Anak merupakan amanah yang diberikan Allah kepada para orangtua. Banyak hal yang harus dipersiapan oleh orang tua untuk mendidik anak guna mewujudkan generasi shalih-shalihah. Allah Subhanahuwa Ta’ala menganugerahkan berbagai potensi besar dalam diri seorang anak yang membawanya mencapai kesempurnaan. Berbagai potensi tersebut akan tumbuh dan berkembang karena pendidikan dan pengajaran yang baik. Dan sebaliknya semua itu akan sirna karena pendidikan yang keliru dan salah. Oleh karena itu, pendidikan yang benar sangat penting dan memiliki kedudukan khusus yang bisa membawa manusia menuju kesempurnaan dan menyelamatkannya dari penyimpangan.
Sebagai orang tua harus memahami bahwa setiap kegiatan dalam hal apapun yang dilakukan oleh seorang anak sangat membutuhkan arahan dan bimbingan disetiap apa yang mereka lakukan. Bahkan di sela-sela aktifitas kebaikan yang mereka lakukan adakalanya mereka berbuat kesalahan. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan, berusaha memotivasi anak di saat mereka melakukan kebaikan dan mengingatkan serta mengarahkan mereka di saat mereka melakukan kesalahan. Hal ini sangatlah penting untuk diperhatikan karena memang pada dasarnya tidak ada seorang anak yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah, melekat pada dirinya kebaikan-kebaikan, sebagimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum : 30)
Ayat di atas secara tersirat memiliki makna bahwa setiap menusia yang lahir di muka bumi ini memiliki dasar kebaikan-kebaikan. Adapun jika seseorang menjadi pribadi yang buruk maka hal itu adalah perkara yang muncul belakangan sesuai arahan dan pendidikan yang diperoleh si anak. Jika orang tua menjaga dan mengarahkan anak kepada kebaikan-kebaikan maka akan terbangun sifat dan akhlaq yang terpuji, sebaliknya jika orang tua tidak mengarahkan dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak maka akan terbangun sifat dan akhlak yang tercela.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai anak dengan karakter yang beragam. Ada anak yang mudah dibina dan ada yang sulit dibina. Sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar. Sebagian mereka belajar untuk maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dan fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan para pendidik. Maka merupakan kesalahan besar apabila kita menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak.
Maka dari itu bagi orang tua yang telah mendapatkan amanah berupa anak yang dianugrahkan kepada mereka, berusahalah semaksimal mungkin menjadi orang tua yang bertanggung jawab akan pendidikan anaknya. Jika orang tua mampu berlaku amanah dengan tanggung jawab tersebut, baginya pahala jariyah di sisi Allah Ta’ala yang begitu besar, sebaliknya jika orang tua mengabaikan amanah tersebut kelak akan mempertanggung jawabkan atas kelalaian mereka.
Pentingnya Hadiah dalam Pendidikan
Pemberian hadiah memunyai pengaruh yang sangat baik terhadap semua jiwa manusia secara umum. Namun pengaruhnya terhadap jiwa seorang anak jauh lebih besar. Islam pun mengajarkan kepada kita untuk saling memberikan hadiah dengan harapan akan tumbuh rasa saling mencintai. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
تَهَادُّوْاتَحَابُّوا
“Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Thabrani, no. 352)
Hadits tersebut menjadi kaidah umum yang dijelaskan Rasulullah Shalalahu ‘alaihi wa Sallam mengenai pilar yang sangat kokoh di dalam membina perasaan anak, menggerakkan dan mengarahkannya. Bahkan di dalam pendidikan anak hadiah sebagai bentuk penting yang memainkan peran sentral bagi perkembangan potensi anak. Karena dengan hadiah akan memberikan motifasi kepada mereka dengan kebaikan dan prestasinya.
Rasulullah pun pernah membariskan Abdullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini.” Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka (Majmu’uz Zawaid: IX, 17)
Hadiah atau memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, karena hadiah bisa dijadikan sebagai alat untuk memotivasi anak didik. Dan bisa dipahami, bahwa hadiah merupakan bagian integral dalam proses pendidikan. Pendidikan memang tidak hanya mempelajari dan mengamati berbagai bidang ilmu, tetapi juga pengembangan individu secara utuh yang menyangkut masalah intelektual, sikap mental, kematangan kejiwaan, interaksisosial, dan lainnya. Hadiah merupakan salah satu tahapan dan konsekuensi langsung dalam proses penanaman nilai-nilai positif yang diajarkan. Dan Hadiah memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang anak. Apa pun dan bagaimana pun bentuknya,hadiah sering kali menjadi daya pikat tersendiri bagi anak. Bahkan salah satu teknik atau metode pendidikan Islam adalah pendidikan dengan pemberian penghargaan. Karena penghargaan atau hadiah dalam pendidikan anak akan memberikan motivasi untuk terus meningkatkan kebaikan-kebaikan yang ia raih atau paling tidak mempertahankan prestasi yang telah didapatnya.
Selain itu hadiah memiliki nilai yang sangat penting dalam pendidikan. Hadiah menjadi salah satu bentuk pengetahuan yang membuat anak segera tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan adalah sebuah kebaikan. Sehingga dengannya akan mudah memotivasi anak untuk mengulangi kebaikan-kebaikan yang pernah ia kerjakan. Pada umumnya apabila anak mendapat penghargaan atas tingkah lakunya maka ia mendapatkan pemahaman bahwa apa yang dilakukannya itu berarti. Inilah yang kemudian membuat anak termotivasi untuk terus mengulangi kebaikan-kebaikan yang pernah ia kerjakan.
