Daftar Isi
Tips Agar Shalat Tahajud Terasa Ringan
Oleh Ustadz Yazid Nuruddin (Staf Pengajar Ponpes Darusy Syahadah)
Bangun di tengah malam memang bukan perkara mudah, kecuali bagi mereka yang telah diberi taufik oleh Allah ﷻ. Meski hanya dengan cara yang sederhana sekalipun mereka bisa senantiasa menghidupkan malam-malamnya dengan shalat.
Berikut adalah sepuluh tips ringan shalat tahajud. Bila Anda melaksanakan tips-tips tersebut insyaAllah akan memudahkan bangun malam untuk melaksanakan shalat tahajud.
1. Mengikhlaskan Diri
Ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari hal-hal yang mengotorinya. Atau menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan.
Keikhlasan merupakan ruh ketaatan, inti taqarrub, kunci diterimanya amal, penyebab datangnya pertolongan dan taufik dari Allah.
Pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang beriman akan diberikan sesuai dengan kadar keikhlasan dan sesungguhnya dalam ibadah. Ini merupakan faktor terpenting dalam membantu kita untuk shalat tahajud.
Tanpa keikhlasan seseorang tidak dapat melaksanakan shalat tahajud secara istiqamah.
Keikhlasan akan meringankan seseorang dalam beramal kebajikan. Karena seorang hamba yang ikhlas akan selamat dari godaan setan.
Setan tidak akan mampu menggoda manusia yang selalu menjaga keikhlasannya. Allah berfirman
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
“Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'” (QS. Shaad: 82-83)
Seseorang yang dapat mengikhlaskan niatnya akan merasa ringan dalam beramal. Karena mengikhlaskan niat jauh lebih sulit dari pada melakukan amal itu sendiri.
Seandainya dia dapat melakukan sesuatu yang sulit (mengikhlaskan niat) maka tentu ia akan mampu melakukan sesuatu yang lebih mudah, yaitu beramal.
Ayyub berkata, “Bagi para aktivis, mengikhlaskan niat jauh lebih sulit daripada melakukan seluruh amal.” (Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs, 16)
Termasuk ciri orang yang ikhlas adalah mereka akan menyembunyikan amalnya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi amalnya dari pandangan manusia.
Ya’qub berkata, “Orang ikhlas ada orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya.” (Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs)
Dan di antara amalan yang mudah untuk disembunyikan adalah shalat tahajud karena dikerjakan di tengah malam.
Malam merupakan waktu yang tepat untuk menyembunyikan amal. Sebab di waktu tersebut kebanyakan manusia tidur, sehingga tak seorang pun yang dapat melihat ibadahnya.
Shalat tahajud di tengah malam ketika manusia tidur merupakan perintah Rasulullah kepada umatnya. Di antara tujuannya adalah agar manusia tidak melihat kita dalam bermunajat kepada Allah.
Dengan demikian shalat di tengah malam lebih dekat dengan kekhusyu’an dan keikhlasan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam bahwa Nabi bersabda, “Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makan dan kerjakanlah shalat di waktu malam ketika manusia dalam keadaan tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan kedamaian.” (HR. At Tirmidzi: 2487)
2. Menguatkan Tekad
Seseorang yang mempunyai tekad kuat untuk shalat tahajud maka dia akan mengusahakan semua sarana agar dapat bangun malam. Dusta orang yang mengaku mempunyai tekad bangun malam tapi tidak pernah mengusahakannya.
Kalau ia memang betul-betul mempunyai tekad maka akan mengatur seluruh aktivitas agar dapat bangun malam. Segala suatu yang memungkinkan untuk bangun malam akan dipersiapkan.
Orang yang mempunyai tekad shalat tahajud, ia akan mempersiapkan segala seuatu yang memungkinnya bangun malam untuk shalat tahajud. Jika mereka tidak mempersiapkan apa-apa dan tidak berusaha bangun malam berarti dusta.
Jadi tekad untuk shalat tahajud mempunyai peran besar agar kita dapat bangun malam. Karena kalau tidak ada tekad shalat tahajud sama sekali walaupun telah bangun tidur, kita akan tidur lagi.
Bahkan seandainya seseorang pergi ke kamar mandi pun, hanya akan kencing kemudian kembali tidur dan tidak melaksanakan shalat. Ini dikarenakan tidak adanya tekad.
