Daftar Isi
Memaknai Hakikat Rezeki
Setiap insan yang tinggal di muka bumi, tentu tak satu pun yang terlepas dari memikirkan harta duniawi. Pembicaraan tentangnya selalu menarik perhatian banyak orang.
Bahkan saat melihat keadaan sekitar, akan sering dijumpai manusia yang berbondong-bondong keluar rumah di pagi buta lantas kembali pulang saat matahari hendak tenggelam.
Hal apa yang ingin dicapai? Jawabannya sudah sangat jelas. Sebagian besar dari mereka keluar untuk bekerja mencari harta demi memenuhi kebutuhan hidup.
Manusia, tak peduli apa pun akidah keyakinan mereka, akan selalu memikirkan bagaimana cara untuk bisa hidup mendapat makanan, minuman, dan tempat tinggal.
Persoalan tentang bagaimana anak-anaknya bisa sekolah dan berpenampilan dengan layak terus menggelayuti pikiran para orang tua.
Bahkan, sebagian sudah merincikan kebutuhan anak-anaknya dari bayi hingga kelak ketika akan menikah. Itulah sekelumit keadaan mayoritas manusia dalam kebutuhannya terhadap harta.
Ada yang meraih dengan cara yang benar, pun banyak yang memakai segala kejahatan agar kekayaan diri bisa melimpah ruah.
Pertanyaannya, bagaimanakah agama Islam mengajarkan kepada kaum beriman tentang perkara rezeki ini? Semoga pemaparan berikut bisa sedikit membantu menyeimbangkan pemahaman kita tentang rezeki.
Rezeki Tidak Hanya Soal Uang
Banyak penduduk bumi ini yang salah kaprah dan mengira bahwa rezeki hanya sebatas harta benda yang dimiliki. Padahal tidak demikian sejatinya.
Untuk lebih mudah memahami, berikut penjelasan dari Ibnu Mandzur dalam kitabnya Lisan al-Arab.
Ar-Rizqu dalam bahasa Arab berarti segala sesuatu yang dengannya seluruh makhluk di dunia ini memelihara kehidupan. Baik bersifat materiil maupun immateriil.
Maka keimanan dalam hati, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, ilmu, akhlak yang baik, istri shalihah, harta, tempat tinggal, ibadah, waktu, dan segala hal yang dengannya seseorang hidup, itu semua adalah rezeki dari Sang Maha Pemberi Rezeki yaitu Allah Ar-Razzaq.
Allah berfirman dalam QS. Hud ayat 6
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ ٦
“Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
Setelah memahami bahwa rezeki itu tidak sebatas pada harta saja, penting untuk ditekankan pada diri sendiri bahwa rezeki setiap hamba mutlak berada di bawah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada yang memberikan rezeki selain Dia, sebagaimana tidak adanya pencipta selain Allah Sang Maha Pencipta. Allah berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56-58
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦ مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ ٥٧ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ ٥٨
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allahlah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.”
Pada akhir ayat di atas, Allah menggunakan kata ar-razzaq yang bermakna memberikan rezeki kepada hamba-Nya secara terus menerus tanpa henti.
Adapun kata selanjutnya yaitu dzul quwwatil matin (Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh) menunjukkan bahwa tiada yang mustahil bagi Allah dari hal tersebut.
Dia memberi dan mencipta dengan kekuatan yang tanpa batas. Allah berfirman
اِنَّ هٰذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهٗ مِنْ نَّفَادٍۚ ٥٤
“Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki (dari) Kami yang tidak habis-habisnya.” (QS. Shad: 54)
Oleh sebab itu seorang hamba haruslah senantiasa berprasangka baik terhadap Rabbnya. Rezeki yang telah dijanjikan tidak akan pernah tertukar dan apa yang telah diberikan merupakan pemberian terbaik bagi setiap makhluk.
Suatu ketika Ibrahim bin Adham rahimahullah sedang duduk dan membawa beberapa potong daging panggang di tangannya.
Tetiba datang seekor kucing yang dengan cekatan menyambar daging di tangannya kemudian lari begitu saja. Penasaran, Ibrahim bin Adham kemudian berdiri dan mencoba mengikuti ke mana kucing itu pergi.
Lalu dia dapati kucing tersebut meletakkan sepotong daging yang dicurinya tepat di depan sebuah lubang yang berada di tepi gundukan tanah.
Tak lama kemudian, Ibrahim bin Adham dikejutkan oleh seekor ular yang buta matanya keluar dari lubang dan menggigit potongan daging tersebut.
Lantas dia mengangkat kepala dan melihat ke arah langit luas lalu berkata, “Maha Suci Allah yang telah menghinakan musuh-musuh. Mereka saling memberi satu sama lain.”
