Umar bin Abdul Aziz rahimahullah sebelum menjadi Khalifah adalah seorang yang kaya raya. Namun ketika menjabat justru ia menjadi fakir. Orang-orang fakir tidak ada yang terlihat di masanya, dan rakyat merasakan keamanan di bawah kepemimpinannya. Itulah sosok dari pemimpin muslim sejati.
Bahkan ulama di masanya berkata, ”Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang melimpah seraya berkata kepada orang ramai, “Ambillah hartaku ini sebanyak apapun yang kamu inginkan”. Tetapi tiada yang ingin menerimanya (karena semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya.” Allahu Akbar.
Ada kisah syahdu siapa saja yang membacanya pasti mengharu biru.. Karena itulah rahasia di balik “kefakiran” Umar. Pasca Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta. Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antara dua pilihan.”
Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”
Umar menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai saat ini atau Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.”
Kata Fatimah, “Demi Allah, pilihanku tentu engkau sebagai pendampingku karena tidak ada yang lebih mulia darimu, ya Amirul Mukminin. Silahkan ini emas permata dan seluruh perhiasanku.”
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit. Allahu Akbar.
Tidak hanya mengutamakan kesejahteraan rakyat yang menjadi kekuatan rahasia dari kesuksesan Umar, namun ia sangat dekat dengan ulama. Atha’ rahimahullah berkata, “Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha’ setiap malam. Mereka saling menasihati di antara satu sama lain tentang kematian dan hari kiamat. Kemudian mereka sama-sama menangis karena takut kepada adzab Allah dan seolah-olah ada jenazah di antara mereka.”
Subhanallah…. Bak langit dan bumi. Itulah pepatah yang pantas untuk kondisi pemimpin sekarang dan dahulu. Kuasa, jabatan dan kedudukan bukan lagi dipandang sebagai suatu amanah mulia yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi lebih banyak dipergunakan dan diperalatkan untuk kepentingan diri, keluarga dan kelompok masing-masing. Bahkan para ulama bukan didekapi tapi justru dikriminalisasi.
Semoga tulisan pendek ini menjadi inspirasi dan evaluasi bagi setiap pemimpin. Dan semoga Allah segera menganugerahi kita sosok pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz dan Shalahuddin al-Ayyubi.
Boyolali, 24 Jumadil Ula 1438
Penulis :Al-Faqiir Muhammad Rasyid Ridlo
Editor : Yazid Abu Fida’