Orang yang mempunyai tekad yang kuat untuk bangun malam tidak ada ruginya. Karena orang yang bertekad untuk melakukan suatu kebaikan tapi ia tidak dapat melaksanakannya ia akan mendapatkan satu pahala.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah ﷺ beliau meriwayatkan dari Rabb-nya ﷻ
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya.
Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bemiat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 70 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi.
Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempuma. Jika ia bemiat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Demikian pula orang yang bertekad bangun malam untuk shalat tahajud, namun ternyata ia tidak dapat bangun malam, ia tetap mendapatkan pahala. Bahkan mendapatkan pahala shalat tahajud secara sempurna.
Hal itu berdasarkan hadits dari Abu Darda’, Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ فَيُصَلِّيَ مِنْ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنُهُ حَتَّى يُصْبِحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
“Barangsiapa yang mendatangi ranjangnya (untuk tidur) dengan berniat bangun untuk mengerjakan shalat di malam hari, tapi ternyata ia tertidur hingga Subuh (tanpa sempat mengerjakan shalat malam), maka ditulis baginya pahala niat shalat malam tersebut.
Sedangkan tidurnya itu merupakan sedekah untuk dirinya dari Rabbnya.” (HR. An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
Sehingga meskipun seseorang tidak dapat melaksanakan shalat tahajud akan tetapi karena telah mempunyai tekad yang kuat ia tetap masih mendapatkan pahala dari Allah.
Maka mari kita jaga niat dan tekad kita untuk selalu bangun malam kemudian bermunajat kepada Allah. Demikian kita akan selalu mendapat pahala shalat tahajud, walau pun kita terlela sampai subuh.
3. Menjauhi Dosa dan Maksiat
Dosa dan maksiat akan mengeraskan hati dan menghalangi dari sebab-sebab turunnya rahmat Allah. Orang yang bermaksiat hatinya akan kotor sehingga ia akan berat melakukan ketaatan, tanpa terkecuali shalat tahajud.
Orang yang selalu mengisi siangnya dengan kemaksiatan sudah dipastikan ia tidak akan bisa melaksanakan shalat tahajud. Kalaupun ia bisa melaksanakan shalat tahajud ia akan merasa berat dan tidak akan merasakan lezatnya bermunajat kepada Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rasulullah ﷺ bersabda
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ (كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
“Sesengguhnya seorang mukmin bila melakukan satu dosa, maka setitik noktah hitam akan mengotori hatinya. Jika ia bertaubat dan meninggalkannya serta meminta ampun kepada Alah maka hatinya akan bening.
Apabila bertambah dosanya maka bertambah pula noktah hitam tersebut. Dan itulah kerak penutup (hati) yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, ‘Sekali-kali tidak (demikian), Sebenamya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.’” (HR. At Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Pengaruhnya dosa terhadap ketaatan bisa kita lihat bagaimana para salaf yang terhalang dari shalat tahajud yang disebabkan oleh dosa yang dilakukan.
Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Aku pernah terhalang dari mengerjakan shalat malam selama lima bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
Satu dosa yang dilakukan Sufyan Ats-Tsauri menghalanginya dari melaksanakan shalat malam selama lima bulan. Lalu bagaimana bagi mereka yang banyak melakukan dosa hingga hatinya penuh dengan noktah hitam?
Sudah barang tentu mereka tidak akan pernah melaksanakan shalat malam.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika engkau tidak mampu menunaikan shalat malam dan puasa di siang hari maka ketahuilah bahwa engkau terhalang, karena dosa-dosamu begitu banyak.”
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan Al-Basri, “Wahai Abu Sa’id sesungguhnya saya tidak senang bertamu di malam hari. Saya lebih senang qiyamullail (shalat malam) dan saya telah menyiapkan tempat suciku, tetapi mengapa saya tetap tidak bangun?”
Hasan Al-Basri menjawab, “Kamu telah terhalang karena dosa-dosamu.”
Dia juga pernah berkata, “Di antara tanda bahwa seseorang terjerumus dalam dosa adalah hatinya tidak pernah lapang untuk bisa mengerjakan puasa di siang hari dan mengerjakan shalat di malam hari.”
Abdullah bin Mas’ud ditanya, “Apa yang menyebabkan kami tidak bisa mengerjakan qiyamullail?” Beliau menjawab, “Dosa-dosamu yang menyulitkan kamu.”
