Daftar Isi
Setiap orang tentu menyadari betapa pendeknya hidup ini. Semua orang sadar bahwa dunia tak abadi dan pasti akan sirna. Semua orang juga menyadari bahwa kematian setiap saat bisa saja menyambanginya. Hanya saja kesadaran bahwa dunia ini fana ternyata tak menghasilkan aksi yang sama. Dengan kesadaran itu para penyembah dunia justru berpikir bagaimana mengeruk dunia sepuas-puasnya. Lihat bagaimana rakusnya Qarun dengan harta kekayaan, sampai-sampai kunci gudang kekayaannya harus diangkat oleh sejumlah pria perkasa. Lihat pula bagaimana Fir’aun begitu bernafsu berkuasa bahkan mengaku-ngaku tuhan, padahal dia tahu bahwa Musa Alaihis Sallam itu benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan bagaimana keadaan Fir’aun dan bala tentaranya :
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
“Dan mereka mengingkarinya karena kelaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya” (QS An-Naml: 14).
Bandingkan dengan Bilal bin Rabah Radhiyallahu ‘Anhu, yang dengan sabar menghadapi beratnya siksaan Musyrikin Quraisy demi keimanannya. Lihat pula bagaimana Shuhaib Ar-Rumy Radhiyallahu ‘Anhu rela meninggalkan harta kekayaan yang telah dia dapatkan dengan jerih payah selama bertahun demi hijrah mengkuti sang Nabi tercinta. Sangat banyak contoh yang menunjukkan perbedaan dua kelompok manusia itu. Amat indah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggambarkan perbedaan kedua kelompok manusia di atas
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
“Setiap manusia berpagi-pagi, menjual dirinya (bekerja keras) ada segolongan orang yang memerdekakan dirinya (dari api neraka) dan ada pula yang membinasakan dirinya” (HR Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud dan yang lainnya)
Perbedaan Orientasi Hidup
Ya rupanya orientasi hiduplah yang membedakan kedua golongan di atas. Orang yang beriman tak sekedar sadar bahwa dunia ini fana, lebih dari itu bagi mereka dunia merupakan sawah ladang, tempat bercocok tanam amal keshalihan yang hasilnya akan dipetik di akhirat kelak. Sebaliknya para pemburu dunia kesadaran mereka bahwa dunia fana justru semakin menjadikan mereka tak ingin berpisah dengan dunia. Sebab dunia bagi mereka adalah satu-satunya eksistensi hidup mereka dan tak kan ada lagi khidupan sesudah mati. Padahal Kebahagiaan atau kesengsaraan abadi berada di akhirat. Semua itu tak lain kecuali disebabkan karena mereka terlalu silau dengan dunia sehingga dunia dianngap sebagai puncak tertinggi pengetahuan mereka. Allah l berfirman:
يَعۡلَمُونَ ظَٰهِرٗا مِّنَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ عَنِ ٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ غَٰفِلُونَ ٧
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”(QS Ar-Ruum: 7)
Orang-orang seperti itulah yang kelak akan menyesal sebab mereka hanya tahu perkara perkara yang terindera (materi) sementara kebahagiaan di dunia tak semata-mata hanya diraih dengan materi. Apalagi kebahagian akhirat.
Inilah badai musibah yang melanda umat manusia hari ini, mereka dibuat silau dengan gemerlapnya duna (kecuali yang dirahmati Allah). Akhirnya semua potensi yang dimiliki baik akal, pikiran tenaga semuanya mengarah pada pencapaian target-target duniawi. Kalau pun mereka berpikir maka pikirannya adalah bagaimana maksimal mendapatkan dunia. Kalau pun mereka belajar, mencari ilmu, maka ilmu yang dicari adalah ilmu tentang bagaimana cara mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya. Mereka tak mau tahu sedikitpun bagaimana nasib mereka di akhirat.
Mengenal Allah, Rasul dan Dinul Islam, Asas Hidup Seorang Mukmin
Kesadaran bahwa dunia ini fana bagi seorang mukmin akan melahirkan satu kesadaran baru dalam diri bahwa mengarungi kehidupan adalah ibarat mengarungi lautan tak bertepi yang ganas menuju negeri akhirat. Banyak rintangan, onak dan duri yang akan menghadangnya. Bila ia gagal menyingkirkan rintangan itu ia akan terjerembab dalam jurang kesengsaraan abadi di akhirat. Oleh karena itu bagi seorang mukmin keselamatan hidup hanya akan diperoleh manakala ia bersandar sepenuhnya kepada Sang pencipta dunia ini yaitu Allah l serta kontinyu dan konsekuen mengikuti jalan yang telah ditentukan oleh-Nya. Tak bosan-bosannya seorang mukmin selalu berdo’a memohon keselamatan dunia akhirat , minimal lima kali dalam sehari semalam
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦
“Ya Allah tunjukilah kami kepada jalan yang lurus (dinul Islam)” (QS Al-fatihah: 6).
Dan jalan keselamatan itu hanya dapat diraih manakala berkomitmen dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap gerak dan langkah kehidupan.
Oleh karena itu mengilmui tiga hal di atas (Allah, Rasul dan Dinul Islam) menjadi sangat urgen bagi siapa saja yang ingin mencari keselamatan di dunia dan akhirat. Bahkan tiga hal di tersebut akan menjadi pertanyaan terpenting di alam barzakh, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ
“Maka datanglah kepada sang mayait dua malaikat, lalu keduanya bertanya: “Siapa Rabb mu?” (Bila muslim) Dia menjawab: “Rabb ku adalah Allah”. Keduanya bertanya lagi: “Apa agamamu?”. Ia menjawab: “Agamaku adalah Islam”. Siapa laki-laki yang diutus kepadamu?”. Ia menjawab: “Dia adalah utusan Allah”. Keduanya bertanya lagi: “Apa yang membuatmu tahu?”. Ia menjawab:” Aku membaca Al-Qur’an dan aku mengimaninya” (HR Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih targhib wa tarhib )
Berangkat dari itu maka dalam beberapa waktu kedepan akan coba kita kaji bersama satu risalah singkat namun padat yang membahas ketiga hal di atas, yaitu Utsulu Tsalatsah (tiga landasan utama) karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah . semoga bermanfaat. (Sulthoni)