Kemaksiatan mempunyai dampak negatif yang sangat banyak. Di antaranya maksiat akan menghalangi seseorang dari mendapatkan ilmu. Sebab ilmu merupakan cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati. Sedangkan kemaksiatan memadamkan cahaya tersebut dan menggelapkan hati. Al Hasan Al Bashri berkata:
اَلْحَسَنَةُ نُوْرٌ فِى الْقَلْبِ، وَقُوَّةٌ فِى الْبَدَنِ، وَالسَّيِّئَةُ ظُلْمَةٌ فِى الْقَلْبِ، وَوَهْنٌ فِى الْبَدَنِ
“Kebaikan itu akan membuat hati bercahaya dan menguatkan badan. Sedang kejelekan akan membuat hati gelap dan melemahkan badan.” (Minhajul Qashidin, 291)
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah menjelaskan, di antara dampak maksiat adalah menghambat usaha untuk mencari ilmu. Sebab ilmu itu cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati. Sementara kemaksiatan memadamkan cahaya tersebut. (Al Jawab Al Kaafi, I/52)
Sehingga ilmu tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya. Ilmu hanya akan diberikan kepada orang yang selalu taat kepada Allah. Ketika Imam Asy Syafi’I sedang duduk di hadapan Imam Malik yang sedang membacakan suatu ilmu kepadanya, Maka Imam Malik merasa takjub terhadap kecerdasan dan kesempurnaan pemahamannya. Maka Imam Malik berkata kepada Imam Asy Syafi’i:
إِنِّي أَرَى اللهَ تَعَالَى قَدْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِكَ نُوْرًا فَلَا تُطْفِئْهُ بِظُلْمَةِ الْمَعْصِيَّةِ
“Sesungguhnya saya melihat Allah telah memberikan cahaya di hatimu (ilmu), maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan gelapnya maksiat.” (Al Jawab Al Kaafi, I/52)
Dalam kesempatan yang lain, Imam Asy Syafi’i pernah merasakan sulitnya belajar. Beliau merasa halafannya buruk, kemudian hal ini diadukan kepada guru beliau yang bernama imam Waki’. Maka Imam Waki’ menasehatinya agar meninggalkan maksiat. Imam Asy Syafi’i berkata:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعِ سُوْءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إِلى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Saya pernah mengeluh kepada Waki’ (guruku) berkenaan buruknya hafalanku. Maka beliau menasehatiku agar aku meninggalkan maksiat. Beliau juga memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.” (Abu Bakr Muhammad Syatha Ad Dimyati, Hasyiyah I’anatuth Thalibin, II/190)
Selain menghalangi dari meraih ilmu, maksiat juga menyebabkan ilmu yang telah dipelajari lupa. Sebagaimana Abdullah bin Mas’ud berkata:
“Saya menyangka bahwa orang yang lupa terhadap suatu ilmu yang pernah ia pelajari karenakan kesalahan (dosa) yang pernah ia lakukan.” (Diriwayatkan oleh Ath Thabarani)
Sehingga seorang penuntut ilmu harus meninggalkan maksiat agar dapat meraih ilmu yang dicarinya. Demikian pula seorang penuntut ilmu hendaknya selalu bertakwa kepada Allah. Takwa yang bermakna meninggalkan larangan dan melaksanakan perintah Allah. Karena ketika seseorang bertakwa, maka Allah akan mengajarkan ilmu kepadanya. Allah berfirman:
وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٢٨٢
“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Baqarah: 282)
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iri berkata, “Takwa kepada Allah merupakan sebab mendapat ilmu dan mendapat pengetahuan dengan izin Allah.” (Aisarut Tafaasir, I/144)
Allah juga berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا …. ٢٩
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan….” (Al Anfal: 29)
Syaikh Muhammad bin Nashir As Sa’di menjelaskan bahwa orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapat empat hal, semuanya lebih baik dari pada dunia dan seisinya, di antaranya; Allah akan memberikan furqan. Yaitu ilmu dan hidayah yang dengannya seseorang dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, halal dan haram serta membedakan orang yang bahagia dan orang yang celaka.” (Tafsirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, I/319)
Berkenaan ayat di atas Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata, “Allah akan memberikan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan, sesuatu yang mendatangkan madzarat dan mendatangkan manfaat. Termasuk juga di dalamnya ilmu, yaitu Allah akan membukakan untuknya ilmu-ilmu yang tidak dibukakan untuk selainnya. Sesungguhnya takwa menyebabkan tambahnya hidayah, ilmu dan hafalan.”
Beliau melanjutkan, “Tidak diragukan lagi, sesungguhnya manusia ketika bertambah ilmunya, maka akan bertambah pula ma’raifah (pengetahuan) dan furqan (pembeda)nya antara kebenaran dan kebatilan, sesuatu yang mendatangkan madzarat dan mendatangkan manfaat. Demikian pula Allah akan membukan baginya pemahaman. Karena takwa merupakan sebab kuatnya pemahaman. Dan kuatnya pemahaman akan menjadikan tambahnya ilmu.” (Syarh Riyadhush Shalihin, I/78)
Dengan demikian hendaknya para penuntut ilmu meninggalkan perbuatan maksiat. Karena maksiat akan menghalangi seseorang dari mendapatkan ilmu. Sehingga menuntut ilmu yang diiringi dengan perbuatan maksiat tidak akan mendapat ilmu dan barakahnya. Wallahu a’lam.