4. Selalu Mengingat Keutamaan Shalat Tahajud
Selalu mengingat keutamaan shalat tahajud akan mendorong seseorang untuk lebih bersemangat dalam mengerjakannya. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca atau menghafal ayat, hadits, dan atsar para ulama yang berkenaan keutamaan shalat tahajud.
Selalu ingat akan keutamaan shalat tahajud, menjadikan kita bersemangat melaksanakannya. Karena pahala shalat tahajud begitu besar. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezeki yang Kami berikan.
Tak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17)
Dalam ayat di atas, Allah menyembunyi pahala shalat tahajud, ini menunjukkan betapa istimewa dan berharganya pahala shalat tahajud.
Hasan Al-Basri berkata, “Kesenangan yang dimaksud dalam firman Allah di atas adalah pahala yang disediakan bagi mereka yang melakukan shalat malam sengaja disembunyikan dan tidak disebutkan oleh Allah.
Sebab jika sudah disebutkan jenis pahalanya maka tidak menjadi keistimewaan yang selalu diharapkan.”
Ibnu Mas’ud paham betul tentang keutamaan shalat tahajud ini. Maka beliau selalu bersemangat melaksanakannya. Hingga beliau lebih mengutamakan shalat tahajud dibanding amalan yang lain.
Beliau lebih memilih shalat tahajud daripada puasa (sunah) bila puasa yang ia lakukan dianggap mengganggunya dari melaksanakan shalat tahajud. Beliau tidak rela bila ada amal lain yang menghalangi shalat tahajudnya.
Ini bisa dilihat dari keterangannya yang dikutip oleh Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
إِذَا صُمْتُ ضَعِفْتُ عَنِ الصَّلَاةِ وَأَنَا أَخْتَارُ الصَّلَاةَ عَلَى الصَّوْمِ
“Bila aku berpuasa aku lemah melakanakan shalat. Maka aku lebih memilih shalat dari pada puasa.” (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin)
5. Tidak Terlalu Banyak Makan dan Minum
Makan dan minum berlebihan akan menjadikan kita sulit untuk bangun malam. Karena orang yang banyak makan, akan menyebabkan banyak tidur.
Berlebihan dalam hal makan akan menggerakkan anggota badan untuk bermaksiat dan berat untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah. Banyak sekali perkataan para salaf yang mencela berlebihan dalam makan ini.
Sebagian salaf berkata, “Sebagian pemuda Bani Israil berta’abud (berpuasa sambil berkhalwat).
Bila datang waktu berbuka seorang dari mereka berkata, ‘Janganlah kalian banyak makan sehingga akan menyebabkan banyak minum, banyak tidur dan banyak merugi.'”
Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Wahai putraku jika lambung telah penuh maka akal menjadi mati dan anggota badan menjadi lemah.”
Wahb bin Munabbih berkata, “Tidak ada orang yang paling disukai oleh setan dari kangan anak Adam kecuali orang yang banyak makan dan banyak tidur.”
Abu Sulaiman Ad-Darami berkata, “Barangsiapa yang kenyang ia akan mendapatkan enam musibah yaitu; kehilangan nikmatnya bermunajat (kepada Allah), terhalang dari menghafal hikmah, terhalang dari memiliki belas kasih kepada makhluk karena jika kenyang ia menyangka semua makhluk juga kenyang (seperti dia), terasa berat dalam beribadah dan memperbesar syahwat.”
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Kenyang itu akan membuat berat badan, menghilangkan kecerdikan, membuat senang tidur dan memberatkannya dari ibadah.”
Berkenaan dengan makan, Rasulullah ﷺ telah memberi petunjuk bagaimana seharusnya seorang muslim mengisi perutnya. Diriwayatkan dari Miqdam bin Ma’di, Rasulullah ﷺ bersabda
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Anak Adam tidak memenuhi bejana yang lebih jelak daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam memakan makanan yang bisa menegakkan punggungnya.
Jika tidak memungkinkan maka seperti tiga untuk makanan, seperti tiga lagi untuk minuman dan seperti tiga lagi untuk pernapasan.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
Maka dari sini kita perlu memperhatikan persoalan makan. Jangan sampai kita terlalu kenyang. Karena terlalu kenyang akan menjadikan kita susah bangun malam dan malas melaksanakan shalat tahajud.