Konsep Pemberian Hadiah dalam Islam
Pemberian hadiah karena kebaikan dan prestasi seorang anak harus dilakukan dengan bijaksana. Karena pemberian hadiah atas kebaikan dan prestasi anak yang berlebihan justru akan membawa dampak negatif bagi perkembangan anak. Penerapan hadiah pada anak didik harus berdasarkan kaidah-kaidah yang benar bukan berdasarkan kesenangan dan pemuasan belaka. Karena tidak selalunya setiap kebaikan yang dilakukan seorang anak harus mendapatkan hadiah dan perghargaan. Bahkan jika penerapan hadiah tidak seimbang dengan pemberian hukuman di saat anak melakukan kesalahan justru akan berdampak buruk terhadap kelancaran pendidikan anak terhadap proses belajar.
Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam memberikan hadiah kepada anak, di antaranya;
Pertama : dasar pemberian hadiah adalah karena cinta dan kasih sayang. Kasih sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan, karena Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima oleh anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja dan berusaha secara kreatif. Maka dari itu dalam pemberian hadiah terhadap anak harus benar-benar berdasarkan kasih sayang kita kepada mereka. Orang tua harus bisa menjaga kedekatan kepada anak dengan penuh kasih sayang, sehingga ketika anak menerima hadiah tidak hanya sebatas mendapatkan kesenangan dari hadiah yg diberikan. Akan tetapi lebih daripada itu seorang anak akan merasakan kasih sayang yang penuh dari orangtuanya. Sehingga anak tumbuhmenjadipribadi yang baikdanselalu patuh kepada orang tuanya.
Kedua : Hadiah diberikan dalam rangka mendidik dan memotivasi anak bukan sekedar pemuasan terhadap kesenangan anak. Sebab jika hadiah hanya sekedar memuaskan kesenangan anak, maka kelak ia akan terbiasa hidup memanja dan tidak siap untuk menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya jika hadiah itu dijadikan untuk mendidik dan memotivasi anak, maka besar kemungkinan anak akan bisa menghadapi tantangan hidup, sebab ia tahu bahwa kehidupan ini tidak selamanya berbentuk hadiah adakalanya hukuman, ujian dan lain sebagainya.
Ketiga : Tidak selalunya hadiah berwujud materi. Maka selain materi orang tua atau pendidik dapat memberikan hadiah berupa pujian kepada anak. Sebab secara psikis seorang anak akan tumbuh semangatnya jika ia mendapatkan pujian oleh orang tuanya, sebaliknya anak akan merasa malas jika ia tidak pernah dipuji apalagi sampai dihina atau disalah-salahkan. Sebab tidaklah benar jika pemberian dorongan tersebut hanya terbatas hadiah-hadiah yang sifatnya materi saja. Hal ini dimaksudkan agar si anak tidak menjadi orang yang selalu meminta balasan atas perbuatannya. Dan tidak diragukan lagi pujian terhadap anak juga mempunyai pengaruh yang sangat dominan terhadap dirinya, dengan demikian seorang anak akan bergegas meluruskan perilaku dan perbuatannya.
Keempat: Seimbang antara memberi hadiah dan hukuman, karena hadiah bukan satu-satunya cara untuk memotivasi anak dalam melakukan kebaikan. Hal tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam dalam mendidik para sahabat. Beliau pernah menghukum salah seorang shahabat yang tidak lurus ketika berbaris. Akan tetapi dalam satu waktu beliau bersedia diqishas walaupun akhirnya shahabat tersebut merangkul Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam. Dengannya hadiah dan hukuman haruslah diberikan dengan cara yang bijaksana, karena keduanya jika dilakukan dengan baik maka akan memberikan dampak baik terhadap pendidikan anak. Hadiah diberikan dengan harapan memotifasi anak dalam melakukan kebaikan sebagaimana hukuman diberikan dengan harapan menghambat atau mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan yang menyimpang.
Berdasarkan uraian di atas kita bisa memahami bahwa salah satu dari sekian metode pendidikan anak adalah metode pendidikan pemberian penghargaan atau hadiah, yang tentunya memilki kaidah-kaidah tersendiri dalam penerapannya. Bahkan pemberian hadiahvmemang lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak dari pada pemberian sanksi. Ketepatan dalam memberikan hadiah akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak, sebaliknya salah dalam penerapanya justru akan memberikan konsekwensi emosional yang kurang baik. Bahkan pemenuhan materi secara berlebih dari orang tua bisa menciptakan pemikiran materialistis, anak pun jadi tidak percaya diri ketika mereka tidak terpenuhi secara material.
Maka hendaknya para pendidik atau orang tua benar-benar memperhatikan bagaimana cara yang tepat dalam mendidik anak. Tentunya dengan mencurahkan segala upaya dan terus berbuat tanpa henti untuk membibing anak-anak kita, senantiasa membiasakan mereka berbuat kebaikan. Semoga kita dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk mendidik anak-anak kita dengan baik dan penuh tanggung jawab. Wallahu a’lam bissawab.
Oleh : Ust. Ammar Fathul Mujib