Kebencian adalah sebuah titik dimulainya banyak kedengkian. Jika ibarat sebuah kereta, maka kebencian adalah lokomotif yang menarik gerbong-gerbong; dengki dan caci dibelakangnya. Bahkan pengusiran dan pembunuhan seringnya bermula dari satu kata yang sama. Kebencian.
Nabi kita yang mulia, yang lika-liku hidupnyanya menjadi sunnah, perangai adabnya begitu memukau setiap mata, dan tutur katanya menenteramkan jiwa pun banyak yang begitu membencinya. Tidak hanya ketika beliau masih hidup. Bahkan saat beliau telah menemui Rabbnya, kebencian itu belum padam. Kedengkian musuh Islam masih berlanjut dengan berbagai percobaan pencurian jasad nabi kita yang mulia.
Tercatat dalam lembar sejarah, ada 4 kali percobaan pencurian jasad Nabi oleh musuh-musuh Islam. Dan percobaan ke-5 adalah percobaan pencurian jasad dua sahabat yang mulia, Abu bakar dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
Orang kafir membuat makar, Allah pun membuat makar. Dan Allah lah sebaik-baik pembuat makar. Meski rencana pencurian tersebut tersusun dengan rapi, tetap Allah dengan segala kuasa-Nya menggagalkan semua rencana busuk mereka. Dan akhir dari para bedebah tersebut adalah azab Allah yang mengerikan.
Percobaan pertama dan kedua dimotori oleh Al-Hakim Al-‘Ubaidy dari Dinasti Syi’ah Ubaidiyah Mesir. Al-Hakim Al-‘Ubaidy bergelar Al-Hakim bi Amrillah, penguasa dinasti syiah Ubaidy yang ke 6 (386-411 H) Pernah mengaku memiliki sifat ketuhanan pada tahun 408 H.
Percobaan Pertama
Pada percobaan pertama (terjadi di awal abad 5 H) ia mengutus Abu Fatuh Hasan bin Ja’far bersama dengan sepasukan prajurit menuju Madinah, untuk mengeluarkan jasad Nabi dan kedua sahabatnya dan membawanya menuju Mesir.
Setibanya ia di Madinah dan ingin melaksanakan tugas terlaknat tersebut. Allah dengan kuasa-Nya menggagalkannya. Tiba-tiba angin besar bertiup dan bumi berguncang, hingga sebagian besar dari pasukan ini mati terhina.
Percobaan Kedua
Pada percobaan kedua, Al-Hakim Al-‘Ubaidy kembali mengirim beberapa orang untuk melakukan tugas yang sama, namun kali ini lebih rapi dan tersembunyi. Mereka tinggal di salah satu penginapan di dekat masid Nabawi. Kemudian menggali lubang dari kamar mereka menuju kuburan Nabi. Dan Qodarallahu, saat mereka sedang menggali, mereka melihat cahaya dan suara yang berteriak “Wahai manusia, kuburan Nabi kalian tengah digali.” Orang-orang yang mendengar bersegera mendapati mereka, lalu mereka pun dibunuh.
Percobaan Ketiga
Percobaan ketiga dalam pencurian jasad Nabi terjadi pada masa Sultan Nuruddin Az-Zanki tahun 557 H. Sebuah rencana yang disusun sangat rapi dan teliti.
Pencurian ini dimotori oleh beberapa raja Nashroni. Mereka mengutus dua orang dari Maghrib (Maroko hari ini) yang menjadi eksekutor untuk mision imposible ini.
Berangkatlah kedua orang ini menuju Madinah dengan berpura-pura sebagai muslim. Mereka menyewa penginapan yang paling dekat dengan kuburan nabi. Semuanya telah terencana begitu rinci.
Untuk mengelabui kaum muslimin Madinah, dalam keseharian mereka senantiasa sholat di masjid Nabawi, setiap hari bershodaqoh kepada fuqora’ yang ada di kota, juga berziarah ke Baqi’. Begitu terus mereka berutinitas dan kembali ke penginapan mereka.
Tidak ada yang curiga, semua berjalan lancar sesuai rencana. Di malam hari mereka menggali terowongan menuju kuburan Nabi kita yang mulia. Lalu tanah galian tersebut mereka bawa keesokan harinya saat mereka pura-pura berziarah ke Baqi’.
Hari demi hari berlalu, mereka kian dekat menuju kuburan Nabi. Tanpa ada yang curiga. Profesionalitas tingkat tinggi. Namun Allah Yang Maha Mengetahui tak pernah bisa mereka tipu.
Di tempat yang lain, Sultan Az-Zanki pada sebuah malam selepas tahajud, Sultan yang sholeh ini tidur dan bermimpi bertemu Rasulullah yang berkata padanya, “Selamatkan aku dari dua orang ini.” Sang sultan melihat dua orang berambut pirang. Mimpi ini berulang tiga kali malam itu. Dan sang sultan mulai gusar.
Ia ceritakan mimpi ini kepada wazirnya, Jamaluddin Al-Musuly. Singkat cerita, atas saran sang wazir, Sultan Az-Zanki dan wazirnya pada malam itu juga berangkat menuju Madinah bersama 20-an pasukan dengan membawa banyak harta. Dan setalah 16 hari tibalah sultan di Madinah.
Setelah sholat di Raudhoh dan menziarahi makam Nabi, Sultan mengumpulkan seluruh kaum muslimin Madinah. Lalu sultan membagikan banyak harta kepada kaum muslimin sembari memperhatikan sosok yang ia lihat dalam mimpinya. Namun nihil.
