامِ

“Tidak akan masuk surga tubuh seseorang yang disuplai dengan makanan haram.” (HR. Abu Ya’la, Ath Thabrani dan Al Baihaqi dari hadits Abu Bakr Ash Shidiq).

Dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashirudiin Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah, VI/110).

Adalah Abu Bakar Ash Shidiq orang yang paling hati-hati terhadap barang yang haram. Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:

“Sesungguhnya Abu Bakar mempunyai seorang budak yang membayar setoran setiap hari kepadanya (untuk membebaskan dirinya-pent). Dan Abu Bakar biasa makan dari setoran tersebut. Suatu hari budak tersebut meyerahkan sesuatu (makanan), maka Abu Bakar memakannya. Budak itu bertanya, “Apakah Anda tahu, Apa ini? Abu Bakar balik bertanya, “Memangnya Apa ini? Budak itu menjawab, “Pada masa jahiliyah aku berbpura-pura menjadi dukun (peramal) dan tidaklah aku melakukan praktek perdukunan kepda seseorang kecuali aku menipunya., maka ia memberi upah kepadaku. Dan upah itulah yang sekarang Anda makan sekarang.” Maka Abu Bakar memasukkan jari-jarinya ke mulut hingga keluarlah (muntah) semua isi perutnya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari).

Demikianlah di antara perintah Allah kepada hamba-Nya, yaitu agar mengonsumsi makanan halal dan thayyib. Selain itu, ternyata makanan haram berdampak negatif, yaitu tidak terkabulnya doa, amalan tertolak, diancam neraka dan tidak layak masuk surga. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari makanan haram. Aamiin.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Stay Connected
16,985FansSuka
12,700PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
9,600PelangganBerlangganan
Must Read
- Advertisement -spot_img
Related News
- Advertisement -spot_img

Silakan tulis komentar Anda demi perbaikan artikel-artikel kami