Daftar Isi
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan dalam mengeluarkan nafkah. Apakah kita lebih baik bersedekah kepada orang lain, ataukah lebih utama memberikan nafkah kepada keluarga? Dalam sebuah hadits yang sangat berharga, Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan yang mendalam mengenai hal ini, menekankan pentingnya niat dan prioritas dalam pengeluaran. Hadits tersebut berbunyi :
دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ، وَدِيْنَـارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَـى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا، اَلَّذِيْ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ.
“Dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah, dinar yang engkau nafkahkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau shadaqahkan untuk orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu; maka yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” [HR. Muslim (no. 995) kitab az-Zakaah, Ahmad (no. 9769), al-Baihaqi (VII/467)].
Pengeluaran yang Utama
Nabi SAW menjelaskan bahwa pengeluaran yang paling utama adalah satu dinar yang dikeluarkan di jalan Allah. Ini mencakup berbagai bentuk kebaikan, termasuk berperang di jalan Allah. Namun, tidak hanya itu, pengeluaran untuk membebaskan budak juga sangat dihargai. Dalam konteks modern, kita bisa mengartikan ini sebagai upaya untuk membantu mereka yang terjebak dalam kesulitan, baik secara finansial maupun sosial.
Lebih lanjut, Nabi SAW menekankan bahwa satu dinar yang dikeluarkan untuk keluarga, seperti istri dan anak-anak, memiliki nilai yang sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab kita terhadap keluarga adalah prioritas utama. Dalam hadits yang sahih, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim yang mengeluarkan nafkah untuk keluarganya dengan niat yang baik, maka itu akan menjadi sedekah baginya.” Ini adalah pengingat bahwa niat yang baik dalam memberikan nafkah kepada keluarga dapat mengubah kewajiban menjadi pahala.
Niat yang Baik
Niat adalah kunci dalam setiap amal perbuatan. Ketika kita memberikan nafkah kepada keluarga dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah, maka pengeluaran tersebut tidak hanya dianggap sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sedekah. Dalam Islam, memberikan nafkah kepada keluarga bukan hanya sekadar tanggung jawab, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang sangat dihargai. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga niat kita agar tetap lurus dan tulus.
Berbagai Cara Berinfak
Hadits ini juga mengajarkan kita tentang berbagai cara untuk berinfak dan bersedekah. Selain memberikan nafkah kepada keluarga, kita juga dianjurkan untuk berkontribusi dalam kebaikan lainnya, seperti membantu mereka yang membutuhkan, berinvestasi dalam pendidikan, atau mendukung kegiatan sosial yang bermanfaat. Setiap pengeluaran yang dilakukan dengan niat baik akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Kesimpulan
Dalam Islam, pengeluaran nafkah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan kesempatan untuk meraih pahala yang besar. Dengan memahami prioritas dalam pengeluaran, kita dapat menempatkan nafkah kepada keluarga sebagai yang utama, diikuti dengan pengeluaran untuk kebaikan lainnya. Mari kita jaga niat kita agar setiap pengeluaran yang kita lakukan menjadi amal yang diterima di sisi Allah SWT. Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang selalu berusaha untuk berbuat baik dan mendapatkan ridha-Nya.
Oleh : Santri Darsya