Ridha terhadap takdir atau keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah merupakan kunci utama mendapatkan ketenangan hidup.
Demikian karena tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang terjadi kecuali atas ketentuan dan keinginan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
Dalam sebuah hadits juga disebutkan
احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ketika engkau memohon maka memohonlah kepada Allah dan jika engkau meminta maka memintalah kepada Allah.
Jika engkau meminta pertolongan maka meminta pertolongan kepada Allah, dan ketahuilah bahwa seandainya umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan suatu hal, niscaya mereka tidak akan sanggup memberikan manfaat kepadamu.
Kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah kepadamu. Dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak sanggup mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah kepadamu. Telah diangkat pena dan tinta telah kering.” (HR. At-Tirmidzi)
Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya apa yang terjadi di alam semesta ini adalah berdasarkan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia di dunia ini tidak ada yang bisa keluar dari ketetapan dan keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka apa yang dikehendaki pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi. Oleh karena itu janganlah kita sekali-kali merasa bisa lolos dari ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian pula bukan berarti kita menafikan ikhtiyar (usaha) sehingga hanya pasrah saja sepenuhnya tanpa ada usaha dan beranggapan ini adalah keputusan Allah.
Orang yang bisa ridha dengan ketetapan Allah maka dia akan bisa melihat hikmah dari setiap cobaan dan ujian yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Dia tidak akan pernah mengumpat, mengomel atau bersedih hati dengan kesedihan yang mendalam ketika ditimpa musibah, yang ada justru dia akan bersabar dengan ketetapan-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik bagi baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin.
Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Jadi, memang ridha kepada ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah modal utama kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karenanya kalau kita ingin senang dengan sebenar-benarnya maka yakin dan ridhalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dia-lah yang Telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang Telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4)
Demikianlah Allah akan turunkan ketenangan hati kepada hamba yang ridha kepada ketetapan-Nya. Dengan ketenangan itu dia akan merasa ringan dalam menanggung beban sakitnya.
Ridha juga akan melahirkan sikap optimisme yang mendalam akan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sikap seperti itu muncul karena ia memandang bahwa apa yang telah diputuskan oleh Allah adalah merupakan perkara yang terbaik buat dirinya.
Inilah karakter dari orang yang ridha kepada Allah, ketika ditimpa musibah justru dia mampu melihat kebesaran dan kemuliaan-Nya.
Lalu, bagaimana cara mencapai derajat ridha pada ketentuan Allah tersebut? Bukankah tidak mudah menerima hal buruk yang Allah beri dalam kehidupan kita?
Menggapai Sifat Ridha
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan sikap ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya adalah;
Pertama; Menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling berhak atas dirinya.
Sesungguhnya langit, bumi dan seluruh isinya ini merupakan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berhak berbuat apa saja sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Sebagaimana dalam firma-Nya
إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj: 18)
Maka sebagai makhluk yang Dia ciptakan, sebenarnya kita disodori oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua pilihan yaitu mau ridha pada kehendak-Nya atau justru malah marah kepada kehendak-Nya.
Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memaksa makhluk-Nya untuk ridha, meski Ia berhak untuk memaksa kita meridhai-Nya. Karenanya, jika kita ridha pada ketentuan-Nya, sesungguhnya kita telah melakukan pilihan cerdas.
Akan tetapi jika kita tidak ridha, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan makhluknya.
Kedua; Menyakini bahwa musibah dan ujian bisa jadi bentuk cinta Allah.
Cara yang selanjutnya adalah dengan menyakini bahwa apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita bisa jadi ini adalah merupakan wujud kecintaan Allah.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; “Sesungguhnya besar balasan tergantung besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka (dengan suatu musibah).
Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan (dari Allah) dan barangsiapa yang yang marah, maka baginya kemarahan (Allah).” (HR. At-Tirmidzi)
Karena itu janganlah sekali-kali kita hanya melihat zhahir dari musibah itu saja, tapi lihatlah dari sisi yang lain. Hal mana musibah itu adalah salah satu bentuk perwujudan kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Dengan musibah itu maka seseorang akan bisa lebih dekat dengan Allah, demikian pula akan menggugurkan dosa-dosanya (dosa kecil).
Ketiga; Percaya bahwa Allah selalu memberi yang terbaik untuk diri kita
Sungguh segala perkara yang telah ditetapkan Allah kepada hamba-Nya merupakan ketentuan yang terbaik. Karena Dialah pemilik dari segala ilmu dan pengetahuan.
Jika kita meyakini bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik, otomatis kita akan pasrah dan ridha kepada apa pun yang telah Allah pilihkan untuk kita. Maka menjadilah kita orang-orang yang beruntung karena ridha kepada ketetapan-Nya.
Semoga kita termasuk golongan orang cerdas yang memilih untuk meridhai segala ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kehidupan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.