Islam selalu dipandang sebelah mata, bahkan oleh mereka yang mengaku muslim. Penyakit inferiority yang menjangkiti sebagian hati kaum muslimin, merasa tidak bangga dengan identitas keislamannya, diperparah dengan propaganda orang-orang kafir yang mengesankan bahwa Islam merupakan agama teroris.
Di antara syari’at Islam yang kerap kali dipersoalkan adalah adanya penarikan jizyah ketika umat Islam berkuasa. Apakah hal ini termasuk suatu bentuk kedzhaliman terhadap mereka yang tidak memeluk Islam? Biarlah sejarah yang menjawabnya.
Al-Qadhi Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim, dalam kitab “Al-Kharaj”, mengisahkan bahwa Abu Ubaidah bin Jarrah, mendapat informasi bahwa Romawi telah menyatukan para tentara untuk menyerang umat Islam dengan jumlah yang sangat besar dan belum pernah terlihat sebelumnya. Kemudian, beliau memerintahkan para pemimpin di daerah Syam untuk mengembalikan jizyah serta apa saja yang mereka ambil dari Ahlul Kitab.
Instruksi itu pun dilaksanakan dengan baik oleh para pemimpin Syam, dan mereka berkata kepada Ahlul Kitab, “Kami hanya ingin mengembalikan harta-harta kalian. Karena sesungguhnya, pasukan Romawi telah melebihi jumlah kami. Dan sekarang, kami harus segera pergi. Sebab, untuk melindungi kalian, kami tak mampu lagi.”
Merasa takjub dengan kata-kata yang sangat mengharukan ini, orang-orang Ahlul Kitab berseru, “Semoga Allah mengembalikan kalian kepada kami. Dan semoga Allah menolong kalian atas mereka. Sekiranya Romawi yang memimpin kami, tidak ada satupun yang dapat mereka kembalikan setelah mereka mengambilnya dari kami. Bahkan, mereka justru mengambil semua yang kami miliki, sampai-sampai mereka tidak meninggalkan apa-apa untuk kami.”
Allahu Akbar! Sekarang terbuktilah dengan jelas bahwa ada komitmen perlindungan yang mengiringi kewajiban membayar jizyah. Inilah wujud kasih sayang umat Islam terhadap mereka yang berbeda agama. Masih takut dan ragu Islam memimpin dunia? Baca sejarah dan mari kita kaji bersama.
Ditulis oleh : M. Faishal Fadhli
Editor : Yazid Abu FIda’