Daftar Isi
Ilmu
Di antara adab menuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diketahui. Karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diiringi dengan amal.
Maka hendaknya orang yang berilmu mengamalkan ilmunya. Karena orang yang berilmu besok pada hari kiamat akan dimintai pertanggung jawabannya,apakah ilmu yang dimiliki telah diamalkan?
Diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang umurnya untuk apa ia gunakan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia nafkahkan serta tentang badannya untuk apa ia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Isa berkata, “Hadits ini hasan shahih)
Muhammad Ali bin Muhammad bin Alan Al-Bakri Ash-Shadiqi menjelaskan, bahwa maksud dari kalimat, untuk apa ilmunya ia amalkan adalah apakah ia beramal (dengan ilmunya) ikhlas karena Allah sehingga ia akan mendapat pahala, atau ia beramal karena riya’ sehingga Allah mengadzabnya, jika Allah menghendaki.” (Dalilul Falihin, Li Thuruqil Riyadhush Shalihin, IV/140)
Seorang muslim memang wajib menuntut ilmu. Namun ketika ilmu sudah diraih, maka ia dituntut untuk mengamalkannya. Fudhail bin Iyadh berkata
عَلَى النَّاسِ أَنْ يَتَعَلَّمُوْا فَإِذَا عَلِمُوْا فَعَلَيْهِمُ الْعَمَلُ
Wajib bagi manusia untuk belajar. Jika telah berilmu maka wajib bagi mereka untuk mengamalkannya.” (Al-Khatib Al-Baghdadi, Iqtidha’ul Ilmi Al-Amal, hal. 37)
Hingga para salaf pun enggan menambah ilmu sampai mereka betul-betul telah mengamalkannya. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud beliau berkata
كُنَّا إِذَا تَعَلَّمْنَا مِنَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْقُرْآنِ لَمْ نَتَعَلَّمْ مِنَ الْعَشْرِ الَّتِى نَزَلَتْ بَعْدَهَا حَتَّى نَعْلَمَ مَا فِيهِ. قِيلَ لَهُ: مِنَ الْعَمَلِ قَالَ نَعَمْ.
“Kami jika belajar sepuluh ayat Al Qur’an dari Nabi, kami tidak akan belajar sepuluh ayat yang turun berikutnya hinga kami mengetahui isinya. Kemudian ditanyakan, “Maksudnya mengamalkannya? Ia menjawab, “Iya.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Ubai bin Ka’ab juga berkata, “Sesungguhnya Rasulullah membaca Al-Qur’an kepada mereka (para shahabat) sepuluh ayat dari Al-Qur’an. Beliau tidak akan menambah sepuluh ayat yang lain hingga mereka benar-benar belajar untuk mengamalkannya. Para shahabat berkata, “Kami belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya secara bersamaan.” (Syarh Al Mukhalilat, I/22)
Maka hendaknya setiap pencari ilmu merasa takut jika tidak bisa mengamalkan ilmunya. Karena ilmu yang dipelajari dan dikuasai akan dimintai pertanggung-jawaban di hadapan Allah.
Amal
Adapun tanggung jawab ilmu adalah amal. Abu Darda’ berkata
مَا عَلِمَ اللهُ عَبْداً عِلْماً إِلَّا كَلَّفَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَمَارَهُ مِنَ الْعَمَلِ
“Tidaklah Allah mengetahui seorang hamba yang berilmu kecuali Allah akan meminta pertanggung jawaban amal kepadanya pada hari kiamat.” (Al-Khatib Al-Baghdadi, Iqtidha’ul Ilmi Al-Amal, hal. 36)
Demikian pula seseorang yang memiliki ilmu tidak disebut alim (orang yang berilmu) hingga ia mengamalkan apa yang ia ketahui. Bahkan sekiranya seseorang membaca ribuan kitab, menghafal banyak hadits dan atsar sekalipun, ia tetap dianggap sebagai orang yang tidak berilmu.
Maka syarat seseorang dikatakan alim (berilmu) adalah ketika ia dapat mengamalkan ilmu yang dimilikinya.
Ali bin Abi Thalib berkata
يَا حَمَلَةَ الْعِلْمِ اعْمَلُوا بِهِ فَإِنَّمَا الْعَالِمُ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَوَافَقَ عِلْمُهُ عَمَلَهُ ، وَسَيَكُونُ أَقْوَامٌ يَحْمِلُونَ الْعِلْمَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يُخَالِفُ عَمَلُهُمْ عِلْمَهُمْ وَتُخَالِفُ سَرِيرَتُهُمْ عَلَانِيَتَهُمْ يَجْلِسُونَ حِلَقًا يُبَاهِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا حَتَّى إنَّ الرَّجُلَ لَيَغْضَبُ عَلَى جَلِيسِهِ أَنْ يَجْلِسَ إلَى غَيْرِهِ وَيَدَعَهُ ، أُولَئِكَ لَا تَصْعَدُ أَعْمَالُهُمْ فِي مَجَالِسِهِمْ تِلْكَ إلَى اللَّهِ – تَعَالَى – .
“Wahai para pemegang ilmu, hendaklah kalian mengamalkannya (ilmu yang telah diketahui), karena seorang alim adalah yang mengamalkan apa yang ia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalannya. Akan ada beberapa kaum, mereka membawa ilmu dan ilmu mereka tidak melewati kerongkongan mereka, amal mereka menyelisihi ilmu mereka, batin mereka tidak sesuai dengan lahir mereka, mereka duduk-duduk bermajlis dalam sebuah kelompok dan sebagian mereka membanggakan atas sebagian yang lain, hingga ada seorang laki-laki marah kepada teman majlisnya karena ia berpindah ke tempat lain dan meninggalkannya. Mereka itulah yang amal mereka tidak diangkat kepada Allah.” (Sunan Ad-Darimi)
Fudhail bin Iyadh juga berkata
لَا يَزَالُ الْعَالِمُ جَاهِلاً بِمَا عَلِمَ حَتَّى يَعْمَلُ بِهِ ، فَإِذَا عَمِلَ بِهِ كَانَ عَالمِاً
Orang yang berilmu senantiasa (dianggap) bodoh terhadap apa yang diketahui hingga ia mengamalkannya. Jika ia telah mengamalkannya maka ia benar-benar orang yang berilmu.” (Al-Khatib Al-Baghdadi, Iqtidha’ul Ilmi Al-Amal, hal. 37)
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad, berkata, “Sekira engkau membaca ilmu seratus tahun dan engkau kumpulukan seribu kitab, semua itu tidak akan membantumu berhak mendapat rahmat Allah hingga engkau mengamalkannya.
Allah berfirman, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39). Allah juga berfirman, “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Orang yang berilmu memang banyak memiliki keutamaan. Namun jika ilmu tersebut tidak diamalkan, maka ia tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya. Ia bagaikan pohon tanpa buah yang tidak menghasilkan apa-apa.
Bahkan ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah atas pemiliknya pada hari kiamat. Maka seorang penuntut ilmu hendaknya mengamalkan ilmunya. Tidak hanya sebatas belajar, namun hendaknya diikuti dengan amal perbuataan. Wallahu a’lam bish shawwab.
Oleh: Yazid Abu Fida’
[…] Bahkan ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah atas pemiliknya pada hari kiamat. Maka seorang penuntut ilmu hendaknya mengamalkan ilmunya. Tidak hanya sebatas belajar, namun hendaknya diikuti dengan amal perbuataan. Wallahu a’lam bish shawwab. (sumber) […]