Bekerja dan Jangan Menganggur
Perintah untuk bekerja mencari nafkah bisa ditemukan di banyak ayat dalam Al-Qur’an Al-Karim. Begitu pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam, anjuran beliau untuk meninggalkan sikap malas dan berleha-leha sudah cukup banyak diriwayatkan.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 105
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ ١٠٥
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Dzat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Di ayat yang lain Allah berfirman
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ ١٥
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)
Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum serta mereka yang mengikuti jalan kebenaran telah menyingsingkan lengan baju dan bekerja dengan sepenuh tenaga.
Mereka totalitas dalam berkhidmat untuk agama dan umat ini. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam juga telah mewanti-wanti umatnya untuk terus berjuang hingga akhir.
Beliau bersabda, “Seandainya hari Kiamat hendak tiba sementara salah seorang diantara kalian masih membawa sebatang pohon kecil, maka tanamlah selagi masih memungkinkan.” (HR. Muslim)
Inilah petunjuk yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sampaikan kepada kita. Pada hari ketika seorang pria Anshar datang kepada beliau dan meminta sesuatu.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Apakah engkau tidak memiliki apa pun lagi di rumahmu?”
Lelaki tersebut menjawab, “Masih ada wahai Nabiku. Aku memiliki selembar alas kain di rumah, sebagian untuk pakaian dan sebagian tersimpan.
Juga sebuah wadah yang digunakan untuk minum.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Bawa kedua barang itu kemari.”
Sejurus kemudian, lelaki Anshar itu datang dengan membawa kain dan wadah minum miliknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam lantas mengambil dan bersabda, “Adakah yang ingin membeli kedua barang ini?”
Berkata salah seorang pria, “Aku akan mengambilnya dengan harga 1 dirham wahai Nabi.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Adakah yang akan membayarnya lebih dari 1 dirham?”
Beliau mengatakan hingga dua atau tiga kali sebelum seorang laki-laki lain menimpali, “Aku akan membeli dengan harga 2 dirham Ya Rasulullah.”
Barang itu pun diserahkan kepada lelaki yang membelinya dengan harga 2 dirham. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyerahkan uang tersebut kepada si lelaki Anshar dan berpesan, “Belilah dengan 1 dirham makanan untuk keluargamu dan 1 dirham untuk membeli sebuah kapak lalu temui aku kembali.”
Setibanya lelaki tersebut, Rasulullah mengikatkan tali kapak yang dibawanya pada tangan lelaki Anshar dan bersabda, “Pergilah dengan kapak tersebut untuk mencari kayu bakar lalu juallah. Aku juga tidak ingin melihatmu selama lima belas hari ke depan.”
Lelaki Anshar itu pun pergi dan bekerja. Setelah hari-hari berlalu, dia datang dengan membawa 10 dirham kemudian membeli dengan sebagiannya baju dan makanan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Hal tersebut tentu lebih baik bagimu daripada engkau datang untuk meminta-minta dan itu akan menjadi noktah hitam di wajahmu kelak pada hari Kiamat.
Sesungguhnya meminta-minta tidak layak kecuali untuk tiga golongan. Fakir miskin, orang yang memiliki hutang sangat berat, dan orang yang menanggung diyat sementara dia tidak mampu membayarnya.” (HR. Abu Daud)
Sungguh indah apa yang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam ajarkan kepada kita. Alih-alih memberikan apa yang diminta, beliau dengan tulus mengajarkan agar umat ini bekerja dan menjauhi sifat meminta-minta.
Apa yang beliau berikan tentu jauh lebih besar dibanding ketika permintaan itu dituruti. Satu atau dua dirham akan habis dengan cepat.
Tetapi jika seseorang tahu cara untuk mencarinya, maka itu akan bertahan sepanjang hayat. Dia tidak perlu meminta-minta lagi.
Dia hanya cukup bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Begitulah kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang memberi petunjuk kepada umatnya.
Penutup
Cara pandang yang seimbang terhadap rezeki akan membuat hati tenang dalam berbagai keadaan kita di dunia. Saat dunia terasa sempit dan menghimpit, prasangka baik kepada Allah bahwa Dia akan terus memberikan yang terbaik akan melapangkan hati sehingga nafas akan terasa lega kembali.
Pun ketika rezeki sedang dilapangkan, semua kenikmatan tersebut tidak akan melalaikan diri karena kita tahu bahwa itulah karunia dari Allah yang sepatutnya disyukuri dengan merendahkan hati.
Berdoa dengan keyakinan yang benar dan bekerja sepenuh tenaga adalah kunci untuk meraih rezeki yang halal. Baik itu kesehatan, kekayaan, kenyamanan dalam beribadah, dan berbagai hal lainnya. Jangan terlena hanya pada harta semata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Anak Adam berkata, ‘Hartaku, hartaku.’ Wahai Anak Adam. Adakah yang engkau miliki dari hartamu?
Bukankah apa yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah apa yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah apa yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)
Syukuri apa yang dimiliki dan sabar atas ujian yang dilalui. Wallahu a’lam.
Artikel ini dikutip dari https://mahadannur.id/tak-perlu-risaukan-rezekimu/