Ust. Zaid Abdul Latif
Islam hadir di tengah-tengah manusia sebagai jalan hidup yang sempurna. Di dalamnya ada solusi setiap sisi kehidupan manusia, dari yang mikro sampai makro, urusan pribadi maupun kolektif. Tidak ada kekurangan yang bisa ditemukan bila seorang ingin mencari kelemahan dalam Islam. Karena Islam merupakan minhajul hayah (jalan hidup) yang sudah dipaketkan dari Rabbul Alamin. Sempurnanya Islam bisa dibuktikan lewat berbagai alat ukur baik bidang sains, adab, sosial, militer atau lainnya. Unsur kebenaran dalam bidang-bidang tersebut selalu bersesuaian dengan ajaran Islam.
Demikian pula dalam ranah pendidikan, Islam menempatkan pendidikan dalam kedudukan penting. Pendidikan menjadi media utama dalam proses perwarisan ilmu, idiologi, budaya, nilai, skill, dan jalan hidup antar generasi. Dari penelaahan naskah-naskah klasik ditemukan bahwa seluruh sepak terjang dan aktifitas Rasulullah Sholallohu alaihi wasalam bisa digali dan dijadikan dasar dalam pendidikan Islam. Dari situ sistem pendidikan dibangun dan telah mencapai puncak peradaban.
Pendidikan Islam juga terbukti mengantarkan masyarakat Islam pada kejayaanya; Ilmu yang tinggi, kehidupan yang bermartabat, keadilan yang merata dan suasana tentram di setiap tempat dan waktu menjadi ciri khas masyarakat kala itu. Hal ini bisa di lihat dari catatan-catatan sejarah pada masa kekhifahan Islam. Betapa perhatian terhadap pendidikan, majlis-majlis ilmu dan pendukungnya sangatlah luar biasa. Khilafah membangun banyak perpustakaan dengan koleksi yang sangat melimpah. Di Andalusia terdapat 20 perpustakaan, di antara yang terkenal adalah perpustakaan Cordova dengan koleksi bukunya tidak kurang dari 400 ribu judul buku. Perpustakaan Darul Hikmah Kairo mengoleksi sekitar 2 juta buku. Bisa kita saksikan Tradisi keilmuan berlangsung sangat baik, Secara jujur sejarawan barat, Jacques C. Resiter menyatakan bahwa selama lima ratus tahun Islam telah menguasai dunia dengan kekuatanya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi.
Pendidikan Islam dan Karakeristiknya
Begitu penting dan berartinya pendidikan dalam Islam, sudah seyogianya kita mengetahui Pendidikan Islam. Pendidikan atau tarbiyah secara bahasa memiliki berbagai macam makna, di antaranya tumbuh dan bertambah, tumbuh dan berkembang, memperbaiki, mengurusi, mengatur dan memelihara, menumbuhkan dan memlihara, membentuk, membangun, mendidik, mengembangkan, memperhatikan, melindungi dan menjaga. Dari berbagai pengertian secara bahasa tersebut bisa disimpulkan bahwa tarbiyah berkisar tentang islah (perbaikan), tanggung jawab terhadap anak didik, merawat, menjaga, dan mengawasi masa pertumbuhannya. Intinya pengertian satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Secara Istilah tarbiyah atau pendidikan memiliki beberapa pengertian yang saling melengkapi. Menurut Al Baidhawi tarbiyah bermakna proses mengantarkan sesuatu sampai sempurna secara bertahap. Raghib Al Asfahani menyebutkan tarbiyah adalah proses menjadikan sesuatu secara bertahap sampai pada derajad sempurna. Abdurrahman An Nahlawi menyebutkan bahwa tarbiyah mengandung empat unsur, 1) memelihara pertumbuhan fitrah manusia, 2) mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaan, 3) mengembangkan potensi insan untuk menjadi kualitas tertentu, 4) melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak. Sehingga bisa disebutkan bahwa Tarbiyah adalah suatu proses membentuk pribadi seseorang secara bertahap hingga mencapai kesempurnaan dalam segala aspek kepribadian, baik spiritual (ruhani), intelektual (Akal), maupun fisik ( jasmani).
Dari pengertian di atas kalau dihubungkan dengan Islam, maka akan muncul istilah tarbiyah Islamiyah. Tarbiyah Islamiyah inilah yang telah dipakai dalam tradisi kaum muslimin dalam mendidik generasi mereka dan telah mengantarkan kepada kejayaanya. Tarbiyah Islamiyah adalah proses pendidikan bagi manusia secara bertahap yang meliputi berbagai aspek dalam rangka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan jalan yang sesuai dengan manhaj Islam. Dengan pengertian lain tarbiyah Islamiyah adalah suatu proses mempersiapkan seorang muslim dengan persiapan yang sempuraan meliputi seluruh aspek kepribadiannya baik ruhiyah, fikriyah maupun jasmaniyah. Sehingga menjadi pribadi yang betul-betul beriman dan secara total kepada Allah.
Menurut Prof Ahmadi dalam bukunya, Idiologi Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.
Pengertian tersebut sejalan dengan konsepsi baru hasil konfersensi Dunia Pertama tentang pendidikan Islam tahun 1977 di Mekah yang menyatakan bahwa istilah pendidikan Islam tidak lagi hanya berarti pengajaran teologik atau pengajaran Al Qur’an, hadits dan fiqih tetapi memberi arti pendidikan di semua cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam.