Sultan bertanya kepada gubernur Madinah, apakah semua sudah menerima harta yang ia bagikan. Gubernur menjawab bahwa semua sudah menerima, kecual dua orang asal Maghrib yang tetap di penginapan mereka. Sultan bersegera menuju penginapan yang dimaksud bersama pasukannya. Dan mendapati dua orang yang begitu persis sebagaimana yang ia lihat dalam mimpinya, dua orang yang berambut pirang.
Sultan menginterogasi kedua orang tersebut, dan memerintahkan penggeledahan. Namun lagi-lagi nihil, tidak didapati tanda-tanda adanya kecurigaan. Qodarallahu sultan menuju ruang tengah dan melihat sebuah karpet/tikar di tengah ruangan. Saat karpet tersebut diangkat, sebuah lubang mengarah ke kuburan Nabi. Singkat cerita mereka berdua dieksekusi.
Setelah percobaan pencurian pada masa sultan Nuruddin Az-Zanki berhasil digagalkan. Dengan dieksekusinya dua orang Nasrani Maghrib tersebut. Maka Sultan memerintahkan untuk menembok tanah bagian dalam kuburan.
Agar peristiwa serupa tidak terulang sultan memerintahkan untuk membuat tembok bagian dalam tanah yang mengelilingi kuburan Nabi. Dengan menggali parit sekeliling kuburan dengan tiga lapis tembok yang diperkuat dengan campuran timah di antara masing-masing tembok.
Percobaan Keempat
Pada percobaan keempat ini, adalah segerombolan orang-orang Nasrani dari Syam. Mereka berangkat dari Mesir melewati laut merah menuju Hijaz. Membuat banyak kerusakan dan membunuh banyak orang dalam perjalanan mereka, mulai dari para pedagang, orang-orang yang mereka temui di sekitar pantai, membakar banyak kapal dan tindakan biadab lainnya.
Mereka berniat menuju kota Makkah dan Madinah, dan berniat mengeluarkan jasad Nabi dari kuburnya. Saat jarak mereka dengan Madinah tinggal satu hari perjalanan, Qodarallahu sepasukan dari arah Mesir datang mengejar mereka, dipimpin seorang yang dikenal dengan nama Al-lu’lu’. Mereka disergap, sebagian yang melawan terpaksa dibunuh dan sebagian yang lain ditawan. Lagi-lagi musuh-musuh Islam menemui kegagalan.
Akhir yang Tragis bagi Pencuri Jasad Nabi
Kisah terakhir ini Syaikh Muhammad Ilyas Adul Ghoni menukilkan riwayat dari Imam Ath-Thabary dalam bukunya “Ar-Riyadh An-Nadhrah fii fadha’il Al-‘Asyroh”. Kisah kali ini bukan berfokus pada pencurian jasad Nabi yang mulia. Akan tetapi pada kedua shahabatnya yang paling utama, Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan abad ke 7 H. Bersamaan saat Bani Abbbasiyah yang sedang sibuk melawan pasukan tatar.
Kisah ini diceritakan oleh pelayan pengurusan Kuburan Nabi, Syamsuddin Shawab Al-Muthii. Seorang yang sholeh lagi dermawan. Dan dia lah saksi hidup yang melihat langsung bagaimana kengerian azab Allah atas mereka yang berusaha mengambil jasad kedua sahabat yang mulia ini.
Pelaku aksi ini adalah segerombolan manusia dari Halb (Aleppo). Mereka datang ke Madinah dengan membawa harta yang banyak dan menemui Amir kota saat itu. Mereka meminta untuk masuk ke hujroh Nabi (kuburan Nabi dan kedua sahabatnya) untuk mengeluarkan jasad kedua sahabat yang mulia ini.
Maka turunlah perintah kepada Syamsuddin Shawab untuk membukakan pintu bagi mereka pada malam hari dan larangan untuk menghalangi mereka. Berat bagi Shawab untuk melakukan hal tersebut, tapi Shawab tidak punya pilihan lain atas perintah yang diberikan amir kepadanya. “Sam’an wa Tho’atan (mendengar dan taat),” begitu katanya.
Malam itu, selepas shalat isya’, setelah semua orang telah meninggalkan masjid. Lalu ditutuplah seluruh pintu. Shawab mengantarkan mereka menuju hujroh Nabi, dan masuklah 40 orang dengan membawa berbagai alat galian.
Dan terjadilah peristiwa dahsyat. Menurut persaksian Shawab, saat mereka mendekati mimbar, bumi bergonjang dan menelan mereka semua tanpa sisa.
Itulah semua rentetan kisah panjang para pendengki Nabi. Seperti apapun rencana busuk mereka, selalu Allah gagalkan. Karena janji Allah dalam surat Al- Maidah: 67
وَ اللَّهُ يَعْصِمُك مِنَ النَّاسِ
“Dan Allah akan menjagamu dari (bahaya) manusia.”
Musuh-musuh Islam selalu ingin memadamkan cahaya Allah, tapi Allah lah pemilik cahaya yang sempurna.
______________________
Sumur galian : Kitab Tarikh masjid An-Nabawy Asy-Syarif, tulisan Syaikh Muhammad Ilyas ‘Abdul Ghoni. Hal. 174. Kisah ini juga di ceritakan oleh Imam As-samhudy dalam kitabnya “وفا الوفا” di jilid kedua hal. 653 dan 654 dengan redaksi yang berbeda.
Penulis: Fadjar Jaganegara
Editor: Yazid Abu Fida’