Sedangkan sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya pikir, melemahkan syahwat yang bergejolak dan mampu mengendalikan amarah yang meledak-ledak. Dengan demikian ia akan merasa ringan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah.
6. Berteman dengan Orang Shalih
Teman mempunyai peran yang tak kalah penting dalam membantu kita untuk melakukan ketaatan. Teman yang shalih akan mengingatkan kita untuk selalu taat kepada Allah dan meninggalkan maksiat.
Mereka tidak akan membiarkan kita jauh dari ketaatan kepada Allah. Mereka akan membangunkan kita di tengah malam dan mengajak untuk melaksanakan shalat tahajud.
Mereka tidak akan membiarkan kita terlelap tidur hingga pagi, terlebih apabila kita telah berpesan kepadanya agar membangunkan kita. Karena mereka merealisasikan perintah Allah untuk selalu tolong-menolong dalam ketaatan.
Teman merupakan cerminan dari diri kita. Seandainya teman-teman kita buruk akhlak dan perangainya, sudah dipastikan kita juga akan seperti keadaan teman kita, buruk akhlak dan perangainya.
Namun sebaliknya, bila teman-teman kita orang-orang shalih, selalu taat kepada Allah dan menjauhi maksiat maka kita juga shalih sebagai mana teman-teman kita.
Maka apabila teman kita rajin melaksanakan shalat tahajud kita juga akan rajin melaksanakannya, sebagaimana teman kita.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang sesuai dengan agama sahabatnya. Maka lihatlah oleh kalian siapa yang harus dijadikan sahabat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad).
Itulah peran teman dalam kehidupan kita. Teman yang baik akan mengantarkan kita kepada kebaikan, sebaliknya teman yang tidak baik akan mengantarkan kita kepada keburukan, dosa dan maksiat.
Ibarat seseorang berteman dengan penjual minyak wangi, minimal ia akan mendapatkan bau harumnya minyak wangi. Sebaliknya jika ia berteman dengan pembuat pandai besi, minimal ia akan mendapatkan asapnya dari orang yang sedang membakar besi tersebut.
7. Tidak Meninggalkan Tidur Siang (Qailulah)
Di antara yang memudahkan kita bangun malam adalah qailulah (tidur sebentar di siang hari). Hendaknya kita tidak meniggalkan qailulah, selain memang sunnah dari Rasulullah qailulah bisa membantu kita pelaksanaan shalat tahaiud.
Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda
قِيلُوا فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَا تَقِيلُ
“Tidur sianglah barang sebentar, karena setan tidak tidur siang.” (HR. Abu Nu’aim).
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ juga bersabda
اسْتَعِينُوا بِطَعَامِ السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ وَبِالْقَيْلُولَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ
“Mintalah bantuan dengan (cara) makan sahur bagi yang puasa disiang hari. Dan mintalah bantuan dengan qailulah (tidur siang sebentar) bagi yang mengeriakan shalat malam.” (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah)
Dari Ibnu Mas’ud Rasulullah ﷺ bersabda
لاَ سَمَرَ إِلاَّ لِمُصَلٍّ أَوْ مُسَافِرٍ
“Tidak boleh bergadang di malam hari kecuali bagi yang melakukan shalat malam dan musafir.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Hasan Al-Basri pernah memasuki sebuah pasar kemudian beliau mendengar kegaduhan dan kesibukan mereka, maka beliau berkata, “Aku yakin malam-malam yang mereka lalui adalah malam yang buruk. Tidaklah mereka ber-qailulah (tidur siang sebentar).”
Jadi sibuk seharian penuh dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat dan meninggalkan tidur siang akan membuat capek dan melemahkan badan. Dengan keadaan yang demikian maka akan membuat kita berat untuk bangun malam.
Maka seyogianya kita tidak meninggalkan qailulah agar dapat bangun malam untuk shalat tahajud.
8. Mengikuti Cara Tidur Rasulullah
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan umatnya cara tidur yang baik. Sehingga jika mengikuti cara tidur Rasulullah maka kita akan lebih sehat dan bersemangat.
Selain itu mengikuti cara tidur Rasulullah juga akan memudahkan kita bangun malam. Bagaimana cara tidur Rasulullah?
