Daftar Isi
Sejarah membuktikan akan tugas dan peran Rasulullah sebagai pendidik bagi umanya, beliau mendapati umatnya (sebagai input) pertama kali dalam kondisi sebagaimana yang dikenal dengan istilah jahiliyah, kemudian dengan proses yang dijalani oleh beliau dengan umatnya selama kurang lebih 23 tahun, dapatlah kita melihat output yang menakjubkan keberhasilannya yang bahkan Allah sendiri memuji hasil didikan beliau dengan ungkapan khair al-Ummah (QS. Ali Imran : 110) dan para pengingkar beliau juga mengakui peran beliau dalam merubah kondisi umatnya.
Maka dalam pembahasan kali ini adalah lanjutan metode pendidikan Rasulullah SAW dari postingan sebelumnya.
6. Metode analogi dan penyerupaan
Terkadang Nabi SAW menganalogikan hukum-hukum dan menjelaskan sebab-sebabnya kepada para sahabat jika terjadi kesamaran dan ketidakjelasan hukum atas mereka, sehingga menjadi jelaslah perkara yang sebelumnnya masih samar dan belum dipahami. Dengan analogi akan dimengerti jalan dan tujuan syariat, serta dipahami sasaran jangka panjangnya.
Diantara contoh metode ini adalah pertanyaan seorang wanita suku Juhainah tentang nadzar haji ibunya yang belum ditunaikan karena sang ibu meninggal dunia, lalu Nabi SAW mengatakan bahwa anak boleh menggantikannya. Nabi SAW menganalogikan hal itu dengan hutang kepada Allah yang harus dilunasi. Contoh lain adalah, ketika beberapa sahabat mengadukan tentang orang-orang kaya yang memiliki banyak peluang amal sehingga mereka mendapatkan pahala melimpah, lalu Nabi Saw menganalogikan dengan macam-macam cara melakukan sedekah; berkata baik, tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan lain-lain. Dan beliau melarang jual beli kurma kering dengan ruthab (kurma basah), karena ruthab akan menyusut beratnya jika sudah kering.
7. Ilustrasi diatas tanah.
Terkadang Rasulullah Saw untuk memperjelas makna-makna tertentu, beliau menggunakan ilustrasi coretan diatas tanah. Contohnya adalah ketika Nabi SAW membuat garis lurus diatas tanah, lalu membuat dua buah garis di sebelah kanannya dan dua garis di sebelah kirinya. Beliau berkata bahawa garis lurus tersebut adalah jalan Allah, dan garis yang ada di sebelah kanan dan kirinya adalah jalan-jalan setan.
Demikian pula ketika beliau menjelaskan cita-cita manusia yang banyak dihalangi dengan ajal yang datang tiba-tiba, berbagai penyakit yang membuatnya tidak berdaya, atau kepikunan yang menghilangkan kekuatan dengan garis di hadapan para sahabat. Juga, beliau pernah membuat empat garis di tanah untuk menggambarkan tentang wanita mulia; Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam putri Imran, dan Asiyah binti Muazahim.
8. Memberikan jawaban lebih banyak dari yang ditanyakan
Terkadang Nabi Saw memberikan jawaban lebih banyak daripada apa yang ditanyakan, jika beliau melihat penanya perlu mengetahui lebih banyak dari pertanyaannya. Ini merupakan bentuk kesempurnaan kasih sayang beliau SAW dan luhurnya perhatian beliau kepada orang-orang yang ingin belajar dan mendalami agama. Sebagaimana seorang laki-laki bani Mudlij yang berprofesi sebagai pelaut bertanya kepada beliau tentang wudhu’, lalu beliau menjawab bahwa berwudhu’ dengan air laut sah dan airnya suci. Lalu beliau menambahkan; halal bangkainya.
Tambahan dalam jawaban ini sangat penting, karena menjelaskan kesucian air laut meskipun di dalamnya terdapat bangkai binatang laut yang mati, serta menjelaskan kehalalan bangkai tersebut.
9. Menguji dengan ilmu, jika benar, maka beliau memujinya
Sesekali Nabi SAW menguji sebagian sahabat beliau. Beliau bertanya kepadanya untuk mengetahui kadar kecerdasan dan pengetahuannya. Jika dia tepat dalam menjawab pertanyaan tersebut, maka beliau memujinya dan menepuk dadanya, sebagai bentuk pemberitahuan bahwa dia pantas mendapatkan kecintaan dan penghargaan dari Rasulullah SAW karena bagusnya jawabannya.
Contohnya adalah pertanyaan beliau kepada Abu Mundzir tentang ayat Al-Qur’an paling utama yang ada pada Abu Mundzir, setelah beliau mengulanginya sebanyak dua kali, maka Abu Mundzir menjawab: al-Baqarah: 255. Setelah itu beliau menepuk dada Abu Mundzir, lalu bersabda: semoga dirimu dipenuhi dengan ilmu wahai Abu Mundzir. Hal serupa juga beliau kepada Mu’adz bin Jabal ketika beliau mengutusnya ke Yaman.
10. Membangkitkan perhatian pendengar dengan mengulangi panggilan (nida’) disertai penundaan isi panggilan (jawabun nida’)
Dalam beberapa kesempatan, Nabi SAW mengulangi panggilan kepada lawan bicara yang disertai dengan penundaan isi panggilan (jawabun nida’). Hal ini untuk lebih menekankan fokus dan perhatian kepada informasi yang akan beliau sampaikan. Juga, agar dia lebih sempurna dalam memahami dan menghafalkannya. Contohnya adalah ketika beliau membonceng Mu’adz bin Jabal dan bertanya kepadanya tentang hak Allah atas para hambaNya dan hak para hamba atas Allah. Wallhu A’lam bish Showab (Azzam, Ed.)
Baca juga artikel yang berkaitan dengan metode pendidikan Rasulullah sebelum postingan ini dengan klik link : Metode Pendidikan Rasulullah SAW (Bagian 1)