Daftar Isi
Pendahuluan
Futur adalah kondisi di mana seseorang mengalami rasa malas, enggan, dan lamban dalam melakukan kebaikan, setelah sebelumnya memiliki semangat yang tinggi. Ini dianggap sebagai penyakit hati yang dapat menimpa siapa saja, dan sering kali berhubungan dengan lemahnya iman dan hilangnya keikhlasan.
Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam melaksanakan amal kebaikan. Terkadang, kita merasa berat untuk melakukan hal-hal positif seperti sholat, mengaji, atau bahkan bekerja dengan sepenuh hati. Hal yang demikian itulah bisa menjadi indikasi seseorang sedang tertimpa penyakit yang namanya futur, sehingga orang mudah terlena untuk mengikuti kehendak hawanafsunya. Padahal dalam konteks ini, kita diingatkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan.” (QS. Yusuf, ayat 53).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa nafsu kita cenderung mengajak kita untuk berleha-leha dan menjauh dari kebaikan.
Ulama besar Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali rahimahullah, memberikan nasihat yang sangat berharga:
فَإِنْ شَقَّتْ عَلَيْكَ الْمُدَاوَمَةُ، فَاصْبِرْ صَبْرَ الْمَرِيْضِ عَلَى مُرَارَةِ الدَّوَاءِ انْتِظَارًا لِلشِّفَاءِ
“Jika engkau merasakan berat untuk beramal secara kontinyu, maka bersabarlah sebagaimana sabarnya orang sakit manakala merasakan pahitnya obat demi menunggu datangnya kesembuhan.” (Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, hlm. 44)
Pernyataan ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam beramal, meskipun kita merasa tidak bersemangat.
Langkah-langkah Mencegah Futur
- Menyadari Tabiat Nafsu: Ketika kita merasa malas atau kehilangan semangat, sering kali kita langsung menjastifikasi bahwa mood kita sedang buruk. Kita menunggu keadaan ini membaik, berharap semangat akan datang dengan sendirinya. Namun, cara ini tidaklah tepat. Nafsu kita memang cenderung mengajak kita untuk tetap berada dalam zona nyaman, menjauh dari amal kebaikan.
- Menghadapi Rasa Malas: Ketika kita merasa berat untuk melakukan amal kebaikan, justru saat itulah kita harus memaksa diri untuk melakukannya. Anggaplah diri kita sedang sakit. Ketika dokter merekomendasikan operasi atau memberikan obat pahit, kita tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti instruksi tersebut demi kesembuhan kita. Begitu pula dalam beramal, meskipun terasa berat, kita harus tetap melakukannya.
- Kesabaran dalam Beramal: Imam Al-Ghazali mengingatkan kita untuk bersabar. Kesabaran ini bukan hanya dalam menghadapi kesulitan, tetapi juga dalam melaksanakan amal kebaikan. Seperti halnya orang sakit yang harus menelan obat pahit demi kesembuhan, kita pun harus bersabar dalam menjalani proses beramal, meskipun terkadang terasa sulit.
- Konsistensi dalam Amal: Kunci untuk mengatasi futur adalah konsistensi. Jangan biarkan rasa malas menguasai diri. Teruslah berusaha, meskipun dengan langkah kecil. Setiap amal yang kita lakukan, sekecil apapun, akan membawa kita lebih dekat kepada Allah dan menjauhkan kita dari pengaruh nafsu yang negatif.
- Mengubah Paradigma: Alihkan pandangan kita dari rasa berat menjadi sebuah tantangan. Lihatlah setiap amal kebaikan sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengubah cara pandang ini, kita akan lebih termotivasi untuk melakukannya.
Penutup
Dalam menghadapi futur, kita harus ingat bahwa nafsu kita selalu berusaha mengajak kita untuk berleha-leha. Namun, dengan kesadaran dan usaha yang konsisten, kita dapat mengatasi rasa malas dan terus beramal. Seperti halnya orang sakit yang harus bersabar demi kesembuhan, kita pun harus bersabar dalam menjalani proses beramal. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk terus beramal kebaikan, meskipun dalam keadaan yang sulit. Wallahu A’lam.