Tidur Lebih Awal
Tidur lebih awal merupakan sunah yang mulai dilupakan kaum muslimin. Rasulullah pun membenci pembicaraan yang tidak ada gunanya setelah Isya.
Beliau menganjurkan umatnya menyegerakan tidur di malam hari. Agar dapat bangun malam dan melaksanakan shalat tahajud dengan penuh semangat. Diriwayatkan dari Abu Barzah dia berkata
وَكَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ الَّتِي تَدْعُونَهَا الْعَتَمَةَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Rasulullah suka mengakhirkan shalat Isya dan beliau tidak suka tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengerjakan Amalan Sunah Sebelum Tidur
1. Berwudhu sebelum tidur dan berbaring di atas lambung kanan.
Berwudhu sebelum tidur merupakan sunah dari Rasulullah. Rasulullah bersabda
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas lambungmu yang kanan.” (Mutafaqun’alaihi: 6311, 6882)
2. Membaca doa dan zikir sebelum tidur.
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan zikir-zikir yang dibaca sebelum tidur. Maka hendaknya selalu membacanya ketika hendak tidur dan zikir-zikir tersebut adalah sebagai berikut:
Sebelum tidur hendaknya kita berdoa dengan doa yang telah diajarkan oleh Nabi. Menurut riwayat dari Hudzaifah beliau jika hendak tidur membaca doa
بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا
“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati (tidur) dan hidup (bangun tidur).” (HR. Al Bukhari)
Surat Al-Ikhlas dan Al-Mu’awidzatain
Disunahkan ketika hendak tidur untuk membaca Surat Al-Ikhlas dan Al-Mu’awidzatain. Sedang yang dimaskud dengan Al-Mu’awidzatain adalah surat Al-Falaq dan An-Nas.
Hal tersebut berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah berikut
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Sesungguhnya Nabi jika hendak pergi ke tempat tidurnya setiap malam mengumpulkan ke dua telapak tangannya kemudian meniup ke kedua telapak tangannya dengan membacakan di dalamnya, Qul huwallahu ahad, Qul a’udzu birabbil falaq dan Qul a’udzubi rabbin nas.
Kemudian mengusapkan seluruh tubuh sebisanya, dimulai dari atas kepala, wajah dan bagian depan dari badannya. Beliau melakukan itu sebanyak tiga kali.” (HR. Al-Bukhari)
Ayat Kursi
Ayat kursi termasuk bacaan zikir yang disunahkan untuk dibaca ketika hendak tidur. Adapun yang dimaksud dengan ayat kursi adalah surat Al-Baqarah ayat 255.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ketika dia ingin melaporkan setan (yang akan mencuri makanan) kepada Rasulullah ﷺ.
Setan berkata kepadanya, “Akan aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat, dengannya Allah akan memberikan banyak manfaat bagimu.”
Lalu setan melanjutkan perkataanya, “Jika engkau akan tidur maka bacalah ayat kursi
(اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ … البقرة: 255)
“Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); sampai selesai, karena dengannya Allah akan melindungimu, dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”
Mendengar penuturan tersebut, Nabi ﷺ bersabda
صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ وذَاكَ الشَيْطَانٌ
“Dia (setan) berkata jujur kepadamu sedangkan dirinya adalah pendusta. Dia adalah setan.” (HR. Al-Bukhari dan An-Nasa’i)
Dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah.
Termasuk dari zikir yang dianjurkan untuk dibaca ketika hendak tidur adalah dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, yaitu surat Al-Baqarah ayat 285-286.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud, dia berkata, Rasulullah bersabda
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah di malam hari, maka telah cukup baginya.” (HR. Al-Bukhari, 5009)
Maksudnya adalah cukuplah kedua ayat tersebut akan melindungi dirinya dari kejelekan dan sesuatu yang tidak disukai.
Dalam pendapat lain dikatakan bahwa keduanya dapat mendatangkan pahala senilai qiyamullail dengan membaca Al-Qur’an penuh.
Imam An-Nawawi berkata, “Telah cukup baginya dari qiyamullail.” Dikatakan, “Cukup (menangkal) dari godaan setan.” Dikatakan juga, “Dari penyakit dan ada kemungkinan dari seluruhnya.”
Serta masih banyak lagi zikir lain yang disunahkan untuk dibaca ketika menjelang tidur.
