Ada banyak kriteria mendasar seorang pendidik yang seyogyanya dimiliki siapa pun yang akan terjun dalam dunia pendidikan. Memang, kesempurnaan manusia hanya dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tetapi kita wajib mengikuti beliau, mendekat kepada tuntunan beliau semaksimal mungkin, walau tetap tidak ideal. Inilah peran kita sebab beliaulah qudwah kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
“Berbuat benarlah, mendekatlah dan berilah kabar gembira. Sungguh amal shalih tak akan pernah memasukkan siapapun ke dalam jannah”. Para shahabat bertanya: “Apakan anda juga demikian?”. Beliau menjawab: “Aku juga demikian, hanya saja Allah subhanahu wa ta’ala telah meliputiku dengan maghfirah dan rahmat-Nya.” (HR Muslim)
Dan inilah di antara kriteria pendidik yang baik yang harus diupayakan oleh siapa saja yang terlibat di dunia pendidikan:
- Berkomitmen Terhadap Arahan Syari’at
Mendidik berarti mewariskan nilai-nilai keislaman kepada generasi kita. Mendidik adalah proses penyelamatan seluruh anggota keluarga atau anak didik kita dari api neraka. oleh karena itu seorang pendidik harus selalu menyelaraskan diri dengan koridor-koridor syari’at Islam. Abai terhadapnya sama saja dengan merencanakan kegagalan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan dua perkara. Kalian pasti tak akan tersesat selama-lamanya bila berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Nabi -Nya “(HR Malik dalam Al-Muwatho’ )
Di titik inilah kita para orang tua harus selalu meningkatkan kualitas ilmunya. Di titik inilah keberhasilan berpangkal dan bermuara.
- Ketabahan Dan Kesabaran
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa satu ketika beliau bersabda kepada Asyyaj Abdul Qais radhiyallahu ‘anhu :
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ
“Ada dua sifat yang ada pada dirimu yang dicintai Allah yaitu kesabaran dan ketabahan.” (HR Muslim )
Sabar dan tabah dua kata yang indah namun merupakan perkara yang tak mudah. Banyak hal yang menuntut ketabahan dan kesabaran dalam proses pendidikan. Contoh yang paling sulit adalah kesabaran untuk memerankan sosok ideal di hadapan anak didik. Sebab mendidik bukanlah sekedar memerintah dan melarang, bukan pula sekedar transfer ilmu. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses mentransfer pola kepribadian dan pola perilaku positif sehingga menjadi karakter (akhlak) anak didik. Kesabaran juga dituntut selalu hadir dalam diri pendidik karena besarnya beban biaya, tenaga, pikiran dan waktu pengasuhan yang tidak singkat (thulul ihtidhan). Bahkan kesabaran dan ketabahan pun harus terus menemani kita bila ternyata hasil yang ada tak semanis harapan.
- Lemah Lembut (Ramah) dan Tidak Kasar
Imam Muslim t meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Allah memberi kepada orang yang lembut sesuatu yang tak diberikan kepada orang yang kasar. Allah l pun memberi kepada orang yang lembut sesuatu yang tak diberikan selain pada orang yang lembut.” (HR Muslim)
Proses mendidik adalah proses merekatkan hati dan pikiran kita dengan hati anak atau peserta didik. Bukan proses pemaksaan. Menjinakkan hati bukan sekedar memaksa fisik untuk tunduk kepada suatu aturan. Sebab hati adalah komandan, fisik adalah tentara. Bagaimana tentara dapat ditaklukkan bila sang komandan tak tertaklukkan? Nah, kelembutan adalah perekat hati yang paling kuat untuk merengkuh hati anak didik kita. Sedang sikap kasar adalah jurang lebar yang sangat dalam, pemisah antara pendidik dengan anak didiknya. Orang tua atau pendidik yang membiasakan diri berkata dan berbuat kasar sejatinya sedang menggali jurang pemisah yang dalam antara dirinya dan anak didiknya. Dahsyat sekali, efeknya bisa seumur hidup. Parahnya sikap kasar ini pada sering kali menjadi warisan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya akibat pembiaran.
Begitu pentingnya kelemah-lembutan, hingga Nabi ` menjadikannya sebagai standar kebaikan sebuah keluarga. Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ Wahai ‘Aisyah bersikap lemah-lembutlah, karena sungguh bila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kebaikan sebuah keluarga, Allah Subhanahu wa Ta’ala tunjukkan pada mereka sifat lemah-lembut .“
- Memahami Usia dan Karakter Anak
Menurut kacamata para Psikolog setiap fase perkembangan ada tugas yang harus diselesaikan (development tasks). Kegagalan menyelesaikan tugas perkembangan dalam satu fase usia berakibat terhambatnya seorang individu dalam memasuki fase usia berikutnya. Hingga bila terus berlarut akhirnya kematangan dan kedewasaan seseorang akan akan terganggu. Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan itu. Satu di antaranya adalah ketidak tepatan perlakuan pendidik dan orang tua kepada anak didik, akibat kurangnya pemahaman yang benar dalam persoalan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak sabdanya telah mengisyaratkan agar para pendidik menaruh perhatian serius akan hal ini. Di antaranya perintah beliau untuk memisahkan tempat tidur anak manakala memasuki usia tujuh tahun. Contoh lainya anak-anak semenjak dini harus diajarkan batasan-batasan aurat. Nah para pendidik sudahkah kita pahami itu semua? Mari berbenah, semoga Allah Ta’ala menolong kita.
Oleh: Ust. Syahidan Sulthoni, S.Psi