Karakterisitk Pendidikan Islam
Sebagai bentuk pendidikan yang istimewa, pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik, di antaranya;
Rabaniyah
Karakter rabbani ini memiliki pengertian bahwa sumbernya adalah Allah Subhanahu wata’ala, bukan buah pikiran dan hawa nafsu manusia. Taujih rabbani mengantarkan manusia untuk melakukan suatu amal dengan niat yang benar dan mengharap ridha Allah. Pendidikan Islam berhubungan dengan kehidupan seorang hamba dengan Rabb-nya, misalnya keimanan, cinta kepada Allah, berahlak yang baik. Sifat rabbani ini selalu mengaitkan rabb (Allah) di setiap lini taujihnya.
Syumul wa Takamul
Yaitu tarbiyah Islamiyah bersifat lengkap dan sempurna. Seluruh aspek yang dibutuhkan manusia tercakup di dalamnya. Lengkap secara materi, bersifat manusiawi, sesuai dengan fitrah, tempat dan waktu. Materinya tidak membedakan antara urusan duniawai dan ukhrawi, tetapi mencakup keduanya. Manusiawi karena objek pendidikanya adalah manusia. Sesuai dengan fitrah karena selaras dengan kebutuhan ruh dan jasad. Sesuai zaman dan waktu karena bisa berlangsung di setiap tempat dan waktu, tidak khusus untuk waktu atau tempat tertentu. Tidak ada pembahasan suatu perkara, besar atau kecil kecuali hadir taujih Islami dengan penjelasan yang mencukupi.
Tawazun
Yaitu memberikan perhatian secara seimbang dari sisi etika, fisik, intelektual. Seimbang juga antar jasmaniah dan ruhiyah. Tidak terjadi polarisasi penekanan kepada salah satu asapek saja. Seluruh aspek mendapat porsi yang seimbang merata dan harmonis.
Tsabat wa Marunah
Karakter ini maksudnya adalah bahwa di dalam Islam terdapat perkara-perkara yang sudah tetap, tidak mungkin untuk dirubah karena nash sudah menetapkannya. Misalnya adalah melaksanakan amanah, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, haramnya mencuri dll. Namun ada ruang bagi ulama untuk melakukan ijtihad terhadap perkara-perkara yang keluar dari yang telah ditetapkan. Demikian dalam mendidik, seorang murabbi diperintahkan untuk mendidik namun dalam prakteknya tidak ada ketentuan pasti tentang metodenya. Maka bagi ulama’ memiki ruang untuk berijtihad menentukan cara yang bisa dipakai untk mendidik. Dengan kata lain dalam aplikasi pendidikan disesuaikan dengan situas dan kondisi yang melatar belakangi objek dan subjek pendidikan dalam rangka optimalisasi hasil.
Waqi’iyah
Yaitu tema yang diangkat sesuai dengan fitrah manusia dan adanya kemampuan menjalankanya. Bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamalkan oleh mereka dengan berbagai latar belakang yang berbeda, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak dll. Di samping itu pendidikan Islam juga tidak bertentangan dengan perkembangan zaman.
Antara Prioritas dan Al ternatif
Torehan sejarah menjelaskan kepada kita bagiamana eloknya peradaban Islam pada masa keemasanya. Kegemilangan prestasi tersebut ditopang oleh sistem pendidikan Islam yang dijalankan dengan maksimal. Dari berbagai unsur bahu-membahu menjalankan roda pendidikan. Sehingga produk pendidikannya pun luar biasa, ahli dalam masalah agama dan ilmu-ilmu umum. Dengan kata lain, orang yang ahli dalam ilmu-ilmu umum pasti memiliki ilmu agama yang kuat. Karena dalam Islam pendidikan tidak terbatas hanya belajar masalah teologi saja. Sehingga kesatuan ini menghasilkan denyut nadi kehidupan yang harmonis dan Islami.
Sedikit membandingkan dengan pendidikan sekuler, kita akan menemukan corak hasil yang sangat berbeda. Produk sekuler akan menghasilkan orang-orang yang ahli dalam ilmu umum namun lemah dalam agama. Keahlian dibidangnya tidak dibimbing dengan din, sehingga kesimpulan dan tindakanya sulit untuk bersesuaian dengan nilai-nilai agama. Demikian juga menghasilkan orang rasionalis yang tidak menerima kebenaran kecuali yang sesuai dengan akalnya. Keberlangsungan sistem ini mengantarkan kehidupan yang disharmoni dan bertolak belakang dengan ridha sang Pencipta.
Selanjutnya kalau menilik perkataan imam Malik:
لَنْ تَصْلُحَ هَذِهِ الْأُمَّةُ إِلَّا بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا
“Umat ini tidak akan pernah menjadi baik, kecuali dengan menempuh jalan yang telah mengantarkan para pendahulunya menuju kesuksesan.”
Pendahulu umat ini adalah generasi dengan kemampuan yang sagat tinggi di berbagai lini bidang pengetahuan; memiliki tradisi ilmu yang sangat baik dan budaya ilmiah yang mengagumkan. Jonathan Bloom dan Sheila Blair mengatakan bahwa rata-rata tingkat kemampuan literasi (membaca dan menulis) di dunia Islam pada abad pertengahan lebih tinggi dari pada Bizantium dan Eropa.
Maka ketika kita dihadapkan pada kondisi dan tuntutan untuk melahirkan generasi yang shalih, kuat agamanya, mampu menguasai ilmu-ilmu kauni dalam rangka menunjang hidupnya, kita akan menangkap retoris dari pertanyaan “Pendidikan Islam prioritas atau alternative?”