Dengan membaca zikir-zikir tersebut insyaAllah setan tidak akan mengganggu kita sehingga kita akan mudah bangun malam, kemudian mengerjakan shalat tahajud dengan penuh semangat.
3. Membaca doa dan zikir setelah tidur.
Ketika bangun tidur setiap muslim hendaknya berdoa dan berzikir. Rasulullah telah memberi teladan bagaimana berdoa setelah tidur. Sedang doa ketika bangun tidur adalah
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Al-Bukhari, 6312)
Selain membaca doa di atas, juga disunahkan untuk membaca doa dan zikir yang lain. Ini berdasarkan riwayat dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah ﷺ bersabda
مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ
“Barangsiapa yang bangun tidur di waktu malam, maka bacalah, ‘Tidak ada sesembahan yang haq selain Allah semata dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah.’
Kemudian membaca, ‘Ya Allah ampuni aku.’ Atau jika ia berdoa akan dikabulkan dan jika ia berwudhu kemudian shalat akan diterima shalatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud)
9. Tidak Tidur Terlalu Nyaman
Jika Anda berniat untuk bangun malam, maka hendaknya jangan tidur di kasur yang terlalu empuk dan dengan selimut yang tebal.
Tidur dengan kasur yang terlalu empuk dan dengan selimut tebal pada musim dingin akan menjadikan kita tidur nyenyak dan sulit bangun malam. Demikian pula Rasulullah ﷺ, beliau pun enggan untuk tidur di kasur yang empuk.
Ummul Mukminin Hafshah pernah ditanya tentang tempat tidur Rasulullah, maka dia menjawab, “Kain kasar yang dilipat menjadi dua dan beliau tidur di atasnya.”
Suatu ketika Ibunda Hafshah bercerita, “Seandainya saya melipatnya menjadi empat maka akan lebih empuk. Maka kami pun melipatnya menjadi empat bagian.”
Ketika pagi harinya beliau ﷺ bersabda, “Kasur mana yang kalian berikan kepadaku semalam?” Hafshah menjawab, “Itu adalah kasur Anda hanya saja saya telah melipat menjadi empat. Karena hal itu akan menjadi lebih empuk.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Kembalikan kepada keadaan semula. Sesungguhnya empuknya (kasur tersebut) telah menghalangiku dari shalat malam.”
Aisyah berkata, “Sesungguhnya tempat tidur Rasulullah yang beliau jadikan tempat tidur terbuah dari adim (kulit yang disamak) yang diisi dengan pelepah kurma.”
10. Senantiasa Berdoa
Bila kita ingin shalat tahajud hendaknya kita berdoa, agar Allah memudahkan kita bangun malam. Kita harus selalu berdoa, Semoga Allah selalu menunjuki kita ke jalan yang diridhai-Nya.
Karena Dialah yang memberi petunjuk manusia untuk selalu melakukan ketaatan. Bila Allah telah memberi pertunjuk maka tak seorang pun yang dapat menyesatkannya.
Sebaliknya, bila Allah telah menyesatkan maka tak seorangpun yang dapat menunjukinya.
Allah telah memerintahkan kita untuk selalu berdoa kepada-Nya dan Dia telah berjanji akan mengabulkannya. Bahkan Allah mencela orang yang tidak mau berdoa dan menggolongkan mereka sebagai orang yang sombong.
Allah ﷻ berfirman
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” (QS. Al-Mukmin: 60)
Allah ﷻ berfirman
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Maka bila kita benar-benar memohon kepada Allah untuk dimudahkan bangun malam, Allah pasti mengabulkannya. Mustahil, apabila kita berdoa kepada Allah agar mendekatkan diri kita kepada-Nya namun dia tidak mengabulkannya dan justru menjauhkan kita.
Sebab, Allah bahagia dengan kembalinya seorang hamba kepada-Nya. Bahkan kebahagiaan-Nya melebihi kebahagiaan orang yang menemukan kembali hewan tunggangannya yang hilang di padang pasir.
Maka mari kita perbanyak doa, memohon taufiq (hidayah) kepada Allah, semoga kita diberi kemudahan untuk bermunajat kepada-Nya di malam hari. Sehingga kita dapat istiqamah melaksanakan shalat tahajud dan meraih keutamaannya.